Bagian 23

3.2K 301 37
                                    


Malam itu, dua pria tampan baru saja keluar dari tempat seorang Notaris dan pengacara terkenal. Pukul 8 malam, pembicaraan mereka baru saja selesei. Wajah keduanya terlihat lega, dalam waktu singkat keduanya mempelajari tentang hak waris atas segala harta keluarga Medthanan, tentu saja sang pengacara dengan senang hati menjelaskan. Pasalnya yang memintanya adalah pewaris keluarga tersebut.

Tin Medthanan, pewaris tunggal dari keluarga Medthanan yang sah dengan seluruh harta dari sang kakek dan nenek yang diturunkan langsung padanya. Tampaknya sang kakek tak mempercayai anaknya sendiri hingga semuanya diserahkan kepada sang cucu, penerus keluarga.

Selama nenek Tin masih hidup, beliau tak pernah meragukan kemampuan Tin dan juga tak mempermasalahkan jodoh Tin kelak seorang pria ataupun wanita, bagi neneknya kebahagiaan cucunya yang paling utama.

"Phi, pembicaraan kita benar-benar menyita waktu." Keluh Kla.

"Memang, kau pikir membicarakan hal ini gampang?" Tin menjawab dan bertanya pada sang adik sepupu.

"Untung saja aku tak jadi mengambil jurusan hukum, bisa gila harus mempelajari segala macam peraturan yang membingungkan."

Tin berdecak, setidaknya keduanya memiliki otak diatas rata-rata jadi ketika sang pengacara menjelaskan, keduanya lantas memahaminya dengan mudah dan cepat.

"Nenek benar-benar menyayangimu ya Phi?" tanya Kla. "Bagaimana bisa seluruh harta keluarga Medthanan ada ditanganmu?" Kengkla merasa penasaran.

"Mungkin karena aku benar-benar mengaliri darah kakek dan nenek."

Kla mengangguk-anggukkan kepalanya. Yahh anggap saja seperti itu, seperti yang Tin katakan. Benar juga, satu-satunya cucu keluarga Medthanan yang diharapkan hanyalah Tin.

Kla mengingat ayahnya pernah bercerita, ketika Tin lahir begitu diharapkan dan di penuhi dengan senyum indah dari seluruh anggota keluarga. Begitu dimanja dan disayangi, terlebih oleh nenek dan kakeknya. Menginjak usia remaja, Tin ketauan minum alkohol saat dirinya bahkan baru memasuki remaja dan kedua orangtuanya menyayangkan hal itu, keluarganya berusaha menutupi hal tersebut dengan kekuasaan yang dimiliki. Hingga kesalahan kedua Tin terungkap, ketauan menggunakan narkoba ditengah malam di salah satu club terbesar di Bangkok. Seluruh media memperlihatkan wajah Tin remaja yang menangis, hingga keluarga Medthanan begitu kesusahan untuk menghentikan berita tersebut.

Tin yang saat itu masih remaja sudah mengatakan bahwa dia disana bersama kakaknya yang sudah legal masuk club, tapi karena saat kejadian sang kakak-Tul tak ada dan tak ditemukan akhirnya polisi membawanya. Puncak kekecewaan ayah dan ibunya ada disana, awalnya mereka bahkan akan mencoret Tin dari daftar anggota keluarga dan mengisolasinya dari dunia luar tapi karena sang kakek yang berkuasa saat itu hingga akhirnya Tin diterbangkan ke Amerika dan mempelajari banyak hal disana.

Meskipun ayah dan ibunya bahkan sudah tak mengharapkan Tin kembali ke Bangkok, nenek dan kakeknya tetap mempercayai Tin dengan keteguhan hati mereka karena keduanya sudah mengetahui jika itu ulah cucu pertama mereka, Tul. Semuanya Tul rencanakan demi mendapatkan kasih sayang dari seluruh anggota keluarga, dengan adik tirinya yang dikorbankan.

Sang nenek dan kakek bahkan tak memberikan sepeserpun kekayaan mereka, bahkan kepada anak mereka. Semua milik Tin, karena itulah ketika Tin kembali dari Amerika semua keluarganya menyapanya dengan baik dan membuat suasana menghangat, tapi tampaknya sudah terlambat, ketika Tin kembali senyum di wajahnya tak pernah terlihat, nada suaranya begitu dingin hingga menusuk ke relung hati setiap pendengarnya. Tin berubah menjadi pribadi yang dingin, tertutup dan tak mudah didekati.

"Apa phi ingat? Dulu Phi menganggapku sama dengan Tul." Kla membuka suara.

"Yah aku ingat, mau balas dendam padaku?" Tin meledek.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang