Bab 3

8.2K 291 7
                                    

Rasanya gak perlu ngemis vote dan koment yaa. Seikhlasnya ajh yang mau. Aku juga bukan penulis handal tapi aku berusaha bikin yang terbaik buat karyaku.


Aku berada di rumah sakit sekarang. Aku tak bisa berpikiran jernih. Aku tak mau orang tuaku kecewa. Aku tak peduli bagaimana kedepannya.

Aku hanya peduli dengan mereka, orang tua dan juga saudaraku. Apapun konsekuensinya aku akan tetap menggugurkan kandunganku.

"Siang nona. Ada yang bisa saya bantu?" ucap dokter kandungan yang ku temui saat ini.

"Siang dok... saya ingin mengugurkan kandungan," ucapku mantap.

"Berapa usia anda nona? Saya pikir nona masih sangat muda."

"Saya 19 tahun dok. Saya diperkosa dan saya gak bisa lahirin bayi ini."

"Tapi nona, resiko nya sangat tinggi. Jika nona menggugurkan di usia semuda ini, besar kemungkinan kelak nona tidak bisa punya bayi lagi."

"Begitu?"

"Iya nona. Saya harap nona mengurungkan niat nona."

"Tak masalah dok. Saya masih kuliah dan saya gak mau bikin keluarga saya kecewa."

"Baiklah kalo itu keputusan nona. Ikuti saya."

"Baik dok."

Aku terbaring di ranjang rumah sakit. Sudah seminggu sejak aku menggugurkan dan aku belum bisa pulang. Perutku sangat sakit. Aku masih sulit bergerak. Aku juga bosan memakan masakan rumah sakit.

Saat ingin tidur aku mendengar bunyi handphoneku. Aku melihat nama yang tertera di layar hpku.

Papa is calling....

Aku segera menggeser layar hijau di hpku

"Halo Pa."

"Halo sayang. Apa kabar? Papa cemas padamu."

"Aku baik Pa... Papa apa kabar?"

"Syukurlah. Papa takut kamu kenapa-kenapa. Baik juga sayang."

"Nggak kok Pa, Lis baik-baik ajh. Mama mana Pa?"

"Mama ke kampus adikmu Yerin. Bayar uang kuliah nya."

"Ooh gitu Pa. Semuanya sehat kan?"

"Iya sayang. Semua baik kok."

"Ok deh Pa. Kalo gitu udah dulu yah, Lis ngantuk mau tidur."

"Iyaa sayang. Baik-baik kuliah ya."

"Iyaa pah. Shalom."

"Shalom."

Aku menggengam erat ponselku. Rasanya sangat ngilu dihati, saat aku berbohong pada papa aku baik-baik saja.

Saat papa mengatakan baik-baik kuliah. Aku bahkan sudah mengambil cuti. Aku tidak memberitahu mereka dan sekarang aku tinggal sendiri. Tempat yang jauh dari lokasi kampus.

***

Sudah satu semester berlalu. Sekarang libur semester dan aku menelpon mama dan mengatakan aku tak bisa pulang ke rumah karna aku ada acara organisasi kampus. Mama pun agak kecewa begitu juga saudaraku. Mereka mengatakan mereka merindukanku.

Selama satu semester ini aku tetap mendapat kiriman uang dari orangtuaku dan juga aku mengambil kerja part time di indo Coffe.

Aku kerja dari jam 10:00-21:00. Untungnya kosku dekat dengan tempat kerjaku jadi aku tak perlu takut untuk pulang malam. Gajiku lumayan. Aku mendapat 1.500.000/bulan. Cukup buat tinggal di kota ini apalagi masih ada tambahan dari mama papa. Gajiku aku tabung sebagiannya.

***

"Selamat menikmati!" ucapku sembari memberikan senyum terbaikku kepada pelanggan di indo coffe ini.

Handphoneku berbunyi dan kulihat mama menelpon. Senyumku mengembang dan segera kugeser layar hijau.

"Hallo Ma, shalom."

"Hallo Lis. Kamu cepat pulang, besok kamu harus udah sampe sini. Kamu naik pesawat ajh mama udah kirim ongkos kamu di atm."

"Ma, aku ada acara. Aku gak bisa pulang."

"Mama mau ngomong hal penting sama kamu. Jangan bantah mama!"

"Tapi ma---"

Panggilan terputus. Aku lesu. Ada apa dengan mama? Kenapa dia tampak marah? Apa jangan jangan...
Itu tak mungkin. Pikiranku kacau.

Aku membereskan pakaianku untuk pulang ke rumah. Rasanya sangat malas sekaligus takut. Takut kalo mereka benar-benar udah tau tentang aku yang tak kuliah lagi.








To be continued.....

Fix You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang