04 - Kedatangan Shilla

7.2K 477 5
                                    

Dave menginjakkan kakinya di kantor. Hari ini Ia tak mempunyai jadwal mengajar di kampus. Dave mulai berkutat dengan pekerjaannya, tangannya begitu lincah menandatangi berkas-berkas di depannya.

"Pagi bos" ujar Dika seraya meletakkan map di depan Dave. "Serius amat" gumam Dika.

"Pagi. Hari ini ada jadwal meeting gak?" tanya Dave tanpa menoleh Dika.

"Gak ada. Free hari ini" jawab Dika seraya duduk di sofa.

"Bagus deh. Bisa istirahat gue" ujar Dave.

"Oh ya. Gimana cewek yang di kenalin sama nyokap lo kemarin?" tanya Dika dengan nada terkekeh. Pasti sahabatnya ini menolak lagi.

"Gak gue ceritain pun lo udah tau" gumam Dave.

"Cantikkan mana sama mahasiswi idaman lo itu?" tanya Dika tanpa menatap Dave.

Dave menatap garang Dika. Bagaimana bisa sahabatnya itu menyamakan Anna dan Shilla? jelas mereka berbeda jauh. Anna yang begitu lembut akan di samakan dengan Shilla yang seperti itu?

"Ya cantikkan Anna lah. Dan sikap mereka bagai langit dan bumi" ucap Dave langsung. Entah mengapa Ia begitu membanggakan Anna, padahal Anna bukan siapa-siapanya.

"Lo beneran cinta sama si Anna itu?" tanya Dika memicing.

Dave menggeleng pelan. "Belum mungkin, gue masih suka dan kagum" jawab Dave, Ia kembali mengerjakan tugasnya.

"Halah, mungkin lo udah cinta kali sama dia." ucap Dika yakin. Jika tidak mana mungkin Dave mengunggulkan Anna seperti ini.

"Udahlah jangan bahas Anna lagi, nanti gue malah ke ingat terus sama senyumannya" ucap Dave, sekarang Ia menaruh bolpoinnya dan bersandar pada kursi kebesarannya itu. Bibir tipisnya itu senantiasa melengkung ke atas kala mengingat senyuman manis dari bibir Anna, gadis pujaannya.

"Heleh, senyum-senyum sendiri lagi. Pasti lo lagi bayagin Anna kan?" ucap Dika dengan nada mencibir Dave.

"Kok lo tau sih" tanya Dave beralih menatap Dika.

"Ya tau lah. Ciri-ciri orang gila itu dia mulai senyam-senyum sendiri karena cinta" jawab Dika dengan tertawa.

Di tempat lain namun masih di lokasi yang sama, seorang wanita sexy menghampiri meja resepsionis.Tak ada yang berubah dari penampilan wanita itu, sama sekali seperti kemarin. Ya dia memang wanita sosialista, wanita kalangan atas yang selalu di manja sang ayah. Wanita itu Shilla, Iameminta bertemu dengan Dave.

"Dave nya ada?" tanya Shilla angkuh seraya membenarkan kacamata hitamnya di kepalanya.

"Maaf mbak, saya telfon sekretarisnya dulu". ujar Dian, resepsionis itu sempat aneh menatap wanita cantik di depannya ini.

Shilla jengah jika seperti ini, Ia kan calon istri Dave kenapa susah sekali bertemu dengannya.

"Pakai acara telpon segala lagi. Bilang sama Dave kalau calon istrinya datang" ucap Shilla. Dian tercengan dengan ucapan wanita di depannya ini. Calon istri? bahkan bos nya itu tak pernah jalan dengan wanita manapun. Atau wanita ini hanya mengaku-ngaku saja.

"Siang pak Dika. Ada yang ingin bertemu dengan pak Dave" ucap Dian di ujung telpon.

"Siang. Siapa Dian?" tanya Dika di seberang sana.

"Calon istrinya pak Dave" jawab Diana. Dika yang mendengar pun bingung. Calon istri?

"Suruh dia masuk Dian"  titah Dika yang mendapat persetujuan Dave.

"Baiklah mbak. Pak Dave nya ada, ruangan beliau di lantai paling atas" ucap Dian. Shilla langsung pergi dari hadapan Dian dengan angkuhnya.

***

Annalia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang