Bagian 22

3.5K 284 58
                                    

@Fakultas Ekonomi

Seorang pria tampan sedang menunggu seseorang di taman dekat fakultas Ekonomi seorang diri, memainkan hanphone nya, seperti sudah memiliki janji dengan orang lain.

Seorang pria menghampiri pria yang lain yang sedari tadi menunggunya di fakultasnya. Pria itu terlambat. Jangan salahkan Kengkla, salahkan saja Tin, tengah malam mengiriminya pesan perintah ketika dirinya masih terlelap dalam tidurnya. Kengkla tentu tak marah, hanya cukup terkejut saja.

"Bagaimana Phi?" tanya pria yang lebih muda itu tanpa basa basi.

Tin menyunggingkan seringaiannya, membuat Kla sedikit takut. Yah, Kla cukup takut melihat seringaian Tin yang jarang sekali diperlihatkan. Terakhir kali Kla melihatnya ketika Tin merencanakan pembalasan pada teman-teman IC nya waktu itu.

"Apa rencanamu, Phi?" Kla mencoba bertanya lagi, semoga saja Tin menjawabnya.

"Menghabisi D-I-A."  Tin menekankan kalimatnya pada kata dia. Tentu saja Kla tau siapa yang kakak sepupunya maksudkan, jangan lupakan semalam bahkan dirinya baru saja memberikan laporan dari hasil obrolannya dengan pacar tiangnya.

"Jadi, apa yang kakak tirimu katakan pada P'Can?" Kla mencoba menggali informasi.

Kla tau kakak sepupunya sedang marah besar, karena itulah seringaian Tin muncul bahkan saat masih pagi begini. Semalam Can menginap di apartemen kakak sepupunya jadi Kla paham jika berada didekat Can, Tin tak akan berani mengamuk. Tapi berbeda pagi ini, meskipun keduanya berangkat bersama, tak lantas meredam amarah Tin yang memuncak hingga ubun-ubun.

"Melecehkan pacarku, mengatakan hal yang tak pantas didengar oleh telingaku," kata Tin dengan nada dinginnya, "Dia ingin Can membenciku dengan membeberkan segalanya pada Can." Kla masih membiarkan Tin bercerita, meskipun Tin sejenak menghentikan kalimatnya. Nafas itu terdengar lirih, berhembus teratur.

"Kau tau apa yang membuatku marah Kla?" Tin mencoba mengajak lawan bicaranya mengobrol. Kla menggelengkan kepalanya, pertanda tak tahu apa pun. Bahkan laporannya saja yang semalam didapatkan dari P'No-nya.

"Dia menuduh Can memberikan tubuhnya padaku supaya bisa menjalin hubungan denganku." Tin berkata dingin, berdecak setelahnya.

Kla tidak bodoh untuk sekedar mengerti artinya memberikan tubuh. Otak Kla sedikit mendidih juga setelah mendengar penjelasan Tin. Apa-apaan bajingan itu menuduh sahabat pacarnya memberikan tubuhnya? Tul memang tak pernah berubah, sudah Kla duga Tul pasti mengucapkan kata-kata hinaan, terlebih ini Can. Pada Tin saja Tul berani apalagi hanya Can, mungkin jika Can bukanlah Cantaloupe, saat ini pasti kakak sepupunya sudah seperti orang gila karena kehilangan orang yang dicintainya.

"Apa yang P'Can lakukan saat Tul sialan itu menemuinya?" pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut seorang Kengkla. Rupanya Kla penasaran juga dengan tingkah laku Can saat bertemu Tul.

Tin tersenyum lucu, dia bahkan terkekeh membuat Kla sedikit mengernyitkan dahinya, Kla bingung. Tadi wajah Tin seperti monster yang terganggu tapi begitu mendengar Kengkla bertanya justru malah terkekeh.

"Memberi pelajaran padanya." Jawab Tin singkat.

"Seperti apa?" Kla semakin penasaran karena lawan bicaranya tak memberi penjelasan.

Kla tak sebodoh itu untuk menebak, jika orang lain Kla yakin mereka akan kalah. Tapi Tul melawan Can, orang yang mungkin bodoh tapi tidak dengan sikapnya. Can satu-satunya pria mungil yang pemberani menurut Kengkla. Calon saudara iparnya bahkan bisa melakukan apa saja apalagi jika sudah dihina. Jangan lupakan pertemuan si mungil dengan kakak sepupunya dulu seperti apa.

"Menampar dan menonjok wajah sombongnya!" Tin menjawabnya cepat, diikuti dengan kekehan yang semakin menjadi, Tin rupanya senang pacarnya memberi pelajaran sendiri pada kakak tirinya itu.

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang