[BERANTEM]

5.8K 580 43
                                    

"Ah sial." Prilly menggerutu saat nama-nya di panggil juga oleh Pak Kepsek. Sebenarnya ia sudah tau apa yang harus ia lakukan. Namun ia hanya pura-pura gak tahu saja,"Kenapa Pak?" Tanya-nya ogah-ogahan namun tetap sopan.

"Saya dapat laporan dari Nichol, kamu gak mau di ajak belanja properti bersama."

Prilly menggaruk tengkuknya yang tak gatal."Sa-saya bukan gak mau.. Tapi.. tapi.. saya lagi sibuk Pak! Papa saya sakit dirumah," alibi Prilly cepat.

"Bohong Pak! Orang kemarin saya masih mampir kerumah Prilly dan Om Herlan gak lagi sakit," sela Nichol.

Prilly melotot,"Sejak kapan lo pernah mampir ke rumah gue?"

"Kemarin!"

"Gak Pak, dia kemarin gak kerumah saya." Sahut Prilly tak mau kalah.

"Diam!" Bentak Pak Kepsek cepat. Emosi juga rasanya mendengar keributan dua orang murid ini,"Saya gak mau tahu.. Kalian harus secepatnya mengumpulkan properti properti yang akan di gunakan saat perpisahan--dua minggu lagi." Tegas Kepsek tak terbantahkan.

Prilly dan Nichol hanya mampu diam lalu keluar ruangan dengan perasaan yang sangat kesal. Sebelum Nichol pergi, tangan Prilly menahannya."Heh, dengerin baik baik, sekali lagi lo laporin gue ke Kepsek yang engga-engga.. Abis lo monyet!" Ancam Prilly.

"Lo pikir gue takut sama cewek bulet pendek kayak lo?" Tantang Nichol. Atas perkataan Nichol yang begitu menusuk tulang rusuk Prilly. Gadis itu menggampar pipi Nichol cepat.

"Dasar cowok gak berperi kecewek-an!" Hardik Prilly lalu segera pergi dari hadapan Nichol. Prilly berlari menuju kelas dengan emosi yang panas panas nya.

Dilain sisi.

Vio tengah bertemu dengan Ali di belakang sekolah. Ada Devon juga. Vio ingin memprotes kenapa Ali memperlakukan Prilly dan Fila seenak jidat-nya. Ya, tadi malam sebenarnya ia tahu kalau Ali,Prilly dan Fila sedang tidak baik baik saja. Hanya saja, dia menyembunyikan semua itu dari Popi.

"Ali. Gue mau ngomong sama lo,"

Yang merasa di panggil menoleh,"Ngomong apa?" Tanya-nya. Sedetik kemudian tangan Vio mendorong tubuh Ali kuat. Ali langsung kaget,"Lo apaan si?"

"Lo yang apaan! Maksud lo apa tadi malem? Gak puas nyakitin Prilly? Mau nyakitin Fila juga sekarang?" Teriak Vio dengan sorot mata tajam menggebu gebu.

Ali semakin tak mengerti maksud dari ucapan Vio,"Maksud lo apasih Vi? Gue gak ngerti."

"Halah, jangan sok goblok deh jadi orang! Lo mau mainin hati Fila kan?" Tuding Vio.

"Gak."

Devon ikut bangkit dari duduk-nya,"Heh kalian ngomongin apa? Brisik." Katanya terusik. Ia memang tak suka ada keributan.

"Gue tegasin sekali lagi sama lo, Jauhin Prilly dan Fila." Vio menunjuk nunjuk wajah Ali bringas---seakan akan mau menelan Ali saja.

"Kenapa gue harus jauhin Fila?"

"Lo gak tau seberapa susahnya Prilly waktu lo ninggalin dia tanpa alasan. Dan sebelum dia mateng buat ngelupain lo, Lo seenak-nya deketin Fila? Bajingan!"

"KALO GUE BENERAN SUKA SAMA FILA GIMANA? KALO GUE CUMA MANFAATIN PRILLY SELAMA INI BUAT DEKET SAMA FILA GIMANA?" Teriak Ali dengan nafas tak beraturan. Suaranya bahkan lebih keras dari sekedar membentak.

"ANJING!" Devon yang sudah mengetahui titik permasalahan ini langsung memukul rahang Ali kuat,"Gue emang gak berhak ikut campur! Tapi gue berhak membenarkan dan ngebela siapapun yang tersakiti, apalagi itu cewek!"

My-Ex (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang