Bagian 58 : Ending (2)

3.7K 255 28
                                    

Kengkla menunggu kekasihnya menenangkan Can, lalu membiarkan tidur diatas ranjang King Size milik Tin. Setelahnya, Kengkla turun dari lantai dua diikuti oleh Techno dengan wajah yang sedih, tak bisa berhenti memikirkan keadaan Can. Kengkla sudah menyuruh beberapa bodyguard pamannya untuk menjaga Can, setidaknya Can akan aman.Berbaur dengan beberapa tamu, juga teman-teman Techno yang masih ada disana. Mereka menanyakan Can dan berhenti bertanya setelah Kengkla menjawabnya dengan wajah tak enak dipandang. Mengobrol seperti biasa lagi, dan berakhir dengan ledekan khas mereka ketika masih kuliah. Yang jadi korban? Tentu saja Techno! Kengkla bahkan tak membelanya, malah ikutan tertawa bersama mereka. Rasanya sangat lega bisa mengobrol dan tertawa terbahak-bahak.

Tin datang dengan tangan mengepal sampai buku jarinya memutih. Meminta Kengkla untuk menghadapnya lalu Kengkla tersenyum licik setelahnya. Sudah lama sekali Kengkla tak bermain-main, jadi kali ini tak masalah. Tohh bukan membunuh orang, jadi P'No-nya takkan keberatan.

"Dimana Can?" Tin bertanya dengan terburu-buru setelah berada di dekat Kengkla.

Kengkla menarik pandangannya ke bawah, menatap lantai yang sepertinya lebih menyenangkan untuk dipandang. Padahal Tin jelas-jelas menanyakan dimana belahan jiwanya berada saat ini.

Sebenarnya Kengkla menunduk bukan karena takut, tapi karena kesal dan tidak ingin bertemu tatap dengan kakak sepupunya yang tadi sangat menyebalkan itu. Bagaimanapun juga Kengkla sebal melihat kakak sepupunya yang lebih memperhatikan kolega dan tamu-tamunya dari pada orang yang katanya paling berharga di hidupnya.

"Dimana Can? Aku bertanya padamu, Kla!" Tin akhirnya meluapkan amarahnya pada adik sepupunya.

Techno datang dengan wajah yang sulit di tebak oleh Tin. Setahunya No adalah senior yang paling disayang oleh Can, jadi harusnya dia tahu dimana Can berada.

"Dia di kamarmu, sedang istirahat!" katanya dengan memalingkan wajahnya, lalu tersenyum meremehkan, "Kau tahu? Dia lelah tapi kau malah meninggalkannya seorang diri ditengah banyaknya orang, Can itu selalu bosan sendirian." Tin mendengarkan sahabat suaminya itu mengomel, "Tidak lihat wajahnya sudah pucat? Kau ingin membuat Can mati perlahan hah?" Tanyanya penuh kemarahan.

Yah, memang benar Tin tadi meninggalkan Can sendirian. Padahal Can sudah mengatakan jika dia lelah tapi Tin tak mengatakan apapun dan berlalu meninggalkan Can diantara banyaknya tamu yang datang, hanya sekedar untuk bertemu dengan koleganya yang ternyata gila dan justru mendefinisikan Can dengan wajah dan ucapan paling menjijikkan yang pernah Tin lihat dan dengar.

"P'No, tenanglah...." Kengkla menepuk-nepuk bahu kekasihnya dengan perlahan, seolah-olah takut jika kemarahannya akan merusak acara yang sedang berlangsung.

Setelah itu, Tin justru mencari kedua pasang orangtua yang masih sibuk bercengkrama dengan tamu masing-masing, mengatakan akan menyusul Can di kamarnya dan akan menjaganya. Pada akhirnya pesta itu justru membuat Can kelelahan dan hampir pingsan, Tin merasa bersalah. Kakinya melangkah ke lantai dua dengan tergesa-gesa, meskipun tangannya masih ada bekas memar karena memukul orang gila itu dengan sangat keras, tapi Tin tak menghiraukannya. Baginya, Can-lah yang paling penting.

****

Malamnya, Tin pikir tidak bisa melakukan ritual suami istri untuk malam pertama. Tin justru dengan gelisah menunggu Can yang tak kunjung sadar sejak pesta berlangsung. Can tidak tidur selama beberapa hari karena terlalu gugup, dia juga sulit untuk makan. Tidak seperti Can yang biasanya sangat lahap saat makan, Tin pernah berpikir jika Can tak ingin dinikahi olehnya tapi yang ada Can sangat marah dan mendiaminya selama beberapa hari. Berakhir dengan Can yang mengungsi tidur di kamar tamu dan tak mau menemuinya, Tin bersusah payah membujuk tapi justru diusir dan dibentak-bentak dan berakhir dengan makian. Can merasa dia tak dipercaya oleh Tin, maksudnya perasaannya! Bagaimana pria dominan seperti Tin meragukan perasaannya hanya karena Can belum siap untuk dipinang, apalagi menikah. Harga diri seorang Kirakorn tidak semudah itu untuk tak dianggap.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang