23 - Lumpuh

10.5K 633 26
                                    

Kini Daveena, David dan Anna tengah menunggu kabar dari dokter yang memeriksa Rose. Raut khawatir tercetam jelas di wajah mereka bertiga. Apalagi Anna, istri dari Dave sedari tadi merapalkan doa dalam hati untuk kebaikan mertuanya. Sejahat apapun Rose, beliau tetap mertua yang harus di hormatinya.

"Semoga mami gak papa, aku takut terjadi sesuatu sama mami" gumam Daveena pelan namun masih bisa di dengar jelas oleh Dave dan Anna.

"Stt, kita berdoa yang terbaik untuk mami" ucap Anna menatap lekat sahabat sekaligus adik iparnya.

'Ceklek'

Dokter berhijab itu keluar dari UGD bersama seorang suster. Ada tatapan penub arti yang terpancar di mata sang dokter.

"Bagaimana keadaan mami saya dok?" tanya Daveena langsung.

"Kita bicara di ruangan, sementara itu Ibu Rose akan segera di pindahkan ke ruang rawat" jawab dokter berhijab itu.

Anna, Dave beserta Daveena mengikuti langkah sang dokter menuju ruangannya. Dave sedari tadi diam bukan karena tidak peduli, justru dia sangat khawatir dengan keadaan maminya.

"Begini, keadaan ibu Rose sangat lemah. Benturan di tulang ekornya sangatlah fatal dan membuatnya retak. Dengan sedih saya harus mengatakan jika Ibu Rose lumpuh." jelas dokter bernama Arinda itu.

Mereka bertiga syok mendengar keadaan Rose, apalagi Daveena, gadis itu bahkan sudah terisak. Anna terdiam, mengapa mertuanya harus mengalami hal seperti ini?

***
Anna dan Daveena menemani Rose di ruang rawatnya. Rose belum sadar dari tidurnya karena efek bius dari infusnya. Daveena terdiam, gadis itu bergantian menatap maminya dan kakak iparnya itu dengan sendu.

"Apa ini teguran untuk mami?" tanya Daveena pada Anna.

"Maksud kamu Avee?" tanya Anna.

"Mami selalu menghina fisik kamu An, mami sudah keterlaluan sama kamu" jawab Daveena.

Anna menatap Daveena dengan tatapan penuh arti. Jujur Ia tak sedikitpun membenci mertuanya itu.

"Sudahlah Avee, yang lalu biarlah berlalu. Aku gak papa kok. Semoga apa yang dialami mami kali ini, kita bisa mengambil hikmahnya." ujar Anna.

"Aamiim" balas Daveena.

Rose tak kunjung sadar, kini tinggallah Anna sendirian menjaga Rose karena Daveena harus pulang untuk membersihkan diri dan mengambil beberapa potong baju.

"Ya Allah, angkatlah segala penyakit mertuaku. Berikanlah kesehatan kepada beliau" gumam Anna penuh harap.

Tidak lama dari itu, Dave datang dengan membawa makanan untuk istrinya.

"Assalamualaikum" ucap Dave.

"Waalaikum salam mas" jawab Anna dengan meraih tangan sang suami untuk di salaminya.

Dave meletakkan bungkusan yang di bawanya diatas nakas. "Bagaimana keadaan mami sayang?" tanya Dave dengan pandangan yang tak lepas dari Rose.

"Mami belum sadar mas" jawab Anna sendu dengan menatap mertuanya.

Dave mengangguk pelan. "Sekarang kamu makan, aku gak mau kamu sakit" ucap Dave pada istrinya.

"Iya mas, aku makan" ucap Anna dengan meraih bungkusan yang di letakkan suaminya diatas nakas.

Dave duduk di samping istrinya dan mengambil kotak makan di pangkuan Anna dan beralih menyuapi istrinya. Entah mengapa memanjakan Anna adalah prioritasnya. Anna hanya menurut apa yang di lakukan sang suami padanya.

"Makasih mas" ucap Anna.

Dave tersenyum lembut mendengar ucapan sang istri.

"Haus" nada lirih itu terdengar di telinga Dave dan Anna.

"Mami?" Anna segera beranjak dari duduknya dan mendekat pada brankar, sama seperti Dave.

Dengan perlahan, Anna memberikan air bening yang tersedia di nakas. Anna tersenyum lembut kepada mertuanya, akhirnya wanita paruh baya itu sadar juga dari obat biusnya.

