-22-

85 5 0
                                    

AuthorPov

Setelah kejadian membingungkan itu, Fia yang pada dasarnya pendiam menjadi lebih diam dari biasanya. Ketiga sahabatnya semenjak masuk SMA menatapnya bingung. Walau salah satu dari ketiganya sedikit tahu penyebab sahabatnya seperti ini.

Yura Windya, salah satu dari ketiganya berbisik ke temannya yang lain, "ntuh anak kenapa sih? Tumben diem aja."

Safya Dinara, juga salah satu dari ketiganya, dia menatap Yura datar "lo lupa kalau Fia emang pendiem?"

Yura menatap kedua temannya melongo, seperti baru mengetahui rahasia besar, "baru inget gue" katanya histeris membuat Dina spontan menggeplak kepala temannya itu, "tapi... entah kenapa kali ini dia diemnya berlebihan" lanjut Yura sambil mengusap kepalanya.

Dina terdiam, dia menatap Fia sebentar. Lalu menangguk mengiyakan perkataan Yura.

"Udahlah, nanti juga dia cerita" Yura mengangguk membenarkan perkataan Dina.

🍃

Bel pulang sudah berbunyi, mengundang para murid berbondong-bondong keluar kelas. Begitu pula dengan Rafa, setelah membereskan peralatan tulisnya, ia langsung pulang begitu saja. Tidak ada percakapan lagi setelah kejadian saat istirahat tadi.

Hal itu tentu membuat Fia bingung. Terlalu banyak pertanyaan di kepalanya saat ini, dia memegang kepalanya. Helaan napas kasarnya terdengar, "kenapa kamu begitu rumit?" katanya sambil menundukkan kepalanya.

Suara decitan membuatnya mendongakkan kepalanya, disana dia berdiri di depannya. Tatapannya begitu rumit, raut wajahnya tak terbaca.

Dia memberi kertas kecil, lalu tersenyum kecil dan berlalu begitu saja. Tanpa sepatah kata dan tetap menjadi misterius.

Setelah ia benar-benar tak terlihat, barulah Fia mengambil kertas itu. Membaca beberapa kata yang lagi-lagi membuatnya tak paham. Tapi, entah kenapa jantungnya berdetak cepat.

"Arghh, bodo ah. Gue pusing, pulang aja deh."

🍃

Malamnya, yang Fia lakukan hanyalah duduk di meja belajarnya dengan MacBook yang menyala menampilkan anime, tapi pikirannya melayang-layang entah kemana. Dia menopang dagunya, menatap lurus MacBook-nya yang menyala itu.

Dia menghela napas, merasa tak ingin melanjutkan tontonannya, ia memutuskan menutup alat elektronik itu. Dia baru saja akan merebahkan dirinya di kasur empuknya, tetapi suara ketukan pintu di iringi terbukanya pintu kamar membuat niatnya terurung.

"Kenapa Bun?" tanya Fia saat melihat sang bunda berdiri di ambang pintu.

"Kamu turun dulu," Fia mengernyit bingung, tapi tak ayal ia tetap mengikuti bundanya menuruni anak tangga.

"Bun kenapa si--"

Fia terdiam, dia menatap seseorang yang duduk di sofa ruang tamu rumahnya bingung. Seketika kepalanya dipenuhi banyak pertanyaan. Ia menggeleng, mencoba menyadarkan dirinya.

Dia menatap bundanya bingung, "bun? Kenapa Fia di panggil turun sih?"

Bukannya di jawab, bunda Fia malah memarahinya, "kamu tuh, ada tamu bukannya nyapa atau apa, malah didiemin aja."

Fia menghela napas pelan, ia menatap Rafa. Iya! Dia Rafa! Coba deh kalian pikir, kenapa coba dia ada disini?

"Hai.." sapa Fia sambil mencoba tersenyum, walau malah terlihat kikuk.

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang