Hansol Vernon Chwe [intro]

3.4K 226 14
                                    

Seungkwan membulatkan mata tatkala mengecap citarasa ayam goreng bumbu merah khas lokal di hadapannya.

"Bagaimana?" Tanya Mingyu dengan senyum. Meskipun ia sudah hapal betul jawaban apa yang akan Seungkwan berikan.

Seungkwan memukul bagian belakang kepala Mingyu dengan kesal. "Masih bertanya! Kau baru saja membuat ayam goreng terbaik sedunia! Yeah, setelah ibuku tentu saja." Ada kekehan yang disuarakan agak keras setelahnya.

"Iya aku tahu, tapi tidak perlu memukul kepalaku seperti itu Boo!" Mingyu memprotes dan memajukan bibir. Cebikan imutnya membuat Seungkwan berkata 'aiguu' ketika mencubit pipinya dengan gemas.

"Kau tampak cakap ketika memasak tadi. Dan hasilnya juga membuktikan kalau kau sangat ameizing dan jinieus!" Seungkwan melanjutkan komplimennya.

Kalau seperti ini Mingyu jadi tidak bisa marah. Lagipula Seungkwan memukulnya barusan karena terlalu antusias dengan rasa yang enak. Bukan atas dasar kekesalan secara denotasi. Atau mungkin temannya itu memang kesal karena faktor iri?

Yang mana saja, tidak ada yang akan membuatnya rugi. Jadi ia mengukir senyum matahari-tidak, tidak. Itu milik Dokyeom dan ia tidak akan merebutnya-ralat, senyum tipis yang tampak manis maksudnya.

"Terima kasih."

"Padahal kau laki-laki tapi jago masak," ujar Seungkwan yang mulutnya dipenuhi potongan daging ayam. Ia begitu bersemangat melahap mereka hingga saus bumbu itu lumer, belepotan di jemari dan area sekitar bibirnya.

"Kau pikir memang kebanyakan chef terkenal di dunia ini apa? Laki-laki kan?" Mingyu yang hanya memperhatikan cara Seungkwan mengapresiasi dengan memakan makanan buatannya dengan lahap itu merasa puas. Berpikir, ah, hasil tanganku tidak pernah mengecewakan siapapun seperti biasanya, baguslah.

"Eh? Benar juga ya? Kok aku baru sadar?"

"Stereotip. Memasak itu tugas ibu-ibu di rumah untuk makanan keluarganya."

Sementara di sisi lain Vernon menatap adegan itu kesal.

"Hey Boo, how about me???" Tanyanya yang seperti dianggap hantu sejak tadi.

"Wait a minute, kay? Kuhabiskan ayam bumbu luar biasa ini dulu."

Vernon merasa semakin kesal terutama ketika melihat Mingyu memeletkan lidah padanya tanpa sepengetahuan Seungkwan.

Ini baru saja awal, tapi Vernon sudah merasa kalah saing dengan lelaki itu.

Sial. Kalau begini bisa-bisa Seungkwan akan memilihnya ketimbang aku, pikirnya.

"Sudah selesai! Astaga, Mingyu, enak sekaliii aku sampai ingin menangis saja rasanya!"

Vernon merasakan sesak di dada. Tapi ia mati-matian menahannya.

"Mana hasil karyamu? Sini, berikan padaku. Ini... apa namanya?" Tanya Seungkwan ragu yang baru pertama kali melihat makanan seperti itu, jadi ia tidak yakin bagaimana ia harus menyebutnya.

"Ini... er... apa ya namanya...?" Vernon hanya menggaruk-garuk kepala, Seungkwan menaikkan sebelah alisnya.

"Apakah ini masakan khas New York? Semacam roulette, begitu?"

"Ah, iya! Hehe... Ini bola bola kentang dan daging." Vernon menjawab asal.

"Bola bola apanya? Bentuknya saja jelek begini? Tidak bulat dengan sempurna. Dan tampilannya juga tidak menarik."

Vernon merasa semakin kalah. Belum apa-apa sudah dijatuhkan begini. Dan ia bisa melihat seringai di wajah underestimate Mingyu yang benar-benar minta dipukul.

"Yang penting kan rasanya."

"Oke," balas Seungkwan dengan wajah angkuh yang menyebalkan. Ia pun menyumpit satu yang Vernon katakan bola-mungkin lebih mirip bola American football kalau dilihat dari bentuknya-itu, memasukkan ke dalam mulut dan mengunyahnya. Dan mengerutkan kening setelahnya. "Ini apa sih? Kok rasanya seperti daging buaya? Benar-benar tidak enak! Hoek!" Dengan mata berair ia segera berlari menuju tempat sampah dan langsung memuntahkannya.

"Hei, apa yang salah dengan ini?" Vernon menatap bergantian roulette di depannya dan Seungkwan dari kejauhan.

"Kenapa tidak kau coba saja sendiri? Bukankah dengan begitu kau akan tahu jawabannya?" Ujar Mingyu sarkastik.

"Fine! Aku akan menghabiskannya kalau lidah Seungkwan memang tidak cocok dengan masakan Amerika!" Vernon menyumpit roulette itu dan menelan ludah sebelum menyuapkannya.

"Ayo, tunggu apa lagi? Kau tidak akan masalah dengan makanan yang sesuai dengan lidah baratmu itu kan?" Mingyu mendesak semakin sinis.

Vernon sempat berdecih sebelum memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya. Ia mengunyahnya dan terdiam.

"Enak?" Tanya Mingyu yang tak hentinya meledekinya dengan cara demikian.

Vernon bersusah payah menelan makanannya dan segera menenggak segelas air mineral hingga habis semuanya. "Gah!" Dan terengah. Merasa lega karena akhirnya benda itu hilang dari dalam mulutnya.

"Belajarlah pada ahlinya."

Lelaki kaukasia itu tidak menanggapi. Takut akan tersulut emosi. Tidak, tidak, ia tidak akan melakukannya karena ada sang pujaan hati.

Tapi pujaan hatinya masih di sana, sibuk memuntahkan makanannya. Dan kenapa lama sekali? Karena makanan tidak enak Vernon telah memicu Seungkwan mengeluarkan isi perutnya juga. Termasuk ayam goreng Mingyu.

Sayang sekali.

Mingyu harus membuatkannya lagi.

Dan Seungkwan harus memakannya lagi.

"Kalau kau tidak sanggup untuk menghabiskannya dan membuatmu masih merasa lapar karenanya, aku akan mengolah ayam bumbu lagi. Spesial untukmu. Mau?" Mingyu yang masih kukuh dengan intonasi melecehkannya bertanya.

Vernon menggebrak meja geram. "Aku tidak akan pernah sudi memasukkan apapun buatan tanganmu ke dalam mulutku meskipun kau memaksa!" Dan segera berlalu.

"Dia kenapa?" Tanya Seungkwan menatap Vernon dengan wajah bertanya-tanya ketika kembali tiba di hadapan Mingyu. Yang hanya dibalas dengan kedikan di bahu. Untuk ukuran seseorang yang baru saja memuntahkan isi perutnya, Seungkwan tidak tampak lemas. Mingyu jadi curiga, jangan-jangan Seungkwan sudah biasa melakukan ini ketika menjalankan program diet ketat?

Tak lama kemudian Mingyu yang tiba-tiba merasa sedikit iba pada Vernon itu meraih makanan payah di depannya untuk sedikit mencicipinya.

Dan langsung menunjukkan ekspresi terburuk yang ia punya di wajahnya.

"Kau benar, ini sangat tidak enak!" Ia memuntahkannya di sana. Yang dihadiahi pukulan kuat di bahunya.

"Dasar jorok! Ew! Bersihkan sana!"

"Sebenarnya ia sudah memilih bahan-bahan yang tepat. Hanya kurang bagus dalam takaran, cara mengolah, dan tingkat kematangan."

Ia masih bisa memperbaikinya.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

Lama apdet, ditagihin mulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama apdet, ditagihin mulu. Sering apdet, akunya malah dikacangin mulu. Hmmm kalian maunya apa? 😭

B R A V E 💪🏿 bottom!Mingyu [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang