Keesokan harinya . . . .
Can berangkat ke kampus seperti biasa, melewati banyak mahasiswa yang memang sudah ada di kampus pagi itu. Kampus begitu padat pagi itu, seingat Can tidak ada acara apapun di kampusnya. Juga tidak ada fakultas yang mengadakan acara amal, dan sekarang belum saatnya upacara wisuda karena sekarang masih pertengahan semester. Bahkan belum ada jadwal ujian sebelumnya, jadi tidak mungkin wisuda ditengah-tengah semester begini. Tubuh kecilnya perlahan-lahan melewati kumpulan mahasiswa dan mahasiswi yang berdiri didepan gedung utama Kampus.
"Auwww kudengar Nong Kengkla yang tampan akan datang pagi ini," seorang mahasiswi hampir berteriak dari belakang tempat Can berdiri saat ini.
"Bagaimana bisa seorang Maba begitu sempurna seperti Nong Kla? Apa dia itu malaikat atau peri yang diturunkan Tuhan di kampus kita ini ya?" Sahut gadis dengan rambut bergelombang disampingnya disambung dengan pertanyaan yang terdengar berlebihan.
Kampus ini ternyata cukup menakutkan, ditambah dengan adanya pria-pria seperti Tin dan Kengkla yang terlihat begitu susah didekati tapi enak di pandang. Pria-pria yang memiliki segalanya dan juga akan mendapatkan segalanya. Can melamunkan seseorang yang sering mengganggu hidupnya beberapa bulan belakangan. Karena dia, dirinya kini menjadi bahan pembicaraan banyak orang di kampus bahkan banyak yang mengejek dirinya hanya karena dikejar-kejar oleh si Pangeran Es, Tin Medthanan.
Tentu saja hal itu jadi bahan pembicaraan, Can yang mahasiswa biasa dan tidak ada seorang gadispun yang mendekatinya kini dikejar-kejar pria bernama Tin itu, si anak penguasa kampus ini. Sontak semuanya menjadi gempar di hari kedua Tin datang ke fakultas Can yang letaknya lumayan jauh dari Fakultas IC. Karena hal itu, Can sering digunjingkan disana-sini bahkan oleh mahasiswa yang bukan dari fakultasnya ataupun Tin.
"Sedang apa mahasiswa Program Thai berada di depan fakultas IC?"Tegur seorang mahasiswa yang sepertinya anak IC.
Can sibuk melamun dan mendengarkan para mahasiswi bergunjing hingga dirinya lupa jika langkahnya bukanlah menuju Fakultasnya tapi menuju Fakultas IC, Fakultasnya Tin. Matanya kini sibuk mengarah mencari jalan menuju fakultasnya sendiri, tapi langkahnya terhenti ketika beberapa mahasiswa datang mendekatinya dengan tatapan penuh selidik.
"Jadi ini bocah yang sudah membuat seorang Tin menjadi seperti orang bodoh ya?" itu bukan suara mahasiswa yang mendekati Can, tapi suara perempuan. Ini pasti anak IC juga, sepertinya penggemar Tin didengar dari cara bicaranya yang seperti menghina.
"Manis, imut, " yang lain menyahut "Tapi sayang, tidak sepadan dengan Tin kita yang sempurna," gadis lain yang baru datang menimpali.
Tin memang Pangeran Es, tapi jangan salah, pesonanya benar-benar tidak bisa diremehkan. Tin mungkin tidak tau jika ternyata di fakultasnya ada fansclubnya sendiri, isinya ya gadis-gadis dari keluarga kaya yang berasal dari fakultas Ekonomi (Fakultasnya Kengkla) dan Fakultas IC. Tapi sayang, Tin bahkan tidak peduli tentang fans atau apapun itu. Jadi meskipun setiap hari Tin berlalu lalang di kampus, tidak ada yang berani mendekatinya. Dan kebetulan saat ini semua anggota FansClubnya Tin sedang berkumpul didepan fakultas IC, dan menemukan sosok Can disana jadilah Can disudutkan dan bisa saja mereka melakukan apapun pada Can.
. . . . . . . . . . . .
Entah ada angin dari mana, seorang Tuan Muda Kengkla yang sedang mengendarai mobilnya menuju kampusnya, merindukan P'No nya yang sudah hampir seminggu tidak ketemu. Semua ini karena kesibukan Kengkla yang baru, sebagai Maba yang baik dia bahkan harus rela membuang-buang waktu bersama dengan teman sekelasnya demi menyeleseikan tugas yang begitu banyak. Jadilah dirinya harus menahan rindu yang teramat sangat pada pujaan hatinya.
To : My Techno
"Apa P'No sudah sampai di kampus ?".
Pesan pertama yang dikirim Kla pagi ini, sebenernya Kla ingin mengatakan kalau dia rindu tapi dia urungkan mengingat P'No nya tidak suka mendengar gombalan seperti itu. Jadi dirinya tak punya pilihan lain, mengirim pesan seperti biasa asalkan P'No nya membalas itu tidak jadi masalah.
Sepuluh menit berselang tapi Kengkla tak mendapatkan balasan apapun dari Techno-nya, baru kali ini kekasihnya begitu lama membalas pesan yang dia kirimkan. Biasanya tidak sampai 2 menit sudah dibalas. Pikirannya entah mengarah kemana, tiba-tiba saja Kengkla begitu khawatir. Takut terjadi sesuatu dengan P'No nya. Hingga Handphone nya menampilkan pesan yang sudah ditunggu-tunggu sejak tadi bertepatan dengan dirinya yang baru selesei memarkirkan mobilnya didekat fakultasnya.
"Aku di klinik kampus, ada apa?"
Balasan dari Techno membuat Kengkla mengerutkan dahinya, pasalnya P'No meskipun cedera tidak pernah menginjakkan kaki ke klinik kampus. Beberapa waktu berselang, sampai akhirnya Kengkla memutuskan membalas pesan Techno.
"Apa kau sakit Phi?"
"Atau cedera?"
Sebenarnya tidak mungkin Techno-nya cedera, ini baru jam 9 pagi dan club sepakbola baru akan berlatih pukul 3 sore nanti setelah kegiatan kampus selesei. "Apa P'No sakit?" otak Kengkla bekerja ekstra untuk terus berpikir. Kengkla sudah siap berlari ke klinik kampus tapi sebuah pesan datang menghentikan niatnya.
"Bukan aku, tapi Can."
"Dia dihajar anak-anak IC, Ae dan Pete yang menolong dan membawanya ke klinik. Aku datang menjenguknya bersama dengan senior yang lain."
Kengkla menghembuskan nafas lega setelah membaca balasan pesan dari Techno-nya, tapi tunggu dulu? Can dihajar anak-anak IC? Apa-apaan ini? Apa P'Tin sudah tau?
Kengkla mengedarkan pandangannya mencari lorong penghubung fakultas ekonomi dengan fakultas IC. Dirinya berlari untuk menemui sepupu yang malam kemarin baru mengobrol dengannya. Meskipun ini kabar buruk, setidaknya dia harus menyampaikannya supaya kakak sepupunya tau dan bertindak. Langkahnya melambat tatkala melihat Tin sudah melewati pintu utama gedung IC.***
"P'Tin...!!" teriakan Kengkla menggema diruangan tersebut, dirinya tak peduli dengan tatapan heran mahasiswa lain yang berada disana ketika seorang Kengkla datang ke fakultas IC dan tiba-tiba memanggil Tin dengan sebutan Phi.
Langkahnya mendekat menuju Tin yang diam mematung, masih kaget dengan adik sepupunya yang datang dan mengejutkannya, apalagi dengan pelipis yang sudah menetesken beberapa bulir keringat pertanda bahwa dia berlari dari tempat yang lumayan jauh.
"Apa?!" itu Tin dengan suara dinginnya.
"P'Can,," Kla baru bisa menyebutkan nama itu sembari menghembuskan karena terengah-engah akibat lelah berlari tapi mata Tin menatap tajam Kengkla meminta penjelasan lebih.
Tin baru saja tiba di kampus ketika Kengkla memanggil namanya dengan berteriak, langkahnya langsung terhenti karena Kengkla tiba-tiba sudah ada di fakultasnya. Karena itulah Tin tidak tau apa yang terjadi pagi tadi.
"P'Can terluka, sekarang sedang diobati di klinik kampus. P'Ae dan P'Pete yang......" penjelasannya terhenti tatkala melihat Tin sudah berlari dengan sangat cepat kearah klinik kampus tanpa mempedulikan Kengkla yang masih sibuk mengambil nafas.
Kengkla berlari lagi menyusul Tin yang tadi meninggalkannya tanpa mengatakan apapun, Kengkla mengikuti Tin karena khawatir kakak sepupunya akan mengamuk setelah menemui Can di klinik kampus, juga sebenernya dia merindukan P'No nya jadi siapa tau saja bisa bertemu di klinik nanti.
Semua orang yang menyaksikan masih terdiam tak percaya, beberapa berbisik-bisik pada yang lainnya tentang Kengkla yang begitu peduli pada Tin. Selama ini yang mereka tau, Tin dan Kengkla tak memiliki hubungan apapun dan tak saling kenal, apalagi Kengkla masih Maba di Fakultas Ekonomi. Tapi kejadian tadi benar-benar mengejutkan mereka semua. Kemudian seketika grup Line dari dua Fansclub dua pria tampan tadi begitu ramai dengan pesan yang penuh pertanyaan.
To Be Continued. . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN MEDTHANAN?
FanfictionSemua orang terheran-heran bagaimana Mahasiswa imut si CANTALOUPE bisa memporak-porandakan hidup seorang Tin Medtanan dan menjadikannya seorang pacar yang penurut. Padahal dalam kamus hidupnya tak pernah terpikir untuk mengalah atas apapun dan terha...