Wonwoo menarik napas dalam, merasakan beratnya udara malam yang menyelubungi kamar mereka.
Langit-langit kamar menjadi saksi bisu perbincangan yang rumit dan penuh perasaan ini.“Jadi,” ia memulai dengan suara yang hampir tak terdengar, seolah takut merusak keheningan yang telah tercipta, “apa yang kau inginkan dari kita?”
Mingyu menggigit bibirnya, menahan rasa yang berkecamuk di dalam dadanya. “Aku ingin kita bersama. Namun, jika itu terlalu sulit untukmu, aku tidak akan memaksamu,” jawabnya pelan, menghindari tatapan Wonwoo yang penuh intensitas.
“Bersama?” Wonwoo mengulangi kata itu dengan nada skeptis. “Apa artinya bersama bagimu? Apakah hanya sekedar berbagi ranjang dan desahan malam? Ataukah ada makna yang lebih dalam dari sekedar itu?”
Mingyu menatap Wonwoo dengan mata yang kini dipenuhi air mata yang tertahan. “Bersama bagiku adalah saling memahami, mendukung, dan mencintai tanpa syarat. Namun, aku sadar, cinta yang seperti itu tidak selalu mungkin terjadi. Mungkin, aku hanya bermimpi.”
Wonwoo mendekatkan tubuhnya pada Mingyu, mencium pelipisnya dengan lembut. “Mimpi bukanlah sesuatu yang salah. Tapi kita harus realistis. Hidup tidak selalu tentang perasaan dan keinginan, tapi juga tentang tanggung jawab dan kenyataan.”
Mingyu memejamkan mata, membiarkan air mata yang tertahan jatuh mengalir di pipinya. “Aku tahu, Wonwoo. Tapi setidaknya, untuk malam ini, biarkan aku menikmati mimpiku. Biarkan aku merasa dicintai, meski hanya sejenak.”
Wonwoo menahan desakan hatinya untuk menjawab, memilih untuk memeluk Mingyu erat-erat. Mereka berdua terdiam, tenggelam dalam keheningan yang penuh makna. Di luar, bulan purnama bersinar terang, seolah mengawasi dua jiwa yang sedang berusaha mencari arti cinta di tengah dunia yang penuh ketidakpastian.
Bulan purnama seakan terdiam di atas langit yang terbuka, memancarkan sinarnya yang lembut dan dingin ke dalam kamar di mana dua hati bersua dalam keheningan yang berat. Wonwoo memandang Mingyu yang terpejam dalam pelukan hangatnya, merasakan degup jantung yang perlahan menyatu dengan irama napas mereka. Malam itu penuh dengan bisikan lembut dan perasaan yang tertahan, seolah mereka berbicara tanpa suara, hanya dengan sentuhan dan kehadiran.
"Mimpi yang indah, meskipun hanya sejenak, tetaplah mimpi yang layak direngkuh," bisik Wonwoo dengan suara rendah dan serak yang menggetarkan. Ia menatap wajah Mingyu yang penuh dengan kepolosan dan kerentanan, wajah yang menyimpan sejuta asa dan luka.
Mingyu membuka matanya perlahan, menatap langsung ke dalam mata Wonwoo yang penuh dengan kebingungan dan cinta yang terpendam. "Jika malam ini adalah satu-satunya yang kita miliki, aku ingin kita mengisinya dengan kebahagiaan," ujarnya dengan suara yang nyaris patah.
Wonwoo mengangguk, menyadari bahwa terkadang, kebahagiaan yang paling nyata adalah yang paling sederhana dan sementara. Ia mencium bibir Mingyu dengan lembut, merasakan kehangatan dan manisnya cinta yang terjalin di antara mereka. Ciuman itu seperti puisi yang ditulis dengan tinta air mata dan senyum, sebuah ungkapan yang tak butuh kata-kata untuk dimengerti.
Dalam pelukan malam yang pekat, mereka berbagi cerita tentang masa lalu dan mimpi tentang masa depan yang entah akan terwujud atau hanya akan tinggal dalam angan. Mereka tertawa dan menangis, merasakan setiap detik yang berlalu seolah itu adalah momen terakhir mereka. Dan dalam setiap detik itu, mereka menemukan kebahagiaan yang tak terhingga.
Ketika fajar mulai menyingsing, mengusir gelap dengan cahayanya yang lembut, Wonwoo menatap Mingyu yang tertidur di sisinya. Ia menyadari bahwa cinta mereka adalah sesuatu yang tak bisa diukur dengan waktu atau kata-kata. Cinta mereka adalah tentang keberanian untuk bermimpi, meskipun hanya untuk satu malam.
Wonwoo mencium dahi Mingyu untuk terakhir kalinya sebelum beranjak dari ranjang, membiarkan kehangatan tubuhnya menghilang bersama bayangan malam. "Aku mencintaimu," bisiknya lirih, seakan kata-kata itu adalah mantra yang akan melindungi mereka dari kenyataan yang keras.
Ia melangkah keluar, meninggalkan Mingyu yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Di luar, dunia terus berputar, dengan segala kepahitannya yang tak terelakkan.
Namun, di dalam hati mereka, malam itu akan selalu abadi, sebuah kenangan yang akan selalu menghangatkan mereka di saat-saat tersulit.
Dan demikianlah, dalam malam yang penuh dengan cinta dan harapan, dua hati menemukan kebahagiaan yang sesaat namun abadi. Mereka mungkin tidak akan bersama selamanya, namun mereka telah mengukir kenangan yang tak akan pernah pudar.
Kenangan tentang cinta yang sederhana, namun penuh makna.

KAMU SEDANG MEMBACA
B R A V E 💪🏿 bottom!Mingyu [⏯]
FanficKim Mingyu. Manly. Cool. Tangguh. Perkasa. Gagah. Kuat. Tampan. Dominan. Tidak akan ada seorangpun yang mengira peran apa yang ia lakoni di dalam sebuah permainan panas. ©2019, ichinisan1-3