Part 22 (2)

1.6K 65 1
                                    

Ayah dan ibu Chan baru sampai di rumah sakit. Kesibukan mereka dalam pekerjaan membuat mereka baru menjenguk Chan.

"Apa yang sakit Chan? Maafin mama sama papa baru bisa jengukin kamu." Wajah panik ibunya sangat kentara.

Memangnya orang tua mana yang tidak panik melihat anaknya terbaring di rumah sakit?

"Gak papa kok, Ma. Aku udah biasa sakit sendirian." Chan mengatakan itu dengan tenang, namun mampu menusuk hati ayah dan ibunya.

"Papa lagi beresin perusahaan yang di Thailand, Chan. Kakakmu Yura sudah menikah. Papa gak mungkin minta bantuan dia lagi."

"Mama juga, Chan. Kamu kan tau Mama sekretaris Papa."

"Aku kan bilang gak papa Ma, Pa."

"Kenapa kamu bisa sakit kayak gini sih?"

Tanpa menjawab pertanyaan ibunya. Chan berkata, "Chan rindu Lisa," sambil menatap kosong langit-langit kamarnya.

"Lisa? Siapa?" tanya ibu Chan sambil memegang tangan Chan, tak lupa tatapan penuh kelembutan ia berikan kepada Chan.

"Lisa gak maafin Chan, Ma. Enggak,  orang tua Lisa gak ngerestuin Chan sama Lisa," lirih Chan.

"Kamu cerita yang bener sayang."

Chan bercerita sangat pelan, "Chan pernah memperkosa Lisa saat umurnya 19 tahun...." Ayah dan Ibu Chan nampak kaget. Mata mereka membulat.

"Lisa udah maafin Chan, tapi orang tua Lisa tetap gak setuju."

"Papa gak percaya kamu ngelakuin itu." Wajah kecewa Papa Chan tak dapat ia tutupi.

"Chan khilap, Pa."

"Kamu udah minta maaf sama mereka?" Chan menggeleng lemah.

"Kamu mending sembuh dulu, Chan. Nanti setelah sembuh kamu minta maaf sama mereka." Ibu Chan mengusap lembut rambut Chan.

"Gimana kalau mereka gak maafin aku?"

"Nanti Ayah dan Ibu bantu bicara," ucap ibunya lembut.

***

Lisa melihat Chan yang tertidur di ranjang rumah sakit. Rasa sedih langsung menyusup di hatinya. Bagimana mungkin dia masih tega melukai laki-laki yang sangat ia cintai itu saat ia sedang sakit?

Lisa menggeleng. Dia berharap keputusannya ini tepat. Dia masuk dan duduk di samping Chan.

"Chan... maafin aku. Cepat sembuh ya... kalau kamu sakit kayak gini aku gak tega liatnya. Maaf juga... aku baru kali ini bisa jenguk kamu. Aku kangen banget sama kamu Chan." Tanpa sadar air mata Lisa mengalir tepat mengenai tangan Chan, membuat Chan terbangun. Namun, saat Lisa lanjut berbicara Chan tak jadi membuka matanya.

"Kamu tau? Selama seminggu ini aku mengurung diri di kamar. Aku gak bicara sama Papa, Mama aku. Aku juga gak angkat telpon Kakak sama Yerin."

"Sekarang aku keluar dari rumah. Aku rindu kamu Chan. Jangan sakit lagi."

Chan masih bergeming. Rasanya ia ingin memeluk Lisa saat ini. Namun, ia tahan karena tak ingin membuat Lisa cepat pergi dari sana.

"Masih seminggu setelah kita putus, tapi kenapa aku jadi cengeng gini ya?" Lisa menghapus kasar air matanya.

"Sebaiknya aku pulang. Aku gak mau kamu lihat aku cengeng kayak gini. Hehehe...." Lisa terkekeh.

"Cepat sembuh, Chan." Lisa melepas genggaman tangannya. Lalu, beralih mengecup pipi Chan.

Saat dia akan beranjak pergi, sebuah tangan menghentikan langkahnya. Dia menoleh dan mendapati Chan mengenggam tangannya.

"Jangan tinggalin aku, Lis," suara lemah itu lagi-lagi memohon.

Lisa tak bisa membendung air matanya lagi. Air matanya mengalir dan ia berbalik memeluk Chan. Rasa rindunya yang sangat besar lah yang membuatnya memeluk Chan saat ini. Dia tak sanggup mendengar suara lemah Chan.

Chan tersenyum. Dia membalas pelukan Lisa.
"Udah, jangan nangis lagi."

To be continued....

Fix You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang