24 - Terkikis perlahan

11.1K 694 35
                                    

Absen dulu yang kangen Anna.
Selamat membaca dan tandai typo gais..

Anna menatap mertuanya yang berbaring di ranjang. Sungguh kasihan ibu mertuanya itu, dirinya hanya bisa mengawasinya dari jauh. Jika Ia menampakkan wajahnya di depan Rose pasti beliau akan mencaci dirinya.

"Doakan nenek ya sayang, semoga cepat sembuh" bisik Anna pada perutnya. Ia mengelus dengan lembut.

"Loh, kok kamu disini?" tanya Daveena.

"Iya, aku jagain mami" jawab Anna, kini posisinya adalah duduk di kursi yang Ia bawa lalu di letakannya di depan kamar Rose.

"Kenapa gak masuk?" tanya Daveena lagi.

"Mami gak mau kalau aku di dalam. Ya udah disini saja" jawab Anna.

Daveen menatap sendu sahabat sekaligus kakak iparnya. Mengapa orang sebaik Anna harus terdzolimi sendiri oleh mertuanya.

"Kamu istirahat saja, biar aku jaga mami" ucap Daveena. Ia tahu jika Anna lelah.

"Okey, kamu suapin mami ya. Dari pagi belum makan" ucap Anna lalu beranjak pergi dari sana.

Anna memasuki kamarnya, tiba-tiba dirinya ingin menyantap rujak buah. "Adek pengen rujak ya?" tanya Anna seraya mengelus perutnya.

Anna meraih ponselnya lalu mengetikkan pesan kepada sang suami untuk membelikannya rujak buah.

***
Hari berganti, kini Shilla tengah menemani Rose. Itupun Rose yang meminta. Rose merasa cocok dengan Shilla, apalagi Shilla cantik dan modis tidak seperti Anna.

"Mami cepet sembuh ya" ucap Shilla mengelus tangan Rose.

"Iya sayang, doakan mami agar segera bisa berjalan kembali" balas Rose tersenyum.

"Iya mi, aku kangen jalan bareng mami. Shopping berdua kaya dulu-dulu" ucap Shilla lagi.

"Permisi" ucap Anna, Ia membawa makan siang sekaligus obat untuk mertuanya.

Rose dan Shilla menatap Anna yang berjalan pincang dengan membawa nampan cokelat. Rose menatap Anna malas, pasti Anna sedang mencari muka padanya.

"Mi, waktunya makan" ucap Anna tersenyum tulus.

"Taruh saja. Biar Shilla yang suapin dan keluar dari kamar saya" titah Rose angkuh. Bukan ucapan terima kasih yang diberikan kepada Anna namun pengusiran.

Anna mengangguk dan segera keluar dari kamar mertuanya. Perlahan Ia tersenyum miris karena mertuanya lebih menyukai orang lain dari pada dirinya. Namun, Anna tak menyerah. Dirinya yakin jika suatu saat nanti Rose akan menerimanya sebagai menantu.

Okey, kembali ke Rose dan Shilla. Sebenarnya Shilla malas menyuapi Rose. Bukankah yang sakit kakinya? tapi seolah-olah tangannya yang sakit. Manja, pikir Shilla kala itu.

Rose tersenyum senang, Shilla memang menantu idamannya. Dia sabar dalam menyuapinya saat ini.

"Enak ya mi?" tanya Shilla.

"Lumayan" jawab Rose.

Tak ada angin tak ada hujan Rose tersedak dan menyemburkan makanan di mulutnya kearah baju Shilla. Shilla menelan salivanya sulit dan memandang jijik bajunya yang kotor. Sumpah demi apa, ini menjijikkan baginya.

"Ihh mami, kan kotor baju Shilla. Jijik tau" ucap Shilla memandang baju dan Rose bergantian.

"Shilla maafkan mami sayang" ucap Rose tidak enak.

"Shilla males sama mami" ucap Shilla keras dan beranjak dari sana dengan baju kotor nan menjijikkan.

Rose merasa bersalah kepada Shilla. Apa yang terjadi adalah diluar kendalinya.

Annalia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang