Bagian 34

2.9K 281 37
                                    


Seminggu Kemudian....

Keluarga Medthanan sedang menikmati jamuan makan malam yang disajikan di sebuah ruang makan sederhana di rumah sederhana pula, begitu kata tuan rumah. Rumahnya begitu sederhana hingga membuat tuan rumah tak enak hati dengan kunjungan dari orang terhormat seperti tuan Thrai sekeluarga.

Jamuan makannya pun dengan menu-menu sederhana, menu ala rumahan, tak ada menu restoran, tapi masakannya tak kalah enak dengan buatan koki di rumah besar Medthanan. Malam itu ruang makan keluarga itu dipenuhi dengan banyak orang, termasuk 4 anggota keluarga dan 3 anggota keluarga Medthanan.

Jika kalian bertanya dimana Tul? Dia ada di Inggris, diberi kewenangan oleh Tin untuk menangani hotel dan Resort milik keluarga yang ada di Inggris, Tul bahkan berterimakasih pada Tin. Mengenai masalah yang dulu dia sempat mengganggu Can, dia sudah minta maaf secara resmi pada calon adik iparnya. Dan dengan melepaskan segala rasa egois dari kedua kakak beradik itu, akhirnya mereka bisa akur. Sesekali Tin bahkan berkunjung ke Inggris meskipun sendirian. Istri Tul juga mengikuti sang suami bersama Phupa, keponakan Tin yang sering menelpon Tin karena merindukan Tin dan juga Can.

Phupa menyayangi Can, meskipun masih kecil dia tau jika P'Can kesayangannya adalah seseorang yang berharga untuk om Tin nya. Begitu kata ayah dan ibunya.

Tin merasa beban hidupnya terangkat hampir keseluruhannya, beban di pundaknya pun berkurang drastis. Tin tak pernah lagi merasakan sesak di hatinya ketika mengingat masa lalunya, jika dia teringat maka selalu ada Can disisinya yang menenangkannya.

Suasana di ruang makan itu sangat tenang, atau lebih tepatnya tegang. Keluarga Kirakorn tak bergerak sedikitpun, bahkan hanya untuk mengambil nasi dari piring saja tak begitu keras suaranya. Sementara Can bingung melihat ayah dan ibunya mendadak diam seribu bahasa sejak keluarga Medthanan datang ke rumahnya. Biasanya suasananya  berbanding terbalik dengan hari ini, bahkan setiap waktu Ley selalu meledek sang kakak karena kebodohannya. Can sampai merinding melihat keluarganya yang tiba-tiba aneh begini, padahal Tin sudah biasa datang ke rumahnya untuk sekedar main, mampir dan menginap.

"Ley..." Panggil Can seperti biasa.
Si adik hanya menengok ke sumber suara dimana kakaknya sudah menatap ke arahnya.

"Iya Phi..?" Jawab Ley yang sepertinya justru terdengar bertanya.

Suara adiknya mendadak melembut, tak terdengar gurauan ataupun ledekan. Ley justru terdengar begitu menghormati kakaknya sendiri, seperti saat berbicara pada Tin. Can jadi bingung sendiri, dia tak suka suasana rumahnya dan tingkah laku keluarga yang aneh begini.

"Ayah...Ibu..." Panggil Can.
Orangtuanya langsung mengarahkan kedua bola matanya pada anak lelaki satu-satunya di keluarganya itu.

"Apa Ayah dan Ibu, juga Ley marah padaku?" Tanyanya ditengah ketegangan yang menyelimuti.

"Uhmm tidak nak, memangnya kenapa?" Tanya Ibu si mungil heran.

"Kalian selalu diam sejak aku dan keluarga Tin masuk rumah ini, apa Can melakukan kesalahan ma?" Si mungil mengajukan pertanyaan lagi.

Can itu tidak suka suasana aneh begini, apalagi keluarganya. Dia lebih suka Ley memarahinya seperti biasa, meledeknya dan memukulnya dari pada adiknya yang terlihat menghormatinya seperti saat ini. Juga Ibunya yang cerewet, mengomelinya ketika makannya berantakan seperti anak kecil, bukan Ibunya yang diam begini.

"Tidak ada Nak, Ibu hanya merasa tidak pantas bicara seperti biasa padamu didepan keluarga Tin."

"Auwww tapi Papa dan Mama tak masalah kan? Aku sudah bercerita banyak hal tentang keluargaku pada Papa dan Mama, iya kan mah , pah?" Tanyanya antusias pada calon mertuanya.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang