07 - Lamaran

7.1K 506 11
                                    

Annaila Aisyah Wirawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Annaila Aisyah Wirawan

Happy reading

Dua hari sudah pasca kejadia itu, kini Anna sudah di perbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya. Anna tersenyun tipis, akhirnya Ia bisa pulang juga. Ia merasa bosan berada dini meskipun hanya dua hari. Disini Anna sendiri di ruang inap kamarnya, menunggu kedua orang tuanya yang tengah menyelesaikan administrasi. Sesekali Ia menatap kakinya yang lumpuh, rasa sedih kembali melingkupi hatinya lagi. Ia mengingat jelas apa kata dokter, kakinya tidak akan sempurna seperti sedia kala. Hatinya remuk rasanha dan air matanya mengalir lagi, kilasan kejadian yang terjadi padanya kini berputar bak kaset rusak, Ia mengingat secara detail kejadian itu sebelum dirinya pingsan. Ya, mobil yang menabraknya sempat berhenti, namun tak lama kemudian kembali melaju. Pengecut sekali, Ingin rasanya Anna bertemu dengan orang itu, orang yang tidak bertanggung jawab telah menabraknya seperti ini. Benci? tidak Anna tidak membencinya, tapi Anna kecewa pada orang itu. Apakah Ia bisa memaafkan begitu saja? tidak, Ia tak sebaik itu meskipun memaafkan adalah wajib bagi sesama muslim. Tapi ntahlah jika suatu saat nanti, untuk sekarang ini hatinya masih panas.

"Kita pulang sekarang ya sayang" ucap Sarah begitu memasuki kamar inap Anna.

"Biar ayah yang bawa, barang-barang Anna" ucap Tyo.

Anna menggunakan tongkat, alat untuk membantunya berjalan. Sarah dengan sabar menuntun putrinya itu. Sesak. Hati wanita paruh baya itu amat sesak melihat keadaan putrinya saat ini. Sekali lagi ia bertanya dalam hati, mengapa bukan dirinya saja? mengapa harus putrinya? perjalanan Anna masih panjang.

Mobil yang di kemudikan oleh Tyo kini sudah memasuki area rumahnya. Sarah begitu telaten menuntun Anna keluar dari mobil dan menuntunnya hingga masuk ke kamarnya.

"Kamu istirahat ya nak. Bunda dan ayah keluar dulu" ujar Sarah setelah mencium singkat kening putrinya, bergantian dengan Tyo.

"Iya" jawab Anna menatap orang tuanya. Anna menayayangi mereka, mereka adalah alasan Anna untuk kuat. Ia tau, jika bundanya sangat sedih melihat keadaannya sekarang sama seperti ayahnya. Sarah adalah malaikat tak bersayap baginya dan Tyo adalah cinta pertamanya. Anna tau, segunung emas pun tidak akan pernah bisa membayar kasih sayang kedua orang tuanya.

Setelah keluarnya ayah dan bundanya, Anna meraih ponsel di sampingnya. Anna melihat begitu banyak pesan masuk dari Kiara. Anna tak berniat membalasnya sekarang. Besok Kiara akan tau sendiri dengan keadaannya.

"Maaf ya Kia" gumamnya pelan.

***
Pagi ini Anna sudah siap untuk berangkat kuliah. Meskipun Sarah masih menginginkan Anna untuk istirahat, namun Anna menolak.

"Kamu yakin kuliah hari ini nak?" tanya Sarah lembut dengan menatap sang putri.

Anna mengangguk pelan, " Iya bun, Anna yakin kok." jawab Anna setelah meneguk susu buatan bundanya.

Annalia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang