Bagian 39

2.7K 294 23
                                    

Pagi itu suasana kantor tampak lebih tenang dari biasanya, mungkin karena efek Tin libur di hari kemarin atau lebih tepatnya meliburkan diri.

Hari ini sebenarnya Tin tak berniat datang ke kantornya tapi karena Kengkla kemarin menghubunginya dan memintanya bertemu di kantornya, akhirnya dia harus berangkat juga. Juga demi karyawannya dan bisnisnya yang harus segera Tin urus, hingga beberapa project yang kemarin sempat diundur karena ketidakhadirannya meskipun beberapa tetap diurus oleh orang kepercayaan Tin tapi beberapa CEO menginginkan untuk bertemu langsung dengan Tin.

Jadwal Tin cukup padat untuk satu minggu kedepan, hari ini Tin mengundur beberapa pertemuannya dengan rekan bisnisnya demi meluangkan waktunya untuk adik iparnya yang katanya akan datang.

Dirinya hanya menyibukkan diri dengan membaca dan menandatangani beberapa berkas yang sudah menggunung di mejanya.

Kemarin ayahnya menasehatinya untuk tetap memikirkan bisnis, Tin sempat marah pada ayahnya karena tuan Thrai terlihat tak memperhatikan keadaannya yang acak-acakan, tapi ayahnya benar bahwa tanggungjawabnya begitu besar, berkaitan dengan banyak orang yang berada dibawah kekuasaannya, meskipun begitu Tin tetap menyuruh beberapa orang untuk tetap mencari Can.

Para karyawan cukup terkejut, pasalnya Tin membawa serta beberapa bodyguardnya untuk datang ke kantor untuk membantu pihak keamanan. Juga untuk menyambut kedatangan Kengkla nanti, Tin sudah memerintah resepsionis untuk menyambut Kengkla dengan ramah tak menanyakan apapun pada Kengkla kecuali Kengkla yang bertanya, dan meminta beberapa karyawan untuk menyambut juga.

Para karyawan merasa seperti CEO mereka kedatangan tamu yang sangat istimewa, padahal yang berkunjung adalah Kengkla, dan hal itu sudah biasa. Kengkla bahkan terhitung sering datang ke kantor Tin dari pada sebaliknya.

Pukul 09.00 waktu Thailand, ponsel Tin berdering menandakan ada panggilan masuk. Senyuman itu tersungging begitu melihat layar ponselnya tertera nama adik sepupunya disana. Jarinya menekan tombol hijau lalu mengangkatnya.

"......."

"Ya Kla, aku sudah di kantor." Tin tampak menjawab pertanyaan dari orang diseberang sana.

"......"

"Ah begitu, iya baiklah." Katanya dengan senyumannya yang menawan.

"......."

"Ya, langsung masuk saja seperti biasa. Bawa temanmu itu." Kata Tin.

"....."

Bipp

Panggilan telpon itu terputus, Tin memandangi layar ponselnya yang telah mati. Seperti mendapatkan secercah harapan yang tersisa untuk kekasihnya. Tin seperti mendapatkan firasat jika Kengkla akan membantunya dan mempertemukannya dengan Can entah bagaimana caranya. Tin tau Kengkla dapat diandalkan, otak mereka sama-sama cerdas jadi Tin bisa menakar seberapa mampunya Kengkla membantunya.

...........................................

Dua mobil Mercedes Benz warna hitam memasuki wilayah perkantoran milik keluarga Medthanan. Mobil pertama diisi oleh Kengkla bersama dengan Can di kursi belakang, di kursi depan ada sopir Kengkla yang biasa mengantarnya ke kantor. Sementara mobil dibelakangnya berisi 2 bodyguard dan 1 sopir yang khusus mengawal 2 Tuan Muda itu, entah bagaimana Kengkla tak bisa membiarkan dirinya hanya bersama dengan Can, juga untuk berjaga-jaga khawatir jika calon kakak iparnya itu pergi saat mereka tengah memasuki lobi kantor.

"P'Can tidak boleh kabur, mengerti?" Kengkla mematikan ketika mereka tengah sampai di depan pintu masuk kantor tersebut.

Can mengangguk paham, berusaha tersenyum dengan canggung dihadapan Kengkla.

Bodyguard yang tadi mengawal mereka dengan mobil, langsung turun dan membuka kedua pintu belakang mobil dan mempersilahkan keduanya untuk turun. Kengkla sangat tampan dengan setelan kemeja putih dan jas hitam yang lumayan panjang.

Sementara Can tampak berbeda dengan setelan kemeja putih dan jas biru dongker motif kotak yang begitu pas di badannya dengan rambutnya yang ditata begitu rapi dan poni dinaikkan keatas.

Pandangan petugas keamanan di perusahaan Tin mengarah bergantian pada 2 Tuan Muda itu, Kengkla membawa seorang rekan dan hal ini hampir tak pernah terjadi. Sang rekan terlihat manis dan imut di waktu yang bersamaan dengan setelan yang tak kalah mewahnya dengan Kengkla.

Mereka pikir dia adalah putra CEO dari perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan Kengkla.

Can tersenyum dengan begitu manis, pahatan wajahnya yang indah dan imut menambah kesan sempurna pada dirinya, tampak berbeda.

Kengkla terlihat mempesona dan tampan sementara seseorang dibelakangnya terlihat manis dan menggemaskan. Bisa dipastikan tamu ini adalah orang khusus yang Direktur Kengkla bawa untuk diperkenalkan pada CEO Tin Medthanan. Entahlah apa yang mereka pikirkan, yang jelas terlihat adalah wajah sang tamu masih begitu muda jika menjadi putra CEO sekalipun.

Jadi, siapa tamu ini? Kira-kira begitulah pertanyaan yang muncul di otak para pegawai kantor di perusahaan Medthanan ini.

Kengkla berjalan didepan, menebarkan pesonanya sembari menjadi penunjuk jalan untuk Can menuju ruangan utama milik sang CEO. Menghampiri Resepsionis di mejanya kemudian berkata bahwa dirinya ada janji temu dengan sang CEO, Tin Medthanan. Resepsionis itu mempersilahkan Kengkla menuju ruangan sang CEO yang terletak di lantai atas. Senyum terpatri di wajah Kengkla yang terarah pada Can, sementara Can masih diam dan kini menunjukkan raut wajah serius.

Keduanya memasuki lift untuk menuju ruangan CEO muda yang menunggu keduanya. Seiring lift berjalan melewati satu persatu lantai membuat Can semakin gugup meskipun tak dipungkiri jika dirinya juga bahagia akhirnya bisa melihat tempat kerja kekasihnya, mengingat setiap kali Tin mengajaknya selalu mendapat tolakan secara halus dari Can seperti "Tidak perlu, kapan-kapan saja", "Aku tak ingin menjadi seseorang yang mengekori kekasihnya", "Aku tak mau mengganggu pekerjaanmu, Tin", "Kalau aku ikut, kau takkan konsentrasi bekerja", "Tidak perlu, aku di rumah saja". Tin ingin semua orang tau jika dia milik Can dan Can milik Tin.

Pintu lift terbuka, Kengkla dan Can langsung disuguhi pemandangan dimana disana sudah berdiri beberapa Direktur perusahaan berserta sekretarisnya yang mengangguk hormat pada keduanya, kemudian seorang Direktur datang menghampiri untuk mengantarkan keduanya ke ruangan sang CEO, ditengah jalan keduanya, ah lebih tepatnya Can dicegat oleh 2 bodyguard yang diketahui Kengkla jika itu adalah bodyguard kakak iparnya.

"Tuan muda......" Kata salah satu bodyguard itu.

Keduanya terengah-engah seperti sedang mengejar orang.

"Anda kemana saja? Tuan Tin mencari anda kemana-mana." Masih dengan nafas yang terengah-engah.

Can tersenyum lalu menatap keduanya secara bergantian, "Aku tidak kemana-mana" Can berkata dengan tenang. "Tolong jangan katakan pada Tin jika aku datang ya? Aku ingin memberinya kejutan." Pintanya dengan nada suara yang memohon.

Kedua bodyguard itu diam, menatap Kengkla dan akhirnya mengangguk. Tapi mereka tampak ragu untuk melanjutkan langkahnya.

"Biar kami antar!" Salah satu Bodyguard menawarkan bantuan.

Can memberi tanda untuk bodyguard itu supaya tak mengikutinya dan juga Kengkla, mereka akhirnya mengangguk karena Kengkla menganggukan kepalanya memberi mereka kode untuk pergi.

"Aku tidak akan kabur!" Can meyakinkan. "Aku akan bicara pada Tin dan pulang bersamanya." Can masih melanjutkan ucapannya.

Beberapa direktur dan sekretarisnya heran dengan panggilan yang diberikan pria mungil itu, pasalnya tak ada panggilan hormat sama sekali yang diberikan ketika menyebut nama Tin. Mereka tak bisa menebak siapa gerangan orang yang berdiri dihadapan mereka ini, tidak sopan sekali memanggil atasan mereka hanya dengan nama, seberapa dekat si mungil ini dengan CEO mereka?

Kengkla memang tak pernah menyebut Tin tapi dia selalu memanggil dengan Phi dan semua karyawan sudah tau jika Kengkla saudara dekat Tin, tapi pria mungil ini siapanya CEO mereka?  

TBC......................



~DI~

Sabtu, 29 Juni 2019

CAN MEDTHANAN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang