Bagian 1

10.3K 591 101
                                    

Can sedang berlatih di lapangan sepakbola, seperti biasa bersama timnya. Setelah selesei menggiring bola, akhirnya dia bisa beristirahat di pinggir lapangan. Ae juga baru saja selesei berlari setelah mendapat hukuman dari Techno, Kapten Tim, karena terlambat datang. Ae mendekati Can yang tampak tidak biasa (biasanya Can akan berbicara panjang lebar dan meminta traktiran dari teman-temannya seusai berlatih atau jika tidak, Can akan meminta Good untuk memijat punggungnya).

"Can, ada apa? Tidak biasanya kau diam begini?" Tanya Ae tanpa memperdulikan tatapan tajam  P'Type, seniornya di kampus. Biasanya Can akan langsung menjawab, tapi tidak kali ini. Dia hanya memandang Ae sekilas kemudian tatapannya mengarah ke lapangan sepak bola.

"Apa ibumu memotong uang sakumu karena nilai semestermu jelek? Atau adikmu Ley meledekmu karena kita tidak menang di pertandingan kemarin?" P'No bertanya dengan nada menyindir.

P'Type yang berada diantara mereka berusaha memberikan kode untuk tidak bertanya atau sekedar meledek si Monyet Albino tukang makan itu. Jarang-jarang Can begini, jika dia begini uang jajannya akan aman setiap harinya, tidak hanya dia tapi Techno dan Tharn juga.

"Phi......" Can merengek yang justru terlihat sangat manis.

Semua teman-teman tim sepakbolanya menatapnya tak mengerti, biasanya Can akan merengek jika sedang lapar atau ketika bertengkar dengan adiknya. P'Tharn memutar bola matanya malas karena ini pasti ada hubungannya dengan seseorang yang sedang sigap mengejar Can. Sementara P'Type menatap tak percaya pada Monyet Albino di hadapannya ini.

"Phi, bisakah kau suruh dia pulang?" Can menunjuk kearah kursi penonton yang sedang diduduki oleh seorang Pria tampan yang sebulan belakangan selalu terlihat disana hanya untuk melihat Can berlatih. "Aku takut Phi, dia selalu memaksaku untuk pulang dengannya." Rengekan Can semakin parah, kali ini dia bahkan mencebikkan bibirnya sebal kemudian menarik ujung kaos bagian depan kaptennya.

Teman-temannya saling menatap bingung, mereka semua sudah tahu jika seorang Tin Medtanan tidak bisa ditentang bahkan oleh sepupunya sendiri. Bagaimana bisa Can merengek pada mereka yang bahkan tidak memiliki kekuatan apapun untuk melarang si penguasa kampus itu. Memang, P'Type memiliki badan yang berotot dan tubuh tinggi seperti seorang Bodyguard tapi dia tidak punya kekuasaan apapun untuk menentang seorang Tin hanya untuk menolong Junior di kampusnya itu. Bisa-bisa dia yang kena teguran karena berani melawan Tin.

"Phi.....kenapa kalian diam saja? Tolong aku Phi, tolong suruh dia pulang. Dia selalu memperhatikan gerakanku dan kemana pun aku pergi. Aku takut Phi." Rengeknya lagi kini semakin tidak mengerti kepada semua Phi nya bahkan kaptennya juga diam saja tanpa merespon apapun.

"Jangan bercanda Can, kami mana berani mengusir Tin keluar dari tempat ini. Bisa-bisa kami akan mendapatkan surat D.O dari kampus keesokan harinya."
Itu Tharn yang menjawab

....................

Sementara itu dibangku penonton, seseorang sedang memperhatikan interaksi yang terjadi antara pujaan hatinya dengan para seniornya dipinggir lapangan dengan tatapan penuh selidik. Terlebih ketika Can-nya menarik bagian depan kaos No, si kapten Sepak Bola. Kepalanya mendidih seketika ketika dilihatnya mereka semua kian memandang Can tanpa berkedip, bahkan menatap Can dengan tatapan penuh pertanyaan.

Ketika Can menunjukkan rengekannya untuk kedua kali, emosinya sudah tidak tertahankan bahkan sudah diubun-ubun meminta untuk dikeluarkan. Ingin sekali rasanya menarik Can pergi dari lapangan itu, cemburunya sudah sampai pada titik terparah mengarah ke posesif. Dia mencoba menahannya demi Can, Can tidak suka diatur-atur dan tidak suka jika Tin sudah keterlaluan dengan sifatnya sendiri, dia bahkan belum berhasil menjadikan Can kekasihnya. Jika dia mengamuk sekarang, yang ada Can mungkin tidak akan menemuinya esok hari atau bahkan selamanya.


to be continued. . . . . . .



Pertama kali nulis di wattpad, mohon kritik dan sarannya. 

Jika berkenan tolong vote ya....

Terimakasih

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang