Bagian 45

2.8K 266 19
                                    

Tin sedang berdiam diri di ruangan kerjanya ketika jam istirahat sudah lewat 10 menit. Dia hanya bosan, kekasihnya tak berkunjung selama beberapa hari ini. Tin bahkan tak semangat bekerja sejak pagi, yang dia lakukan hanya membaca membolak-balikkan lembar proposal dan berkas penting untuk ditandatanganinya.

Tin kesal karena Can mendiamkannya selama beberapa hari ini, saat kesal Can bahkan mengatakan bahwa dirinya tak serius dengan hubungannya bersama pria mungil itu. Pagi ini Can datang ke kampus, seperti biasa dikawal oleh 2 bodyguardnya dan Tin tak mendapat kabar bahwa kekasihnya sudah pulang. Semakin membuatnya khawatir.

Okke, mungkin Tin terlalu berlebihan tapi Tin tak bisa tak mendapat kabar tentang Cantaloupenya. Apa yang sedang dilakukannya dan dimana Can sekarang, Tin tak bisa berdiam diri disini.

Tin kemudian melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangannya dengan terburu-buru, seperti orang yang sudah terlambat datang ke kantornya sendiri padahal saat ini masih istirahat. Beberapa karyawan yang masih berada di ruangan mereka bahkan merasa khawatir karena CEO mereka pergi dengan buru-buru, seperti ada sesuatu yang sedang di kejarnya.

Memasuki lobi kemudian keluar di lantai dasar kantornya sendiri, melepaskan dasi yang melilit pada krah kemejanya. Tak menengok kekanan dan kekiri seolah ini benar-benar keadaan darurat.

"Phi Tin...." Suara cempreng seorang gadis menyapa indra pendengarannya, menghentikan langkah kakinya.

Tin mengedarkan pandangannya kesegala arah dan menemukan gadis itu melambai kearahnya, gadis itu sangat Tin kenali. Tin tersenyum setelahnya, berusaha menetralkan kekhawatirannya takut membuat gadis tersebut juga khawatir.

"Ley, sedang apa di kantorku?" Tin bertanya dengan nafas yang masih terengah karena berlari menghampiri Ley di ujung sebelah kanan lobinya.

Tin merubah arah pandangnya pada karyawannya sendiri yang duduk berhadapan dengan Ley, dia Jane, fans berat kekasihnya. Wajahnya berbinar setelah menatap kearah Tin.

"Sedang mengobrol dengan P'Jane, dia memaksaku datang ke tempat kerjanya." Ley menjawab. "P'Jane membrondongiku dengan banyak pertanyaan tentang P'Can dan P'Tin."

"Awww kau tak memberitahuku jika kekasih Presdirku adalah kakakmu!" Jane tak terima dengan jawaban Ley.

"Memangnya aku tahu P'Jane bekerja di perusahaan P'Tin?"

"Aku tidak peduli, pokoknya kau jahat Ley. Kenapa tak memberitahuku jika kakakmu begitu imut! Malah mengatakan jika kakakmu manja, kau tidak adil Ley!" Jane terus menyerang Ley dengan fakta yang bertubi-tubi.

"Aww aku tidak tau kalo P'Can akan datang ke perusahaan P'Tin untuk berkunjung!" Ley memberi alasan.

"Itu hanya alasan, aku kan juga ingin bahagia melihat Presdir dan kakakmu bahagia!"

Tin memijat keningnya pelan, dia pusing dan juga lelah ditambah lagi calon adik iparnya sedang bertengkar dengan karyawannya sendiri. Meributkan tentang hal yang seharusnya tak diributkan menurut Tin. Argghhhh Tin hanya ingin Can sekarang.

"Bisakah kalian berhenti berdebat?" Tin memutus pertengkaran diantara keduanya.

"Jangan ribut di kantorku, bisa kan?" Tin bertanya dengan kesal.

Hening.....

Ley dan Jane benar-benar diam karena gertakan seorang Tin.

Tin terduduk di kursi yang masih kosong tepat di sebelah Ley.

"Ley..... bisa bantu Phi?" Tin membuka percakapan lagi.

"Membantu apa? Apa P'Can ngambek lagi?" Ley mencoba menebak.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang