Bagian 32

2.9K 282 17
                                    

I'm here, with new chapter~

Setahun Kemudian......

Seorang pria tampan baru saja pulang ke rumah keluarganya, baru saja selesai membantu sang Ayah menangani berbagai urusan perusahaan yang memusingkan. Hingga sang Ayah menyuruh anaknya pulang terlebih dahulu karena mengatakan bahwa rindunya sudah tak terbendung lagi pada tunangannya.

Ayahnya begitu mengerti akan perasaannya pada sang kekasih, hubungan keduanya semakin membaik hari demi hari. Hubungannya dengan sang ayah dan hubungannya dengan sang kekasih.

Tin akhirnya mampu perlahan memaafkan kesalahan orangtuanya, begitupun orangtuanya selalu berusaha membuatnya merasa senang. Tuan Thrai dengan senang hati mengijinkan sang anak membawa kekasihnya pindah ke rumah besarnya dan para koki dan maid pun sangat senang dengan kehadiran Tuan Muda mereka yang baru, mendengar celotehan khasnya dan gelak tawa kedua Tuan Mudanya ketika berkumpul, keluarga Tuan Thrai kini seperti keluarga umumnya, dengan kekayaan yang berlimpah dan kebahagiaan yang menyelimutinya. Seperti keinginan murni Tin ketika kecil.

Pria tampan itu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah dimana kekasih hatinya sedang sibuk memainkan game di handpone nya seorang diri dengan kaki yang di selonjorkan di sofa panjang yang didudukinya, sesekali tersenyum karena dirinya memenangkan permainan.

Tin tersenyum tipis, mengamati kekasihnya tak menyadari kedatangannya sama sekali. Tin maklum, kekasihnya pasti juga membutuhkan hiburan di rumah besar ini ketika dirinya dan Ayah serta Ibunya sedang tak ada di rumah karena rumah itu menjadi sangat sepi.

Menantu kesayangan Tuan Thrai, begitulah para koki, para maid dan tukang kebun menyebut kekasih hatinya, tentu saja kesayangan, belum menikah saja sudah sangat dimanjakan apalagi ketika sudah menikah, bisa-bisa tak boleh keluar kamar karena harus melayani sang suami setiap malamnya. Kuliah saja diantar dengan supir pribadi, itu perintah Tin dan tak menerima penolakan.

"Hey..... serius sekali." Kalimat pertama yang dilontarkan Tin ketika sudah terduduk di sofa di samping kiri kekasihnya.

Yang diajak bicara mematikan gamenya, tak peduli akan kalah atau menang, kekasihnya pulang ke rumah dan tak sempat menyambutnya. Ini belum jam pulang jadi dirinya tak tau jika Tin sudah pulang.

"Tin!!" Panggilnya menghambur kedalam pelukan Tin. "Kapan pulang? Kenapa tak menelponku dulu?"

"Tadinya ingin memberi kejutan, tapi kau kelihatan serius bermain game, aku tak ingin mengganggumu." -Tin.

"Tapi aku kan harus menyambutmu Tin." Si mungil menggerutu.

"Tidak apa, lagian kau kan tak tau Can." Tin menenangkan Can, mengelus surai kekasihnya yang sangat lembut. 

"Mau makan apa? Biar aku ambilkan." Si mungil lantas berdiri dari duduknya menatap sang kekasih, berharap Tin segera mengatakannya.

"Duduk saja, temani aku disini." Pinta Tin. "Tak perlu melayaniku, aku tidak ingin mereka terus-terusan melihat wajah manis kekasihku." Ucap Tin, setengah kesal.

..............................

Flashback beberapa waktu sebelumnya

Tin melangkahkan kakinya menuju dapur, ingin melihat apa yang dimasak koki pribadi keluarganya. Melangkahkan kaki tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, telinganya mendengar pembahasan para maid dan koki yang sedang berkumpul di dapur, sedang istirahat dan berbincang.

"Tuan Can menggemaskan ya, tidak bosan setiap hari menatap wajahnya." Kata salah satu maid.

"Senyumnya sangat manis, menenangkan dan membuatku serasa memiliki adik laki-laki." Yang lain menimpali.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang