33. Hukuman Mati

70 10 0
                                    

Cinta itu kayak hukuman mati. Kalo nggak ditembak ya digantung.

♡♡♡

Batu
Hujan

Anda
Iya

Batu
Di tempat Sya, hujan juga?

Anda
Iya wkwk tapi hujannya aneh. Gerimis nggak, tapi deras juga nggak. Hujan yang kaya gini nih, biasanya bakal lama redanya.

Batu
Gantung

Anda
Hm, kata itu kayaknya pas deh buat Sya 😂

Yah.

Terkadang aku suka menyindirnya secara halus seperti ini. Bukan apa-apa sih, kadang aku gemas saja dengan sikapnya.

Batu
Cinta tuh sama kayak hukuman mati. Kalo nggak ditembak ya digantung.

Anda
Kok bahas cinta tiba2? 😂

Batu
Gapapa wkwk

Aku hanya tersenyum tanggung membaca balasan pesan darinya. Tidak berniat untuk menyindirnya lagi. Yah, aku merasa sedikit tersentil saja dengan ucapannya.

Tapi kalau dipikir, iya juga, ya.

Cinta itu persis sekali dengan hukuman mati.

Kalo gak ditembak, ya digantung. Haha.

Si penghukum adalah laki-laki, sedangkan yang dihukum adalah perempuan.

Tidak adil sama sekali.

Kalau aku jadi laki-laki, aku tidak akan menggantung seseorang. Tidak akan memberikan harapan tanpa sebuah kepastian.

Jika aku tidak suka, aku tidak akan ragu untuk meninggalkan. Pun jika aku suka, aku akan memberinya sebuah kepastian.

Tapi sayangnya, jalan pikir perempuan dan laki-laki itu suka bertolak belakang.

Aku masih tidak mengerti mengapa ada banyak lelaki di luar sana yang suka menggantung seorang wanita. Memang ia pikir, menunggu tanpa sebuah kepastian itu sebuah hal mudah?

Memang melupakan perasaan semudah membalik telapak tangan?

Memang bergulat dengan logika dan kata hati yang tak sejalan itu menyenangkan?

Ada seorang penulis, ia membuat sebuah kutipan yang sampai sekarang aku suka. Kutipannya kira-kira seperti ini, "hukum wajib menunggu itu adalah, orang yang kamu tunggu tahu kalau kamu sedang menunggunya. Kalau dia sudah dengan yang lain, mungkin sebenarnya kamu cuma terlalu buru-buru menyimpulkan."

Ya. Tepat mengenai perasaan.

Jadi, untuk para laki-laki di luar sana, sudahkan kalian mengerti?

Jalan pikir perempuan sebenarnya tidak muluk, kami hanya terlalu mengandalkan perasaan. Sedang kalian masih bersikeras memakai logika kala menghadapi kami. Jadi, bagaimana kita akan menemukan titik terang?

♡♡♡

52 Reasons Why I Love You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang