@Kantin Fakultas IC
"Ai Tin!! Untuk apa membawaku kesini?" pertanyaan itu berasal dari si cerewet Can setelah dirinya diturunkan dari gendongan Tin.
Can dibawa Tin ke Kantin Fakultas IC, tentu saja Can protes. Pasalnya Can pikir Tin akan membawanya menuju Kantin Fakultas Teknik atau Fakultas Olahraga, tapi ternyata malah dibawa ke kantin Fakultasnya IC. Selama dalam gendongannya, Can berontak dan meminta Tin menurunkannya setelah mengetahui langkah kaki Tin memasuki halaman fakultas IC tapi Tin tentu saja mengeratkan kaki Can pada tangannya supaya Can tidak bisa turun dan kabur.
Can sebenarnya tak masalah jika makan dimanapun selama bukan di area gedung IC. Pasalnya dirinya masih mengingat kejadian beberapa hari yang lalu yang membuatnya hampir saja kehilangan nyawanya, meskipun otak Can tidak secerdas Tin tapi dirinya masih bisa mengingat bahwa dia dipukul dengan keras bahkan setelah kejadian itu badannya terasa remuk dan ulu hatinya mengalami nyeri yang teramat sangat, sering dirinya mengerang keras di kamar karena ulu hatinya nyeri kembali dan harus tidur setelahnya untuk mengurangi rasa sakitnya.
Tin pergi untuk memesan makanan sesaat setelah Can terduduk disalah satu kursi yang disediakan, Can mengedarkan pandangannya pada semua mahasiswa yang ada disekitarnya. Dirinya khawatir akan bertemu dengan salah satu atau beberapa anak IC yang beberapa hari lalu mengeroyoknya. NIHIL. Tak ada seorang pun mahasiswa yang ada diingatan Can, dirinya yakin ingatannya tidak salah tapi kenapa tidak ada seorangpun dari mereka yang tertangkap manik mata Can.
"Cari siapa?" Tin baru saja terduduk tepat dihadapan Can mendapati Can-nya sedang mencari seseorang hingga tidak menyadari jika Tin sudah ada di hadapannya.
Can tersenyum kikuk, bingung mau menjawab apa. Tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal lalu berusaha menghindari tatapan mata Tin yang menuntut jawaban.
"Anak yang menghajarku waktu itu, aku tidak melihat salah satu dari mereka di sekitar sini." Can menjawabnya takut-takut, suaranya memelan.
"Mereka di skors beberapa hari ini, aku sudah melaporkan semuanya pada Rektor Universitas." Tin menjawab dengan mata yang tetap mengamati pergerakan Can.
"Akan ku buat perhitungan lagi dengan mereka nanti!" lanjutnya.
Sebenarnya semua itu ulah Kengkla, adik sepupu Tin itu langsung melaksanakan apa yang menjadi perintah kakak sepupunya. Ya!! Kengkla yang melaporkan semuanya, Kengkla melapor sebagai bentuk peringatan pertama terhadap anak-anak kaya tidak tau diri itu. Kemudian Ae dan Pete juga dimintai keterangan sebagai saksi yang mana keterangan mereka cukup membantu untuk dibawa ke ranah pengadilan. Sayangnya Tin mengatakan pada Rektor jika dia akan memberi "teman-teman" fakultasnya pelajaran sendiri jadi kasus ini tidak dibawa ke pengadilan.
Kengkla sendiri tidak akan mengotori tangannya dengan darah dari para pembuat onar itu sebelum Tin yang memintanya sendiri. Jadilah para dosen dan rektor mengadakan rapat dadakan mengenai hal ini. Bukankah Kengkla seorang MABA? MEMANG, tapi dia juga sepupu Tin kan? Jadi jika Kla sudah menyebut nama Tin dan menunjukkan Golden Card keluarga Medthanan, maka berarti orang itu orang kepercayaan dan keluarga Medthanan.
(Golden Card/Kartu Emas Keluarga Medthanan hanya berjumlah 10 kartu, Tin sendiri memegang 2 kartu, 3 kartu dipegang masing-masing oleh Tuan Besar Trai Medthanan, Nyonya Besar Medthanan dan Tul Medthanan, 1 kartu ada pada Phupa, anak Tul, 1 lagi dipegang oleh ayah Kengkla, 1 kartu ada pada Kengkla, 2 lainnya ada pada 2 kepala ajudan khusus keluarga Medthanan. Golden Card hanya bisa digunakan untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan keluarga Medthanan dan ketika kunjungan resmi ke luar negeri yang diadakan mendadak*terbang tanpa visa ke negara yang dituju dan masuk ke negara tersebut secara vip*, digunakan atas perintah keturunan langsung keluarga Medthanan dan pada keadaan-keadaan tertentu).
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN MEDTHANAN?
FanfictieSemua orang terheran-heran bagaimana Mahasiswa imut si CANTALOUPE bisa memporak-porandakan hidup seorang Tin Medtanan dan menjadikannya seorang pacar yang penurut. Padahal dalam kamus hidupnya tak pernah terpikir untuk mengalah atas apapun dan terha...