8- Makin memburuk

1.6K 70 0
                                    

"Apakah aku harus menyerah pada pederitaan ini?"

Aurelia Vanesha Linavaer

"Rel" panggil Mesyha pelan takut kedengaran guru

"Hmm" Aurel hanya bergumam

"Lu gak papa pergi sendiri" tanya Mesyha cemas

"Gapapa elah"

"Kalo ada apa apa telpon gue ya" usul Mesyha

"Iya iya bawel amat sih lu syha" Aurel mencubit pipi Mesyha gemas dan yang dicubit itu merintih kesakitan

"Aww sakit Rel" ucap Mesyha sembari mengusap pipinya yang dicubit oleh Aurel ganas.

"Sorry" Aurel cengengesan

Kring kring kring

"Baiklah pelajaran kita cukup sampai disini, kita lanjutkan minggu depan. Sekarang kalian boleh pulang. Hati hati dijalan"ucap sang guru dengan tegas

"Baik bu" serentak murid murid bersamaan. Dan guru itupun pergi

"Syha gua duluan ya" ujar Aurel lalu melenggang pergi keluar kelas

"HATI HATI" teriak Mesyha dari dalam kelas

____________________________________

Ya disinilah Aurel berada. Ia berada didalam ruangan yang bernuansa putih tersebut.

Aurel memang sudah biasa dengan aroma obat obatan dari rumah sakit tersebut. Karena ia sudah dari kecil mencium aroma rumah sakit ini karena penyakitnya.

Aurel memang mengidap penyakit yang bisa dibilang sangat serius. Bagaimana tidak serius? Ia telah mengidap penyakit leukimia yang sudah stadium 3.

Ya, semenjak orang tua Aurel tau penyakit Aurel, mereka menjaga Aurel secara ketat dari yang paling mudah hingga sulit

Mereka tidak ingin kehilangan putri bungsunya yang mereka sayangi

Walaupun Aurel mempunyai kakak yang benama Arnold Vanesho Linavaer. Tetapi tetap saja kesehatan Aurel lebih dipentingkan dari pada apapun

Arnold juga sangat menyayangi adiknya itu. Saat mengetahui adiknya memiliki penyakit, Arnold sempat shock dan drop karena tidak sanggup menerima kenyataan yang pahit ini

And back to story

"Bagaimana dok keadaan saya" tanya Aurel pada Dr. Siska yang memeriksa kondisinya

Dr. Siska menatap Aurel dengan tatapan sedih. Bagaimana pun juga, Aurel sudah Ia anggap sebagai anaknya

"Kondisimu semakin memburuk. Saya menganjurkan kamu untuk kemoterapi.  Saya minta maaf kerena tidak bisa membantumu dengan baik" Dr. Siska menunduk sedih meratapi semua ini.

"Tidak apa dok yang penting saya masih bisa bertahan hidup, sepertinya saya tidak akan mengikuti kemoterapi itu" ucap Aurel dengan nada bergetar sembari menggenggam tangan Dr. Siska erat

"Tolong jangan diberitahukan pada orang tua ku ya dok. Saya tidak ingin melihat mereka bersedih lagi. Cukup saya aja yang merasakan, mereka jangan" lirih Aurel

"Baiklah kalau itu kemauan kamu, saya permisi dulu" pamit Dr.Siska lalu pergi meninggalkan ruangan itu

                              ...

" SYALOM,  MAH PAH, ANAKMU YANG CANTIK NAN JELITA INI PULANG DENGAN SELAMAT SENTAUSA MENGANTARKAN DIRINYA MENUJU MEJA MAKAN KARENA PERUT SUDAH DANGDUTAN" teriak Aurel saat memasuki rumahnya

"AUREL JANGAN TERIAK TERIAK INI RUMAH BUKAN HUTAN" teriak sang Mama dari dapur

"Hehe sorry mah kelepasan heheh" ucap Aurel cengengesan

Sang mama hanya berdengus kesal lalu menuju ruang makan

"Kenapa kamu baru pulang sayang" ucap Angga Linavaer, sang ayah Aurel sembari mengusap rambut Aurel lembut

" tadi aku pergi ke rumah sakit dulu untuk check up" ucap Aurel disela makannya

"Kata dokter apa nak?" Tanya Lisa penasaran

Aurel terdiam. Ia bingung apakah ia harus menceritakan kepada orang tuanya kalau keadaannya makin memburuk. Seperti nya tidak

"Kata dokter, keadaan aku masih sama tidak ada membaik dan juga memburuk" bohong Aurel

Orang tua Aurel hanya menghela nafas panjang. Mereka sangat khawatir mendengar kondisi putri mereka

"Yasudah yang penting kamu banyak berdoa dan jaga pola makan mu. Sekarang kamu tidur dan jangan lupa minum obatmu bagaimana pun itu membantumu sayang" ucap Lisa lembut

"Iya mah pah aku kekamar dulu ya" Aurel langsung menuju kamarnya

Didalam kamar

Aurel menatap dirinya dipantulan cermin. Ia menatap akankah besok atau seterusnya penampilannya masih sama atau malah makin buruk

"Apakah gue harus nyerah dipenyakit gua ini. Gua ingin menyerah tapi susah untuk melihat orang yang gue sayang sedih karena kepergiaan gue nanti" lirih Aurel dengan air mata yang mengalir deras

Tatapan aurel beralih pada obat obatan yang biasa ia minum. Ia muak. Aurel muak dengan obat obatan itu .

Percuma saja ia meminumnya, ia tidak kunjung sembuh toh.

Aurel langsung membuang obat obatan itu tanpa pikir panjang ke tempat sampah lalu menuju alam mimpinya

                             ...

ANDREL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang