-09-

98 10 0
                                    

AuthorPov

Perlahan kehidupan Fia mulai menunjukkan perubahan. Mulai dari keseharian Fia dan juga perbedaan ekspresinya saat ada di rumah dan sekolah.

Fia yang dulu perlahan mulai hilang, Fia yang dulu selalu ceria kini mulai menampakkan perubahan. Di sekolah terkadang dia melamun, sedangkan di rumah, wajahnya memang menunjukkan senyuman, tapi jika dilihat lebih teliti lagi mungkin kamu akan menyadari ada yang janggal dari senyuman itu.

Seolah ia sedang menyembunyikan sesuatu.

Semenjak hari dimana kenyataan itu terkuak, beberapa hari kemudian sang ayah dibujuk saudaranya untuk memeriksakan keadaan kakinya ke rumah sakit. Karena setiap hari kaki ayah Fia tidak menunjukkan perubahan dan malah semakin membengkak.

Dan setelah pengecekan, dokter berkata bahwa ayah Fia mengalami gejala-gejala yang lumayan fatal, dan beratnya lagi adalah ayah Fia yang memang sejak awal menderita penyakit Diabetes, hal itu membuat pengobatannya semakin sulit. Hal itulah yang Fia dengar dari percakapan antara bundanya dan saudara ayahnya.

Beberapa hari setelah pengecekan, kaki ayah Fia semakin bengkak dan  membiru. Hal itu tentu membuat seluruh keluarga Fia panik.

Tidak mau membuat penyakit itu lebih buruk, keluarga Fia memutuskan merawat itensif ayah Fia di rumah sakit yang memiliki fasilitas memadai.

Setelah ayah Fia dibujuk untuk dirawat intensif di rumah sakit, mereka pun --ayah Fia dan bundanya-- berangkat pada pagi harinya. Hal itu membuat Fia yang memang tidak bisa meninggalkan sekolahnya dengan terpaksa tinggal sendiri di rumah.

Hal itu sebenarnya sudah biasa bagi Fia, tapi tetap saja Fia tidak bisa tenang, karena ayahnya yang berada di rumah sakit sedang berjuang.

Jika kalian bertanya mengapa Fia harus ditinggal sendiri, jawabannya adalah letak rumah sakit yang di kunjungi oleh ayahnya lumayan jauh dari rumahnya.

Flashback on

Kini Fia sedang bersiap-siap menuju sekolah. Ia berdiri di hadapan cermin, mematut penampilannya, takut-takut ada hal yang kurang.

Serasa sudah siap, Fia segera mengambil tas dan handphone yang ia letakkan di atas meja belajarnya. Setelahnya ia langsung turun menuju lantai dasar untuk menemui kedua orang tuanya.

Tepat di pintu penghubung ruang keluarga dan ruang makan, Fia dapat melihat kedua orang tuanya yang berpenampilan begitu rapi.

Fia mengernyitkan keningnya, "ayah sama bunda mau kemana? Kok rapi banget?" sontak kedua orang tua Fia menoleh, menatap Fia lalu saling melempar tatapan, seolah sedang berdiskusi dengan tatapan.

Ayah Fia berdehem membuat atensi Fia teralihkan sepenuhnya ke ayahnya, "gini Fia, ayah sama bunda mau ke rumah sakit dulu" Fia menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti.

Setelah mendaratkan bokongnya di salah satu kursi ia berujar, "ouh, yaudah ayah sama bunda berangkat aja, nanti Fia naik ojek ke sekolah."

Bunda Fia yang memang duduk di samping Fia, menggenggam tangan putrinya yang baru saja ingin mengambil sehelai roti untuk ia makan.

"Sayang, ayah sama bunda di rumah sakitnya lama..." Fia yang tadinya berekspresi bingung kini menjadi tegang.

Bunda Fia menghela napas, "ayah sama bunda mau tinggal sementara di rumah sakit sayang, soalnya ayah harus dirawat inap."

Seolah tertarik dari keterkejutannya, Fia kembali bersuara "oh kalau gitu nanti Fia sering-sering jenguk ayah, pasti bunda juga mau temenin ayahkan? Kalau gitu di rumah sakit mana ayah di rawat? Nanti Fia jenguk" mendengar penuturan Fia membuat kedua orang dewasa itu menghela napas berat.

Inilah yang mereka tidak suka, mereka tidak suka melihat wajah putrinya yang berbinar berubah menjadi kekecewaan.

Keheningan melanda, membuat ayah Fia memutuskan menjawab pertanyaan anaknya karena sepertinya istrinya tidak sanggup lagi untuk menjawab pertanyaan anaknya.

"Sayang..." Fia yang tadinya menatap bundanya dengan tatapan menunggu kini mengalihkannya ke ayahnya, "ayah di rawat di rumah sakit bandung" suara ayahnya terdengar lirih, tapi bukan itu yang jadi masalah Fia.

Masalah Fia sekarang adalah, kenapa tempatnya sangat jauh? Memang jarak jakarta ke bandung itu tidak jauh sekali, tapi untuk ditempuh seorang anak SMP sangatlah tidak wajar dan akan menjadi jauh.

"Kenapa jauh sekali?" suara Fia mulai melirih, raut wajahnya berubah.

Bunda Fia mengeratkan genggamannya "maaf sayang."

Flashback off

Fia duduk merenung di bangkunya, mengabaikan kekacauan yang disebabkan oleh teman sekelasnya. Entah yang sudah keberapa kalinya Fia menghela napas pelan.

Hal itu tentu membuat ketiga sahabatnya menatapnya bingung. Ketiganya saling menatap, berkomunikasi dengan tatapan mata.

Ila menatap kembali sahabatnya yang merenung itu, "Fi?" Fia tidak menoleh, mungkin dia belum mendengarnya karena terlalu asik melamun.

Ily dan Ira geleng-geleng kepala, Ila yang tidak mendapat respon memutuskan untuk memegang bahu Fia "Fi!"

Sontak Fia menoleh ke arah Ila, ia menatap Ila dengan tatapan bingungnya. Ila menghela napas, jengah dengan tingkah sahabatnya ini "lo kenapa diem mulu sih dari tadi?" Ily dan Ira mengangguk, ikut bingung dengan tingkah Fia.

"Iya lo ada masalah ya?" timpal Ily.

"Cerita aja Fi, kitakan sahabat" Ily dan Ila menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan Ira.

Fia tersenyum, ia menggelengkan kepalanya "gak ada apa-apa kok" ketiga sahabatnya mendengus kesal. Tapi tidak apa mungkin saja Fia belum siap menceritakan masalahnya, karena mereka tahu suatu saat nanti Fia pasti akan menceritakannya jika ingin.

"Woy ada hot news nih!" sontak Fia dan ketiga temannya menatap teman sekelasnya bingung, hal itu juga dilakukan oleh seluruh murid di dalam kelas.

Disana di depan kelas tepatnya di samping meja guru, lelaki yang notabenenya teman sekelas Fia sedang berdiri, sepertinya ia ingin mengumumkan sesuatu.

"Gua mau bilang kalau..." semua orang di kelas semakin dibuat penasaran dengan kata selanjutnya yang akan dikatakan lelaki itu, "kalau gue suka sama Siti!" dan ucapan itu sukses membuat seluruh lelaki di kelas tertawa, lain halnya dengan para gadis yang memutar bola mata malas, apalagi dengan Siti yang mukanya sudah memerah entah karena malu atau marah.

Lelaki yang tadi membuat gaduh adalah salah satu siswa nakal di kelas Fia, ia memang usil apalagi jika sudah bersangkutan dengan siswi bernama Siti. Iya! Siti itu nama teman sekelas Fia, entah kenapa para lelaki di kelas Fia selalu mengejeknya.

Ketua kelas yang mulai muak dengan kekacauan di kelas akhirnya angkat suara, "kalian ribut banget sih! Kelas lain terganggu tauk, diem kek!" bentaknya dengan suara nyaringnya.

Wuaa macan udah bangun, batin Fia.

Lelaki yang tadi membuat kekacauan menatap rendah ketua kelas "heh! Ketua kelas! Lo nyuruh kita diem tapi lo juga yang tereak-tereak. Malu kek, cewek kok suaranya kek toa masjid" anak lelaki lagi-lagi tertawa, entah apa yang lucu dari perkataan tersebut.

Hal itu tentu saja membuat kericuhan tambah menjadi-jadi di kelas. Fia dan ketiga temannya menghela napas kasar, dalam hati mereka serempak berkata, gak ada yang waras di kelas ini.

-----

Ya sedikit humor mungkin tidak apa-apa, supaya rileks sedikit, jangan terlalu tegang. Hehe~

#salamLazy

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang