Pagi ini adalah hari libur, Can meminta Tin untuk menemaninya ke Mall. Bukan untuk membeli pakaian atau untuk membeli hal penting, tapi untuk bermain game di game center di salah satu Mall ternama di Bangkok.
Ingin tau apa yang Can katakan pada Tin?
"Ai Tin sayang, boleh naa~~ aku main game center di Mall itu?" rayunya ketika Tin sudah berada didalam kamar Can.
Tin senang bukan main ketika Can memanggilnya sayang, tapi sayangnya Can memanggilnya sayang untuk merayunya demi game. Sulit dipercaya. Padahal Tin ingin sekali panggilan itu ditujukan setiap hari untuknya.
"Tidak mau Can," jawab Tin singkat, "Kalo mau main game, di rumahku ada semua."
"Tidak mau, terlalu sepi. Hanya ada kau dan aku." Can masih teguh pada pendiriannya.
"Di rumahku bisa main sepuasmu, kau boleh memainkan apa saja yang disukai. Bebas mengambil banyak koin sampai bosan." Tin mencoba memberi penawaran.
Can tampak berpikir, seperti sedang menimbang-nimbang tawaran yang diberikan pacar tampannya. Can bingung, tawaran Tin sangat menggoda, tapi di mall itu Can sudah biasa main dengan teman-temannya, hanya saja Tin tadi melarang Can mengajak teman-temannya. Hehh siapa juga yang mau kencannya diganggu.
'Bebas mengambil banyak koin sampai bosan', kata-kata itu kembali terngiang di telinga Can
"Tidak jadi main game saja lah Tin, dirumah saja." kata Can.
Tin sedikit terkejut, banyak herannya. Tidak biasanya Can merubah keinginannya secepat itu. Terlebih tadi Tin tidaklah melarangnya, hanya memberi penawaran yang menggoda. Apa Can merajuk? Hanya karena Tin tidak mau menemaninya main game center?
"Apa Cantaloupe marah?" tanya Tin hati-hati. Can melotot, tidak suka dengan nama panjangnya. Apalagi nama itu terucap dari bibir Tin yang masuk ke telinganya langsung.
"Keluar sana dari kamarku, malas bicara dengan laki-laki sepertimu." Rajuk Can.
Tin bingung, hanya karena dirinya memanggil dengan nama lengkap Can lantas membuatnya terusir dari wilayah kekuasaan pacar mungilnya. Sebenarnya Can kenapa Ya Tuhan? Sensitif sekali.
"Kau kenapa Can?" Tin mencoba mendekati Can yang masih berada diatas kasurnya.
Duduk di tepi ranjang Can, si pemilik kamar sudah menyembunyikan wajahnya dibalik selimut. Menutup seluruh tubuhnya padahal baru saja selesei mandi dan berpakaian rapi. Tin menggoyangkan bahu Can pelan.
"Hey, pacarmu bertanya kenapa malah bersembunyi dibalik selimut?" Tin bertanya dengan pelan.
"Mau tidur lagi, ini hari Minggu dan pacarku keberatan menemaniku main game." Can menyembulkan kepalanya dari balik selimut. Tin gemas sekali, tidak mengerti kenapa Cantaloupe nya sangat sensitif. Padahal semalam saat Tin menelponnya, mereka masih cekcok seperti biasa berakhir dengan salam manis dari keduanya. Pagi ini Tin datang karena rindu pada si mungil Can, calon ibu mertuanya bahkan langsung menyuruhnya masuk ke kamar Can.
Yah... ibu Can sudah merestui hubungan keduanya meskipun awalnya berat karena beliau harus memiliki menantu seorang lelaki tapi akhirnya ibunya mengalah karena Can terlihat sangat bahagia setiap harinya, ayah Can juga sudah tau perihal hubungan keduanya. Meskipun tak mengatakan apapun tapi ibu Can membujuk sang suami untuk lebih mementingkan kebahagiaan anaknya dan mau menerima anaknya yang memang sudah mencintai Tin. Jangan tanyakan Ley, dia yang paling bahagia karena kakak bodohnya mendapatkan kekasih yang tampan dan kaya raya, Ley senang bukan main karena ada pria setampan Tin yang menyukai kakaknya yang kelewat imut untuk seorang lelaki.
"Kalau begitu, aku akan tidur bersamamu." bisik Tin di telinga kanan Can yang tertutupi selimut. Can keluar dari persembunyiannya, melemparkan guling yang sejak tadi dipeluknya pada pacar tampannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN MEDTHANAN?
FanfictionSemua orang terheran-heran bagaimana Mahasiswa imut si CANTALOUPE bisa memporak-porandakan hidup seorang Tin Medtanan dan menjadikannya seorang pacar yang penurut. Padahal dalam kamus hidupnya tak pernah terpikir untuk mengalah atas apapun dan terha...