Bagian 18

3.8K 334 119
                                    

im back with new chapter.....

siapkan jantung dan hati kalian ya karena part ini akan menyebabkan senyum-senyum gak jelas, rawa khawatir mendadak dan ketagihan serta membuat readers menagih part selanjutnya...


Hening. . . .

"Can.. aku menyukaimu." ucap Tin tenang, matanya sudah terbuka sedang menatap Can dalam.

"Aku tau, sudah berapa kali kau mengatakannya Ai Tin!!" kata Can dengan bibir yang dimanyunkan, Can kesal. Sungguh!

Jujur saja, saat ini jantung Can seakan mau keluar dari tempatnya. Melompat-lompat seperti mencari sesuatu. Setiap kali Tin mengatakan hal itu, Can tidaklah sanggup mengatur detak jantungnya sendiri.

Tin membenarkan posisinya untuk menghadap Can dan menangkup pipi Can pelan supaya menatap wajahnya hingga akhirnya keduanya saling menatap tenang. Tin menurunkan tangannya, menggenggam telapak tangan Can dengan lembut seperti menyalurkan perasaannya yang tulus pada bocah mungil di hadapannya.

"Seperti apa perasaanmu padaku?" tanya Tin pelan.

"Aku, aku tidak tau Tin." Can langsung menjawabnya, terlihat bingung.

Can menatap pinggiran kolam, menghindari tatapan maklum yang Tin tujukan padanya. Tin sangat ingin meresmikan hubungan mereka, kesabaran Tin sudah mencapai batasnya. Tin sudah benar-benar ingin mengikat Can dalam sebuah ikatan yang bernama status. Hingga kejadian kemarin benar-benar merusak moodnya, apalagi Can yang terus-terusan menghindarinya, Tin sungguh tidak bisa tidak memikirkan Can. Apalagi saat itu Can melihatnya digamit gadis cantik, dan berakhir salah paham padanya.

"Tatap mataku, Can!!" perintahnya dengan suara hangat di telinga Can.

Can reflek memfokuskan matanya untuk menatap manik mata Tin, tersirat sebuah harapan disana dan Can sudah merasakannya sejak tadi. Meskipun Can bodoh, Can masihlah peka dengan tatapan seseorang apalagi ini Tin, seorang lelaki yang masuk dalam kehidupannya dengan cara yang tidak baik dan kini malah berakhir mencintai dirinya dengan begitu dalam.

"Mau jadi pacarku?" Tin mengatakannya dengan cepat, suaranya tak bergetar. Can diam, lagi-lagi menurunkan pandangannya dari Tin. Memutus kontak mata keduanya, namun kali ini Can tidaklah kabur atau mengubah topik pembicaraan, melainkan mempererat genggaman tangannya pada Tin.

"Tin......" panggilnya masih menunduk. "Bagaimana bisa kamu mencintaiku? Aku-aku seorang pria Tin, dan juga aku tidak kaya, tidak pintar, tidak tampan, tidak menyenangkan." kata Can mendeskripsikan dirinya menurut Can sendiri sembari mengalihkan pandangannya kesegala arah.

"Kenapa berkata seperti itu?" Tin protes. "Bagiku, bertemu denganmu adalah hal terindah dihidupku dan aku ingin bersamamu, Can" Tin menjelaskan dengan raut wajah yakin. Genggaman tangannya semakin erat, seolah takut Can akan melepasnya.


"Aku tidaklah pantas untukmu, Tin." Kalimat terakhir Can terdengar bergetar ketika Can mengatakannya, tampaknya Can sangat memaksakan mengatakannya. Can merendah lagi. Salah satu hal yang paling tidak Tin sukai dari Can.

"Kau pantas untuk ku cintai, kau yang terbaik untukku Can." Tin meyakinkan.

"Tapi aku....." Can menjeda kalimatnya, terlihat ragu untuk mengatakannya. "Aku pria, Tin" Can mengingatkan lagi.

"Aku tidak peduli Can Kirakorn seorang pria atau wanita, yang aku tau Can-lah satu-satunya orang yang bisa membuat hidupku berharga, satu-satunya orang yang bisa membuatku bahagia, satu-satunya orang yang mengenalkan arti sebuah kehangatan keluarga, satu-satunya orang yang mempedulikanku lebih dari apapun meskipun sedang marah padaku, satu-satunya orang yang masih tetap berada disisiku bahkan ketika sudah tau kisah masa laluku, satu-satunya orang yang begitu jujur padaku meskipun aku menyebalkan dan dingin." jelas Tin, nada suaranya terdengar indah di telinga Can.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang