-08-

116 9 0
                                        

AuthorPov

Fia dengan tampang malas duduk di kursinya, menyorot malas ke depan. Karena hari ini kelas Fia free, maka sekarang mereka sedang dilanda kebosanan.

Tidak berselang lama setelah diumumkannya bahwa guru sedang rapat, semua teman sekelas Fia berhamburan keluar kelas atau ada juga yang langsung ribut membicarakan hal apapun yang menurut mereka seru.

Dan setelah lama sibuk dengan urusannya mereka akan bosan dan akan kebingungan sendiri mau melakukan hal apa lagi, yang bisa menarik mereka dari kebosanan yang melanda.

Kini hal itu telah terjadi, kelas yang tadinya sangat ribut kini berubah menjadi kelas yang tenteram. Sedikit saja waktu yang dibutuhkan Fia untuk terlelap, sebelum pundaknya ditepuk ringan dari belakang.

Fia membalikkan badannya, menyorot marah ke orang yang mengganggu waktu damainya. Sedangkan yang ditatap marah hanya bisa memasang wajah seolah tidak bersalah.

Fia menghembuskan nafasnya, mengontrol amarah, "apaan?" nada yang keluar begitu ketus, menandakan amarahnya bisa saja melunjak lagi.

"Gabung yuk, kita cerita-cerita apa gituu" Fia melihat ke arah yang di tunjukkan oleh Ila dengan telunjuknya.

Disana ada teman sekelasnya yang sedang duduk di bangku bagian belakang setelah menyatukan beberapa meja. Hanya dua orang, yaitu si bendahara Iraya Widya dan si cerewet Ilya Pratiwi.

Ily dan Ira melambaikan tangannya, seolah sedang memanggil Fia. Mulut mereka bergerak tapi tidak mengeluarkan suara, "sini gabung!" kata itulah yang dapat Fia tangkap dari gerakan mulut kedua temannya.

Fia menghelas napas, ia berdehem lalu berjalan, ikut bergabung dengan kedua temannya diikuti dengan Ila yang setia mengikutinya dari belakang.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka berempat menjadi heboh sendiri, di kelas ini mereka berempat sudah dikenal sebagai empat serangkai yang selalu membuat kelas heboh.

Saat sedang asik bercanda tawa, tiba-tiba celetukan salah satu teman sekelas mereka membuat mereka terdiam, "kalian tuh kalau udah sama-sama pasti gak bisa di pisahin, kenapa gak sekalian bikin geng aja?"

Mereka berempat terdiam sambil saling memandang satu sama lain. Ily yang notabenenya memang tidak bisa diam tiba-tiba menjentikkan jarinya.

"Betul juga tuh!" ia berseru riang, membuat ketiga temannya tersentak kaget karena suara lantang Ily.

Sadar dari keterkejutannya, Fia tersenyum riang "setuju gue, jadi apa nih nama gengnya?"

Seketika mereka berempat terdiam, ikut memikirkan nama yang cocok untuk genk mereka kedepannya. Fia bergumam, membuat ketiga temannya menatapnya heran.

Ira, Ily dan Ila mengerutkan keningnya, mereka saling berpandangan untuk beberapa saat. Lalu tidak lama kemudian, Fia bersorak gembira.

Ira yang tidak tahan dengan tingkah Fia membuka suara, "kenapa sih lo? Kesambet?" Fia menarap Ira, ia tersenyum lebar membuat ketiga temannya takut bibir Fia robek karena senyumannya yang begitu lebar.

"Lo kenapa sih Fi?" Fia menggelengkan kepalanya lalu menyahuti perkataan Ila, "gue gak apa-apa."

"Terus kenapa lo bersorak kayak tadi?" Fia mengabaikan perkataan Ily.

Ia berdiri dari duduknya, berjalan menuju mejanya lalu mengambil sebuah buku dan pena dari kolong mejanya. Setelahnya ia kembali duduk di tempatnya, mengabaikan tatapan heran ketiga temannya.

Fia menatap ketiga temannya secara bergantian, tatapan seriusnya membuat ketiga temannya ikut serius.

Ia menghela napas, "gue punya ide buat nama geng kita" ketiga temannya mengangguk serempak.

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang