⚠chap ini alternatif lanjutan sebagai versi lain dari chap Kim Jongin
.
Mingyu duduk diam di kursinya, merenungi kata-kata Kai yang baru saja keluar dengan amarah.
Ia memandang ke arah jendela, melihat hujan yang masih turun dengan deras. Pertanyaannya menggantung di udara, menghantam perasaannya yang tengah bimbang.
Kenapa Kai begitu marah? Kenapa ia melarang Mingyu untuk menyukai Sehun? Bukankah jatuh cinta adalah sesuatu yang alami? Sesuatu yang tidak bisa ia kendalikan?
Mingyu menghela napas panjang. Ia tahu perasaannya pada Sehun adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Tapi ia juga tahu, melawan kehendak kakaknya bukanlah hal yang mudah. Kai selalu memiliki alasan di balik setiap tindakannya, dan Mingyu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan hati-hati, Mingyu memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak. Mungkin ada sesuatu yang Kai sembunyikan, sesuatu yang membuatnya begitu protektif terhadap Sehun. Ia tidak akan menyerah begitu saja.
Keesokan harinya, Mingyu memutuskan untuk berbicara dengan Sehun. Ia merasa perlu untuk mendengar langsung dari orang yang menjadi pusat konflik ini. Saat matahari mulai terbit, ia mengirim pesan singkat kepada Sehun, mengajak bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kampus mereka.
Sehun setuju, dan beberapa jam kemudian, mereka duduk berhadapan di kafe yang cukup sepi itu. Mingyu merasa gugup, tapi ia tahu ini adalah langkah yang perlu diambil.
"Sehun, aku ingin bertanya sesuatu," Mingyu memulai percakapan dengan hati-hati.
Sehun mengangkat alis, tersenyum lembut. "Tentu saja, apa itu?"
"Aku ingin tahu, apa kau pernah memiliki masalah dengan kakakku, Kai?"
Sehun terlihat bingung sejenak. "Masalah? Tidak, tidak pernah. Kenapa kau bertanya begitu?"
Mingyu menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan keberanian. "Kai melarangku untuk menyukaimu. Dia sangat marah saat tahu aku punya perasaan padamu."
Sehun terdiam. Ia menatap Mingyu dengan serius, mencoba memahami situasi yang terjadi. "Aku tidak tahu kenapa Kai bersikap begitu. Tapi aku bisa memastikan satu hal, Mingyu. Aku tidak pernah punya masalah dengan Kai. Mungkin ada sesuatu yang lain yang membuatnya marah."
Mingyu merasa sedikit lega mendengar jawaban itu. Tapi masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab. "Sehun, aku tahu ini mungkin terdengar aneh, tapi bisakah kita bicara dengan Kai bersama-sama? Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Sehun mengangguk pelan. "Tentu, aku bersedia. Mari kita cari tahu bersama."
Malam itu, setelah kembali dari kafe, Mingyu mengajak Sehun ke rumahnya. Kai terlihat terkejut melihat Sehun datang bersama Mingyu. Ia menatap adiknya dengan tatapan tajam, namun Mingyu tidak gentar.
"Kita perlu bicara," kata Mingyu dengan tegas.
Kai menatap Sehun dan Mingyu bergantian, terlihat tidak senang. "Apa lagi ini, Mingyu?"
"Aku ingin tahu kenapa kau melarangku menyukai Sehun. Ada apa sebenarnya?"
Kai menghela napas panjang, wajahnya terlihat lelah. "Mingyu, ini bukan saat yang tepat..."
"Tidak. Ini adalah saat yang tepat. Aku tidak akan pergi sebelum kau memberitahuku alasannya," kata Mingyu dengan suara tegas.
Kai terdiam sejenak, lalu akhirnya mengalah. "Baiklah. Duduklah."
Mingyu dan Sehun duduk di sofa, menunggu Kai untuk berbicara.
"Kalian tahu, Sehun adalah sahabat terbaikku sejak kecil. Kami selalu bersama, melakukan banyak hal bersama. Tapi ada satu hal yang Sehun tidak tahu..." Kai memandang Sehun dengan tatapan penuh arti.
"Apa itu, Kai?" tanya Sehun dengan penuh penasaran.
Kai menunduk, mengambil napas dalam-dalam. "Aku pernah mencintaimu, Sehun. Itulah alasan kenapa aku tidak ingin Mingyu menyukaimu. Aku tidak ingin dia mengalami rasa sakit yang sama seperti yang aku rasakan."
Mingyu dan Sehun terdiam. Mereka tidak menyangka akan mendengar pengakuan seperti itu dari Kai. Suasana menjadi hening sejenak, hanya terdengar suara hujan yang masih turun di luar sana.
Akhirnya, Sehun berbicara. "Kai, aku tidak tahu tentang perasaanmu. Aku minta maaf jika aku pernah menyakiti perasaanmu."
Kai menggeleng. "Tidak perlu meminta maaf, Sehun. Aku yang harus meminta maaf. Aku tidak seharusnya melarang Mingyu untuk menyukaimu hanya karena rasa sakit masa lalu."
Mingyu merasa terharu mendengar pengakuan itu. Ia bangkit dari sofa dan memeluk kakaknya. "Terima kasih telah jujur. Aku mengerti sekarang."
Kai membalas pelukan itu dengan hangat. "Aku hanya ingin melindungimu, Mingyu. Itu saja."
Malam itu, mereka bertiga berbicara lebih lama, mengurai semua perasaan yang selama ini terpendam.
Hujan di luar sana masih turun, namun di dalam rumah itu, ada kehangatan yang membuat semua rasa dingin menghilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
B R A V E 💪🏿 bottom!Mingyu [⏯]
FanfictionKim Mingyu. Manly. Cool. Tangguh. Perkasa. Gagah. Kuat. Tampan. Dominan. Tidak akan ada seorangpun yang mengira peran apa yang ia lakoni di dalam sebuah permainan panas. ©2019, ichinisan1-3