"Devon ganteng, Popi cantik dateng!" Popi berlari kecil kearah Devon. Ia menenteng sebuah rantang makanan dan satu kantung plastik.
Devon terdiam. Ini bukan suara Prilly,"Popi ye?" Tebak-nya. Devon lalu mengambil posisi duduk dan bersender di ranjangnya.
Popi cengegesan,"Tau aja lo." Ia kemudian duduk di tepi ranjang."Eh, gue bawain lo martabak. Mau?" Popi mengeluarkan martabak yang tadi ia beli sebelum ke rumah Devon.
"Gak ah, takut keracunan."
Popi langsung cemberut, tangan-nya menyentak martabak yang ia pegang."Huh, mana mungkin gue ngeracunin temen sendiri? Kata Mama, kalo nolak makanan dari orang itu dosa Dev, rejeki gak boleh di tolak."
"Yaudah," Popi tersenyum lalu menyuapi Devon martabak itu,"Lagi." Ujar Devon yang membuat Popi semakin senang, ia menyuapi Devon lagi.
Tangan Popi bergerak membuka rantang makanan yang ia bawa dari rumah. Tadi ia belum makan malam, jadi Mama-nya menyuruh Popi untuk membawa makanan yang Popi masak untun di makan bersama dengan Devon dirumah cowok tersebut."Nih, gue juga ada telor balado. Mau? Tapi makan sama gue ya, soalnya gue juga belom makan malam."
Devon menggeleng,"Lo makan aja. Gue udah makan malem kok," jawab cowok itu. Sifat Popi, Walaupun cerewet dan gaduh, tapi cewek ini tulus dan polos.
"Kan dirumah Popi udah masak buat Mama sama Papa, trus karena Popi buru-buru kesini, jadi kan Mama suruh Popi buat bungkusin makanan ini, sekalian di makan sama Devon soal-nya ini banyak banget Dev, Popi gak kuat habisin nya. Nih, lima tumpukan satu rantang. Mau ya Dev? Masak Popi bawa pulang sih?"
"Oh."
"Ya Allah Dev, Popi jelasin panjang kali lebar, sampe X ketemu Y, sampe nilai n di ketemukan, sampe bulan jadi satelit saturnus, sampe matahari warna nya ijo, tapi lo cuma jawab Oh? Sakit."
Devon terkekeh,"Gak usah lebay. Yaudah," Devon menerima masakan Popi itu.
"Ini telur balado bikinan Popi sendiri, enak kok. Dijamin halal," Devon hanya berdehem menanggapi ocehan Popi. Perlahan Popi menyuapkan nasi serta telur itu ke dalam mulut Devon,"Gimana? Enak kan? Emang sih cita-cita Popi itu jadi wartawan."
"Gak nyambung anying!"
"Ya di sambungin lah,"
"Au ah Pop, serah lo."
Popi cekikikan,"Masa gitu doang ngambek, tunggu bentar Popi ganti sendok."
"Ngapain? Gak usah. Gue gak jijik makan samaan sendok sama elu," sahut Devon.
"Eh, tapi kata Mama--
"Gak ada nyokap lo disini,"
"Kata Mama, bohong dosa Dev. Kalo Mama nanya, Popi kamu samaan sendok sama Devon ya? Trus kalo Popi bohong sama Mama, dosa. Masuk neraka entar, padahal Popi udah sering bantuin Vio ngerjain PR, beliin Prilly siomay supaya Popi masuk surga Dev.."
Devon berdecak,"Lo jijik--
"Gak kok," Popi buru-buru menyuapkan sendok yang Devon gunakan untuk makan tadi ke dalam mulutnya,"Nih Popi udah makan."
"Hmm.."
"Eh, tapi kenapa Devon yang ngebet pengen samaan sendok sama Popi sih?" Tanya gadis itu bingung.
Mulut Devon terbuka,"Dih? Gak ya! GR banget lo monyet, yaudah ganti aja sono sendok-nya!" Ketus cowok itu.
"Yah, pake acara ngambek lagi."
"Ganti buruan!"
"Gak usah deh,"
"Lah? Ganti aja. Gue gak ngebet samaan sendok sama lo, asal tau aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
My-Ex (COMPLETED)
FanfictionUdah mantan kok masih sayang? Udah mantan kok masih sering stalk? Udah mantan kok masih kangen? Kan udah mantan..