[ENAM TAHUN KEMUDIAN]

5.8K 588 44
                                    

Prilly POV

Terimakasih Devon, telah menghadirkan warna yang baru di hidupku. Telah mengobati seluruh luka yang telah dia berikan padaku, aku bersyukur karena memiliki mu.

"Sayang, habis pemotretan kamu mau pulang sendiri apa aku jemput?" Devon menawarkan. Kopi yang aku buatkan tadi pagi, ia sesapi perlahan.

Aku menatapnya lembut,"Jemput dong. Emang kamu free hari ini?" Sejak lulus kuliah, Devon menekuni bidang yang sama seperti ku yaitu--- entertaiment. Kami tidak menyembunyikan hubungan kami dari awak media, sama sekali tidak.

Devon mengelus pucuk rambut ku lembut,"Aku cancel semua jadwalnya. Kita kan hari ini mau reuni sama temen SMA, masak lupa?" Devon menyentil hidung ku pelan.

Aku cemberut,"Emang iya? Aku gak inget tuh." Dia malah tertawa. Memang ada yang lucu ya?

"Pokoknya habis pemotretan kita siap-siap ke acara reuni itu ya, Gak kangen kacang mente emang?"

Aku termenung. Benar juga, sudah hampir tiga tahun aku lost contatc dengan Vio. Sahabatku yang kini kudengar sudah menjadi dokter di Bandung. Kalau Nichol dan Iqbaal masih sering ngumpul, kan satu kampus dulu. Tapi sekarang, aku lebih sering menghabiskan waktu dengan Devon.

Devon tunangan-ku.

Kami akan menikah dalam waktu dekat, media sudah tau akan hal itu. Hatiku juga sudah mantap padanya, dia baik."Vio dateng gak?" Tanyaku pelan.

"Gak tau, coba hubungin."

Aku tersenyum tipis,"Entar aja. Aku udah mau berangkat pemotretan ini, kamu anterin ya?" Aku meminta dengan wajah yang kubuat imut.

Devon terkekeh,"Aku masih harus ke cafe bentar. Ada meet n greet bentar sama fans." Aish. Ada saja pekerjaan nya.

"Tapi aku kangen jalan sama kamu," Aku semakin merengek. Walaupun sudah berumur dua puluh empat tahun, Aku tetap saja manja pada Devon.

"Kemaren kita jalan berdua kan? Minggu kemaren kita ke Bali, masa masih kangen?" Devon bertanya sambil mengelus rambutku.

"Kalo udah cinta ya pasti kangen terus," Aku menjawab dengan senyuman lebar. Bukan baper, dia malah meledek ku.

"Ntar siang habis kamu pemotretan, aku jemput deh.. Janji." Aku suka janji Devon, karena selalu di tepati oleh cowok itu.

°°°°

"Udah cantik sayang.. Ayodeh, acaranya jam tuju malem, ini udah jam setengah tuju." Selalu saja begini, Devon mengomel jika aku berdandan lama. Padahal, kalo punya tunangan yang cantik.. siapa yang bakal bangga? Dia juga kan.

Aku menggerutu dan langsung berjalan cepat,"Kamu nih gak sabaran banget. Iya, udah ayok." Dia mengapit lengan ku dan dia juga membuka kan pintu mobil untuk ku, sederhana tapi mengesankan.

Mobil kami berjalan menembus suasana Jakarta malam hari yang sangat ramai. Tapi, kami terjebak macet. Sial yang kami nikmati,"Prill.. kalo ada yang lebih sempurna di banding aku, Aku harap kamu tetep milih aku."

Aku bingung."Kok ngomong-nya gitu?"

"Aku takut kehilangan kamu."

Aku tersenyum lembut sambil menatapnya. Mobil kami terjebak macet, jadi Devon santai mengendarai mobil."Kamu ini kok tiba-tiba ngomong begini? Aku ya sama kamu terus. Kan kita udah tunangan, bentar juga udah mau nikah kah?"

Kulihat Devon tertawa manis,"Jadi gak sabar pengen halalin kamu," Pipi ku sontak bersemu merah mendengar-nya.

Keadaan macet yang biasanya di benci banyak orang, Tapi tidak bagi kita. Aku hanya minta satu, Devon selalu ada untukku. Sekarang, esok dan selamanya.

My-Ex (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang