Popi duduk di samping Devon dengan membawa sebuah mangkok berisikan bubur. Prilly dan Ali sudah pulang, mereka bergantian menjaga Devon. Sekarang diruangan hanya ada Papa Devon,Popi dan Nichol."Aaa.."
Devon membuka mulutnya namun arah-nya salah."Bukan disitu, disini.." Popi menoel noel pipi Devon. Devon menengok dan melahap suapan bubur dari Popi."Mantap. Lagi ya lagi.." Popi memekik girang.
"Brisik."
"Gak ada kata kata lain buat gue selain berisik?" Protes Popi kesal sendiri.
"Tolong diam."
Popi mencebik---kesal luar biasa."Udah ah, Nich lo aja yang nyuapin Devon!" Popi menyerahkan mangkuk itu pada Nichol."Om tuh anak-nya nakal sama Popi.." adu Popi.
"Devon gak boleh gitu sama temen-nya. Popi sudah baik mau jagain kamu loh," tegur sang Papa. Devon hanya diam menanggapinya.
Popi mengangguk,"Kata Mama kalo nakal sama temen.. ntar bisa gak punya temen. Emang lo mau Dev?" Ancam Popi.
"Bodo."
Papa Devon menggeleng menghadapi sifat anak-nya tersebut."Nak Popi, Nak Nichol.. Om keluar dulu ya? Cari angin." Dua orang itu mengangguk saja. Tanpa di ketahui, Papa Devon menangis di kamar mandi melihat kondisi anaknya yang sekarang. Devon tak protes dirinya berkurang--dia tidak sedih, sedih pasti tapi tak di tunjukkan. Ayah macam apa dia ini?
°°°°°
"Li gue kok ngantuk ya?" Prilly bergumam pelan. Mereka berdua tengah berada di rumah Ali. Prilly jadi ingat kejadian beberapa hari silam, saat kekacauan itu terjadi.
Ali menarik kepala Prillu ke dalam dada-nya,"Ayok ke kamar."
Prilly langsung melotot, ia menarik kepala nya lagi."Gue bukan sembarang cewek ya Li. Mau ngapain lo ngajakin gue kamar?" Sentak Prilly galak.
Ali menahan tawanya,"Mau ngapain ya?" Goda-nya yang membuat Prilly mundur beberapa langkah.
"Gue bisa pecahin kepala lo, bisa matahin tulang lo, bocorin jantung lo atau hal nekad lain-nya." Prilly mengancam sambil ketakutan.
Ali tertawa,"GR buanget astaga." Ali meledek Prilly sambil memegangi perut-nya.
"Apaan sih lo!"
"Katanya ngantuk, ya lo tidur aja di kamar gue. Gue gak bakal ngapa ngapain lagi, Gue gak bakal masuk juga. Kalo perlu kunci dari dalem biar aman. Gue masih punya akal sehat kok Lyn.." jelas Ali yang membuat perasaan Prilly menghangat.
Prilly mengangguk pelan lalu Ali mengantarkan gadis itu masuk ke kamarnya."Nah gue anter sampe ambang pintu, abis ini pintu nya bisa lo kunci. Tidur sono!" Ali menyuruh sambil melipat kedua tangannya.
Prilly mengangguk,"Heem.." katanya lalu buru buru masuk. Di dalam kamar Ali, interior nya masih sama seperti saat mereka pacaran dulu. Masih ada barang dari Prilly, masih ada foto Prilly, masih ada semuanya. Tapi dikamar Prilly? Sudah bersih akan Ali. Ini sebenarnya yang belum move on siapa? Ali atau Prilly?
Kalau Ali belum move on kenapa tingkahnya seperti orang yang sudah move on? Tapi kalau dirinya sendiri yang belum move on--emang belum sih makanya itu ia sedang berusaha menghapus semuanya tentang Ali.
Prilly perlahan berbaring di kasur milik Ali. Polos warna putih. Gak takut kotor apa? Pikir gadis itu. Prilly jadi kepikiran Devon sekarang--Popi lagi ngapain Devon ya? Jagain apa tepe-tepe? Ish.
KAMU SEDANG MEMBACA
My-Ex (COMPLETED)
FanfictionUdah mantan kok masih sayang? Udah mantan kok masih sering stalk? Udah mantan kok masih kangen? Kan udah mantan..