Bagian 14

3.6K 336 25
                                    

@Rumah Keluarga Kengkla

Disinilah Tin berada, sejam yang lalu adik sepupunya mengirimi pesan ancaman supaya Tin datang kerumahnya. Ya, entah mengapa hari ini anak itu pulang ke rumah, padahal biasanya Kla akan pulang ke apartemennya. Bahkan bocah itu berani menggunakan kalimatnya supaya Tin datang.

From Kengkla :

Datanglah kerumahku, aku tidak menerima penolakan!!
Jika Phi tidak datang, jadilah pengecut selamanya.

Bocah itu, satu-satunya bocah yang bisa mengatainya pengecut, payah, bodoh, dan bahkan berani memberikan ancaman. Kurang ajar memang, tapi jika Kengkla tidak begitu maka Tin tidak mampu menaruh kepercayaannya pada siapapun. Sekurang ajar apapun Kengkla masihlah lebih wajar dari dirinya sendiri.

"Kalau rindu, datanglah ke rumahnya dan temui. Bukan melamun di rumahku!" Suara rendah Kengkla membuyarkan lamunan Tin.

Entah sejak kapan anak itu sudah ada didepan sofa yang bersebrangan dengannya, Kengkla pasti sudah tau kalau Tin akan datang meskipun tidak diancam. Sejujurnya Tin memang ingin banyak bercerita pada Kengkla mengenai bocah mungilnya. Mungkin saja Kengkla paham, ditambah lagi pacarnya adalah sahabat dari pria mungil yang sedang ditaksirnya.

Kla menyodorkan minuman soda pada Tin, Tin langsung menerima, membuka dan kemudian meminum beberapa teguk isinya. Kengkla hanya minum satu teguk lalu memperhatikan kakak sepupunya yang terlihat....berantakan dan frustasi.

"Apa yang mau kau katakan Kla?" tatapan mata Tin begitu tajam seolah mengatakan jika dirinya tidak mau sekedar menemani bocah kecil didepannya hanya untuk sekedar duduk saja.

"Heh, harusnya aku yang mengatakan itu!" Kla menjeda kalimatnya, "Apa yang kau lakukan kemarin di lobi IC?"

"Apalagi? Hanya mengerjakan tugas, selesei dan pulang" jawabnya cuek tidak mengerti kemana arah pembicaraan Kengkla.

Tin Bodoh.....Bukan itu yang Kengkla ingin dengar darimu.

"Bodoh!" Kengkla menyindir. "P'Can datang kesana kan?"

"Ya, dan dia langsung pergi begitu urusannya selesei dengan Pete." Jawab Tin cuek.

"Dia pergi setelah melihatmu." Kengkla sudah bosan harus memancing kakak sepupunya yang bodoh dan sangat tidak peka ini, kesabarannya sudah habis.

"Dia sedang menata hatinya untukmu, dia masih tidak yakin dan malah melihatmu sedang digandeng gadis cantik." Jelas Kengkla. "Kau bahkan tidak berusaha menghindari Nan. Dasar bodoh!" Kengkla jadi kesal sendiri dibuatnya.

Tin hampir saja tersedak setelah gendang telinganya menangkap penjelasan Kengkla yang langsung pada intinya. Tidak biasanya Kengkla langsung bicara dan bahkan mengatainya. Sepertinya kisah percintaannya terlalu menarik untuk bocah ini.

Otak Tin terus berputar kembali pada kejadian hari kemarin, dimana dirinya tak menyadari kehadiran Can di lobi IC. Pete lah yang menyapa Can dan membuat perhatiannya terfokuskan pada Can. Tapi pria mungilnya langsung pergi begitu saja setelah bertemu Pete. Pete bahkan memanggilnya terus menerus tapi Can tak kunjung berbalik, bahkan langkahnya semakin cepat seperti akan berlari. Kali ini dirinya baru sadar jika Can diliputi kecemburuan.

Namun Tin tidak tau harus merasa senang atau sedih ketika mengetahui fakta itu. Pasalnya, Can bahkan tak mengiriminya pesan sama sekali.

"Gara-gara kau, hari ini P'No harus menemani bocah mungilmu seharian." Tambahnya dengan ekspresi wajah yang mungkin kesal. "Tidak ingin tau apa yang dikatakan P'No padaku?" Senyum licik itu terpatri di bibir Kengkla.

Tin tetap diam.

"P'No bilang kalau P'Can terus mengumpatimu dihadapannya." Kengkla menjawab sambil mengingat-ingat. "Monyet albino kesayangan P'No itu mengatakan dia sudah menyukaimu tapi kau malah bersama gadis cantik, bergandengan tangan pula jadi dia ingin mundur saja." lanjutnya sambil menyunggingkan senyumnya.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang