Aku menemukanmu di mana-mana. Tapi ketika aku berusaha menyentuhnya, kamu menghilang begitu saja. Seakan itu hanyalah wujud dari halusinasiku tentangmu.
♡♡♡
"Sya, tolong kumpulin buku anak kelas ke meja Ibu Revi ya." Ketua kelasku memberi tumpukan buku begitu saja padaku.
"Eh?" Aku mengernyit.
Kok tiba-tiba aku?
"Soalnya aku mau ngurus proposal buat acara di OSIS nih. Tolong ya, Sya, makasih banyak!"
Belum sempat aku membalas ucapannya, ia sudah melesat duluan meninggalkanku. Aku menghela napas keras lalu berjalan menuju ruang guru.
Menyebalkan memang, padahal aku ingin ke perpustakaan tadi.
Sebenarnya kelasku dengan ruang guru tidak begitu jauh, tapi tetap saja waktu yang diperlukan untuk menuju ruang guru lalu ke perpustakaan itu membuang waktu.
Apalagi waktu istirahat sangat terbatas.
Aish, menyebalkan.
Aku pun berjalan cepat menuju ruang guru lalu mencari meja yang dimaksud ketua kelasku tadi. Setelah menaruh tumpukan buku tugas tersebut, aku pun bermaksud untuk berjalan ke perpustakaan sesuai tujuan awalku.
Namun, baru satu langkah yang aku ambil, aku mematung.
Menemukan sosoknya di koridor sekolah depan ruang guru.
Aku meneguk ludah kelu, lalu bermaksud untuk menyapanya lebih dulu. "Ka-"
"Sya?"
Aku menoleh kaget saat seseorang menepuk pundakku, lalu mendapati Nadia sedang menatapku bingung.
"Mau manggil siapa?"
"Eh? Anu, aku mau manggil-" aku segera melarikan pandangan ke arah aku menemukan sosoknya tadi. Tapi anehnya, yang ku dapati hanya nihil.
Nadia menyorotku dengan pandangan tanya.
"Tadi ada kakak di situ, aku niatnya mau nyapa dia tadi! Kemana sih dia, Nad? Kok tiba-tiba ngilang kaya hantu?" aku merengut. Padahal jarang sekali aku menemukan dia di lingkungan sekolah sekarang, ini kesempatan langka tahu!
Nadia malah menatapku semakin aneh. "Kakak siapa?"
Aku berdecak. "Kakak yang itu loh, Nad! Kakak yang aku panggil batu!"
"Gak ada siapa-siapa di sana, Sya! Makanya aku manggil kamu karena kamu keliatan manggil orang padahal gak ada siapa-siapa."
Aku tertegun. "Masa sih? Orang jelas-jelas dia ada kok!"
"Ya Allah, gak ada, Sya! Beneran!" balas Nadia sungguh-sungguh.
Aku menarik napas yang tiba-tiba saja terasa sesak.
Ini bukan yang pertama kali, aku sudah beberapa kali mengalami kejadian ini.
Menemukan sosoknya di hadapanku, padahal itu hanyalah imajinasiku semata.
♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
52 Reasons Why I Love You
Short Story[LENGKAP] Sebenarnya, 52 alasan itu tidak cukup untuk menjelaskan mengapa aku mencintainya. Lebih dari 52 alasan. Asal tahu saja, sih. Dan lagipula, ini sesuatu yang konyol. Apa dia akan peduli? Apa dia akan membaca ini? Ah, sudahlah. Anggap saja...