-04-

155 17 0
                                        

AuthorPov

Awalnya Fia merasa sinar matahari menunjukkan dirinya malu-malu melalui celah gorden jendela kamarnya. Tapi entah kenapa sekarang Fia merasa sinar matahari menerpa seluruh badannya.

"Fia! Bangun, ini udah jam berapa?! Nanti kamu telat!" Fia menggeliat, lalu mulai membuka matanya yang terasa berat. Ternyata sang bunda membuka gorden kamarnya membuat sinar matahari langsung menerpa seluruh badannya.

Fia meraih ponsel yang terletak tidak jauh dari bantalnya, ia menyalakan layarnya dan menatap lockscreen yang menunjukkan pukul 06.02 pagi.

Dengan malas Fia segera menegakkan tubuhnya, mencoba mengumpulkan nyawa yang belum terkumpul. Bundanya pun sudah turun ke bawah, mungkin sedang sibuk menyiapkan sarapan.

Merasa lebih baik, Fia segera beranjak turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Ia akan bersiap-siap ke sekolah.

🍃

"Pagi bun, yah!" Sapa Fia saat melihat kedua orang tuanya yang sedang sarapan di meja makan.

"Pagi juga sayang"

Dengan segera Fia duduk di salah satu kursi dan menyantap sarapannya.

"Fia muka kamu kenapa pucat begitu?" Fia menoleh ia menatap sang bunda yang menanyakan keadaannya.

"Gak tau bun, Fia rasa kayak lemes gitu" jawabnya sedikit lemah.

"Kamu yakin mau sekolah nak?" sang ayah bertanya, ia terlihat khawatir dengan kondisi putrinya.

Fia mengangguk, "gak apa-apa kok yah, palingan nanti juga udah baikan" jawabnya.

Setelah sarapannya habis, Fia segera berangkat diantar oleh ayahnya. Hari ini bunda Fia tidak mengajar karena tidak ada jam mengajar.

🍃

Jam 06.41 Fia telah sampai di sekolah, kini ia telah tiba di kelas. Karena hari ini hari piketnya maka ia harus membersihkan kelas.

Di kelasnya masih belum banyak murid yang datang, entahlah mungkin bagi mereka ini masih terlalu pagi untuk sekolah.

Selesai membersihkan kelas, Fia memutuskan untuk beristirahat sejenak, ia memutuskan untuk duduk ditaman kelasnya sambil menunggu Ila datang.

Kebiasaan Fia saat masih pagi adalah melamun, hanya itu yang ia lakukan saat sendirian. Entahlah apa yang ia lamunkan hanya dia dan tuhan yang tahu.

Saat asik melamun, tiba-tiba Fia merasakan tepukan lembut di kepalanya diikuti dengan suara serak khas yang sangat ia kenal.

"Pagi-pagi gini jangan ngelamum, bahaya! Nanti kesambet arwah penasaran lagi" Fia menoleh, di belakangnya Rafa berdiri sambil tersenyum geli.

Seketika Fia menjadi patung, badannya kaku. Hanya karena melihat Rafa di dekatnya dengan senyuman khasnya itu.

Astagaa!!! Bisa-bisa Fia meleleh!

Tidak lama setelah itu Rafa segera melanjutkan langkahnya menuju kelasnya, sepertinya ia baru datang karena masih menenteng tas nya.

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang