-26-

97 4 0
                                    

AuthorPov

Lagi-lagi, yang Fia lakukan kali ini adalah hanya menatap ke arah bangku kosong disampingnya. Sudah dua hari Rafa tidak datang, dan Fia juga tidak mendapatkan kabar mengenainya. Fia menghela napas pelan, dia menopang dagunya sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

Buat apa ia menunggu kabar dari lelaki itu, jika mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Ya, untuk apa berharap... Tapi kalau boleh jujur, Fia sangat ingin mendapat kabar dari Rafa, tapi nyatanya... 

"Fi?"

Fia tersentak, dia menatap bingung ke arah Dea, "kenapa De?"

Dea menggeleng maklum melihat tingkah sahabatnya ini, "gue tahu lo lagi digantung kayak jemuran sama si DOI, tapi tetap aja lo harus perhatiin pelajaran. Lihat noh, guru udah keluar dari tadi, sekarang udah keluar main."

Fia mendengus mendengar celotehan sahabatnya itu, "iyaaa Deaaaa... udah ya, yuk ke kantin."

Dea mengangguk, "Yur, Din, ke kantin gak?" tanyanya pada kedua sahabatnya yang kebetulan sedang berbincang di bangkunya.

Keduanya mengangguk, lalu mulai berdiri. Setelah berjalan beberapa langkah, Yura tiba-tiba menghentikan langkahnya, "eh! tunggu gue lupa bawa uang."

Lalu ia segera berlari menuju ranselnya, Dina mendengus, "lama lo ah!"

Yura mencebik, kini keempat orang itu melanjutkan langkahnya menuju kantin, "namanya juga manusia Din, wajar dong kalau lupa."

Dea menggeleng, "udah-udah jangan bully Yura, bully aja gue."

Fia menabok kepala sahabatnya itu, "nih gue bully," Dea mengaduh, "lagian bicara lo aneh-aneh aja semakin hari."

Dina mengangguk, sedangkan Yura tertawa puas. Mereka memang se-absurd itu, dan hal itu membuat keempatnya terlihat unik. Dan Fia senang bisa bertemu dengan ketiga sahabatnya itu.

🍃

Fia menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga, helaan napasnya terdengar seperti sedang menanggung beban yang sangat besar. Safa yang kebetulan sedang duduk lesehan sambil mengerjakan tugasnya di laptop, menoleh, menatap adiknya bingung.

"Kenapa?"

Fia menoleh kaget ke abangnya itu, "eh.. enggak kok, Fia cuman capek belajar aja."

"Oh."

Fia bernapas lega. Tidak mungkin ia harus menceritakan kegelisahan yang dirasakannya hanya karena seorang lelaki yang bahkan tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya. Dia beranjak menuju kamarnya dengan langkah lunglai.

Entah kenapa kali ini pengaruh yang Rafa berikan untuknya sangat besar, ia merasa kosong saat tidak melihat lelaki itu setelah semua yang lelaki itu lakukan beberapa hari ini.

Fia mengambil ponselnya, membuka roomchatnya dengan Rafa. Tidak ada satu pesanpun yang masuk, sepertinya kali ini Fia sangat mengharapkan kabar dari lelaki itu. 

Fia menggeleng, "gak Fia! lo gak boleh begini!" ucapnya sambil menepuk-nepuk pipinya.

Dia mengangguk semangat, "gue harus lupain dia!! Lebih baik nonton anime," lalu ia berjalan menuju meja belajarnya, membuka Macbook dan menonton kartun dari negara sakura itu.

🍃

Sudah lima hari Fia tidak lagi mendengar kabar ataupun melihat sosok seorang Rafa. Dia menghilang, layaknya semua yang pernah terjadi antara keduanya adalah mimpi belaka. Fia menegakkan tubuhnya, sepertinya ia tertidur di meja belajarnya setelah belajar untuk ulangan besok.

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang