@Kantin Fakultas Teknik
"Hai...Can Medthanan." Pond menyapa Can yang terlihat duduk sendiri di kantin fakultasnya.
Memberi wai pada si mungil kesayangan tuan Muda Medthanan.Sudah 2 hari Can tak bicara apapun pada Tin, ratusan pesan Tin kirimkan selama 2 hari tapi tak kunjung dibalas juga oleh Can bahkan pesan ancaman juga tak mendapatkan balasan. Ada sekitar 50 panggilan dan tak digubris juga oleh Can. Tin mengirimkan banyak surat ke rumah Can tapi tak kunjung mendapatkan respon apapun, selama 2 hari ini pun pemuda Tin Medthanan itu tak terlihat di manapun bahkan di fakultasnya sendiri.
"Sialan Pond, kenapa memanggilku dengan nama itu?!" Baru saja menyapa sudah kena umpatan, kasian Pond.
"Eeiii bukankah namamu sekarang Can Medthanan? Boleh kan aku memanggilmu dengan marga barumu?" Pond tak berhenti menggoda Can.
"Hentikan Pond. Jangan meledeknya juga." Ae menengahi sebelum keduanya saling menendang.
"Ohh Ae, mana Pete?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Can secara reflek setelah melihat Ae datang ke kantin sendirian tanpa pacarnya. Ae meletakkan gelas minumannya kemudian meletakkan piring makanannya juga di meja kantin yang diduduki Can dan Pond. Melontarkan tatapan sengit pada Pond yang tadi pagi sukses mengerjainya.
"Pete harus mengurus tugasnya, kenapa menanyakan Pete?"
"Ohhh wajar saja Can bertanya , biasanya kalian selalu menempel seperti surat dan perangko. Dimana ada Ae disitu ada Pete." Pond berbicara dengan nada meledek juga tak lupa berperibahasa.
Ae memelototi Pond, pandangannya beralih pada si penanya. Sepertinya Ae akan mengatakan sesuatu atau menyampaikan sesuatu pada Can. Sesuai yang pacarnya minta.
"Pete menitip salam padamu Can, kau diminta ke gedung IC jika ada waktu." Terangnya
"Untuk apa ke gedung itu? Menemui orang yang merubah margaku seenaknya didepan orang-orang? Ahhh sial, gara-gara Tin semua orang memanggilku dengan Can Medthanan, bahkan satpam didepan memanggilku tuan muda Can Medthanan". Can mengeluh didepan anak-anak teknik. "Gara-gara dia semua orang jadi berperilaku aneh!" Rengeknya sebal.
Keluhannya benar-benar membuat kedua orang disekitarnya memberi tatapan curiga, Can terlihat seperti kekasih yang sedang ngambek dengan pasangannya. Sejak 2 hari hobinya mengomel dan menggerutu, bahkan ketika menonton teman-teman clubnya bermain bola dari pinggir lapangan, Can selalu mengomel pada teman-temannya sendiri mengatakan jika operannya salah. Apanya yang salah? Bahkan P'Type dan P'No hanya diam mengamati tanpa mengarahkan apa pun.
"Datanglah ke gedung IC Can, sepertinya kau butuh bicara pada Tuan Muda Medthanan itu." Pond menyarankan.
"Sialan kau Pond!!" Can mengumpat tepat didepan wajah Pond.
Can melangkahkan kakinya keluar dari kantin fakultas teknik tanpa pamitan pada Ae dan Pond. Dirinya mencoba berpikir, sayangnya saran Ae terus terngiang-ngiang di kepala Can membuatnya mau tidak mau harus melakukannya. Ae mungkin benar, dirinya harus bicara pada Tin dan mengakhiri masa ngambeknya yang sudah cukup lama itu.
............................
"Pete, boleh ya?" Suara seorang gadis di salah satu meja di lobi gedung IC, gadis itu tampaknya sedang meminta sesuatu pada Pete.
Gadis cantik IC ini tampak sedang memohon pada pria tinggi itu sementara pria tampan di sampingnya hanya diam menatap layar laptopnya tanpa mengatakan apapun.
Ada tugas yang mengharuskan mahasiswa dan mahasiswi untuk bergabung membentuk kelompok, satu kelompok harus terdiri dari 2 mahasiswa dan 1 mahasiswi. Hanya gadis ini yang belum mendapatkan kelompok, dirinya takut meminta pada pangeran es disamping Pete jadi terus memohon pada Pete, satu-satunya pria yang terlihat ramah diantara keduanya. Tugas itu berupa laporan yang harus diselesaikan dalam waktu 1 minggu dan semua peraturan dosen harus dituruti.
"Tin... bolehkan saja bagaimana?" Pete mencoba bertanya.
"Terserah...." Jawaban yang diberikan Tin, menatap sekilas dan menutup laptopnya asal.
Pete merasa aneh dengan teman sekelasnya ini, sama seperti Ae yang merasa aneh dengan Can. Tapi Tin tak mengatakan apapun padanya, jadi Pete hanya mencoba bersikap seperti biasanya. Pete tak melihat Tin bersemangat seperti saat bersama Can. Aura dinginnya begitu kental meskipun tidak seperti dulu.
"Pete, jadi pembagian tugasnya bagaimana?" Gadis itu mencoba memutus keheningan diantara mereka.
"Itu Tin yang mengaturnya."
Gadis itu mengalihkan tatapannya pada pria dingin disebelah Pete, ingin bertanya tapi takut. Jadi diam saja menunggu orang itu yang bicara terlebih dahulu. Pada dasarnya Nan adalah gadis yang pemberani dan cerewet, tapi ketika itu Tin, gadis itu jadi pendiam sekali.
"Aku materi pertama, pete yang kedua dan kamu, Nan, hanya perlu menulis sedikit laporan ketiga ditambah dengan kesimpulan dari semuanya." Tin mengintrupsi.
Nan tersenyum sangat lebar ketika Tin selesei menjelaskan pembagian tugas mereka.
"Terimakasih Tin, kau sudah mengijinkanku menjadi anggota kelompok dan juga memberiku tugas yang paling mudah." Nan tiba-tiba mengambil alih bangku kosong disebelah Pete, tangannya mengapit lengan kiri Tin.
Gadis itu tersenyum sembari tangannya semakin erat mengapit lengan kiri Tin yang tidak memegang apapun. Tin sempat terkejut tapi tetap membiarkan Nan memegang kendali atas tangan kirinya yang sedang menganggur. Tin tidak peduli jika pun dirinya tau Nan sedang menggodanya.
"Terimakasih naa~~ Tin, aku akan mentraktirmu makan nanti setelah tugas kita selesei." Ucapnya dengan nada yang manja dan tangannya yang terus mengayunkan lengan tin dengan pelan.
Nan sangat menyukai Tin, itulah sebabnya dia terus merayu Tin. Apalagi melihat saat ini Tin tampaknya tak sibuk mengurusi bocah miskin dari olahraga itu. Tentu saja Nan berusaha menarik perhatian Tin dengan cara apapun. Dirinya tidak ingin kalah saing dengan pria mungil itu.
"Can, sedang apa disini? Tidak latihan sepakbola?" Pete memanggil nama pria mungil yang sedari tadi berdiri di pinggir pintu lobi dan memperhatikan temannya, Pete berinisiatif mendekatinya.
"Uhmmm ti-dak, ta ta-di Ae bilang kau mencariku Pete ta ta-pi sepertinya kalian sibuk, maaf mengganggu. Mungkin lain kali saja aku datang lagi." Can menjawab dengan terbata-bata.
"Apa Ae mengatakan sesuatu?" Pete bertanya sekali lagi.
Can membalik tubuhnya dan berjalan melewati koridor dengan terburu-buru, matanya sudah buram karena menahan lelehan air yang sudah menggenang di pelupuk matanya. Sudah tak dipedulikan lagi suara Pete yang memanggil namanya. Hatinya berdesir nyeri ketika melihat pria yang akan ditemuinya diapit lengannya oleh gadis cantik itu. Juga suara manja gadis itu terus berputar seperti kaset rusak di otak Can.
Can merasa hatinya sangat sesak, padahal Tin bukanlah pacarnya. Lalu kenapa rasanya sakit sekali? Apa perasaan Can pada Tin sudah berubah menjadi perasaan suka? Ahhh atau Cinta?
Lalu bagaimana dengan perasaan Tin?Langkahnya terhenti tatkala sudah mendekati halte bis yang ada di depan kampus, dirinya hanya perlu menyeberang dan sampailah di halte itu. Otak Can terasa kosong, tak dapat berpikir tentang kemungkinan apapun antara Tin dan gadis cantik itu. Yang Can tau, Tin mungkin membencinya dan tak ingin menemuinya lagi.
TBC . . . . .
Hei Hei im comeback
Mohon dimaafkan apabila ada typo
Jangan lupa voment ya, terimakasih..
~DI~
Selasa, 03 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN MEDTHANAN?
FanfictionSemua orang terheran-heran bagaimana Mahasiswa imut si CANTALOUPE bisa memporak-porandakan hidup seorang Tin Medtanan dan menjadikannya seorang pacar yang penurut. Padahal dalam kamus hidupnya tak pernah terpikir untuk mengalah atas apapun dan terha...