"Mami ada di mana?" tanya Rose.

"Mami di rumah sakit" jawab Dave.

Perlahan Rose menggerakkan kakinya. kedua kakinya nampak berat untuk di gerakkan, bahkan mati rasa. Ia tak bisa merasakan apapun di kakinya.

"Kaki mami berat, apa yang terjadi?" tanya Rose histeris.

"Mami lumpuh" jawab Dave.

"Apa? kamu bercanda kan Dave? ini pasti mimpi" ucap Rose dengan menepuk-nepuk pipinya.

Anna dan Dave terdiam, mereka sedih melihat keadaan Rose seperti ini.

Rose menatap nyalang ke arah Anna. "Kamu senangkan melihat saya lumpuh? iya kan?" tanya Rose dengan nada membentak. Pasti menantunya itu tertawa puas dalam hati, pikir Rose saat itu.

Anna menggeleng, tidak ada rasa senang dalam hatinya melihat Rose seperti ini. Apa yang di tuduhkan Rose pada dirinya tidaklah benar.

"Tidak mi, Anna khawatir sama mami" ucap Anna lirih.

"Munafik. Kehadiran mu hanyalah sebuah bencana bagi keluargaku." ucap Rose dengan mendorong Anna hingga wanita berhijab itu mundur beberapa langkah dari tempatnya tadi.

"Apa yang mami lalukan. Mami jatuh bukan karena Anna, tapi mengapa mami selalu menyalahkan istri Dave meskipun Anna tidak melakukan apapun." ucap Dave panjang.

"Karena dia adalah pembawa sial" ucap Rose nyalang.

"Cukup mi" ujar Dave dengan nada keras. Pria itu tersulut emos kala maminya menghina istrinya sedemikian rupa.

"Mas sudah" Anna mengelus dada sang suami.

"Ingat, dia ibu kamu. Tidak seharusnya kamu berkata keras seperti tadi" ucap Anna berbisik, Ia harus menenangkan suaminya.

"Istighfar mas" ucap Anna lagi.

"Anna, sekarang kamu keluar. Pergi dari hadapan ku. Aku muak melihat wajahmu itu!" usir Rose dengan membentak.

Anna mengangguk, Ia berbisik pada suaminya. "Aku pulang, kamu disini jagain mami" ucap Anna sebelum keluar.

***
Empat hari kemudian, Rose sudah di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Rose harus rela duduk di kursi roda. Dave dan Anna terpaksa tinggal di rumah mewah Rose.

"Sayang, kamu gak papakan kalau kita tinggal disini? aku berharap kamu mau jaga mami dan membantunya" ucap Dave pada istrinya.

Anna tersenyum hangat pada sang suami. Ia tak sedikitpun merasa keberatan untuk merawat mertuanya itu. "Tanpa kamu minta, aku pasti akan menjaga mami. Ibumu adalah ibuku juga mas, sudah kewajibanku menghormatinya" ucap Anna.

"Terima kasih istriku" ucap Dave.

Setelah perginya Dave ke kantor, Anna kini tengah menyiapkan makanan untuk mertuanya. Hanya menu sederhana yang bisa di siapkan oleh Anna, sayur sop dengan perkedel kentang untuk menu sarapan pagi ini.

Anna memasuki kamar mertuanya dengan membawa nampan yang berisikan sarapan dan segelas air bening itu.

"Selamat pagi mi, waktunya sarapan dan makan obat" ucap Anna. Rose hanya menatap malas kepada menantunya itu.

Anna menyodorkan suapan nasi pada Rose, namun apa yang terjadi? Rose malah menghempaskan tangan Anna hingga membut makanan itu tumpah.

"Saya tidak sudi makan makanan dari tangan kotormu itu" ucap Rose nyalang.

"Sudah berapa kali saya bilang sama kamu? saya membencimu, kamu hanyalah seonggok sampah di mata saya" ucap Rose.

Anna terdiam, matanya berkaca-kaca dan tangannya pum mengelus perutnya.

"Maafkan Anna mi, mami jangan lupa makan obatnya. Anna keluar dulu"  ucap Anna beranjak dari kamar Rose.

Holla gaes..
Dudududu... gimana part ini? ada yang seneng Rose lumpuh?😅

Jangan lupa vomentnya ya...

Kediri,
10 September 2019.

Annalia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang