-20-

98 5 0
                                    

AuthorPov

2 tahun berlalu....

Tanpa sadar, waktu terus belanjut. Membuat semua orang terpaksa dan wajib maju ke depan. Termasuk Fia. Kini dia mulai sedikit lebih dewasa, mulai bisa mengerti dengan alur kehidupan.

Kini dia menginjakkan kaki di kelas 9. Masa-masa dimana mereka akan disibukkan dengan berbagai macam les, soal dan praktek.

Ujian Nasional sudah di depan mata, sekolah Fia mengadakan les sebagai pelajaran tambahan untuk mereka. Lebih tepatnya jam sekolah mereka bertambah.

Awalnya waktu sekolah yang hanya sampai jam satu siang, kini berubah menjadi jam tiga sore. Setiap hari mereka dihadapkan dengan berbagai macam pelajaran. Untung saja cuaca sedang berbaik hati dengan tidak membuat mereka kepanasan.

Malah sebaliknya, hampir setiap siang saat les, hujan turun. Udara sejuk membantu mereka belajar lebih mudah, walau sesekali terlalu menghayati sampai ingin terlelap.

Sama seperti siang-siang sebelumnya, kini Fia dan temannya baru saja keluar dari mushola di sekolah. Fia mengedarkan pandangannya, mencari sepatunya.

Dia berdecak saat melihat sepatunya yang begitu jauh, "ck! Iseng banget sih!" gerutunya.

Tanpa peduli kakinya kotor karena menginjak tanah, dia pun melangkah. Mengambil sepatunya dan menentengnya menuju kelas, bodo amat dengan rasa malu.

Toh mereka sudah terbiasa seperti ini hampir setiap hari. Lagian siapa juga yang berani mengejek anak seorang guru, pikir Fia. Haduh Dasar Fia.

Sesampainya di kelas dia mendudukkan dirinya di bangku. Setelah memasang kembali kaos kaki dan sepatunya, barulah dia duduk tegak. Mencari keberadaan para sahabatnya yang sejak tadi menghilang saat dia sedang mencari sepatunya.

"Kalian dari mana?" tanyanya saat melihat ketiga sahabatnya masuk bersamaan ke dalam kelas.

"Toilet," Fia mengangguk mendengar jawaban Ila.

Ily merentangkan tangannya, "hahh~ gue laparrr!"

Ira yang sedang memainkan ponselnya, mendongak, menatap Ily.

"Ya makan dong kalau lapar."

Ily berdecak, "ck! Gak peka! Lo sama aja sama si doi! Gak pernah peka!"

Ila menggelengkan kepalanya, sepertinya mereka akan mulai lagi.

"Doi lo tuh peka! Cuman dia males aja sama lo! Cewek kok cerewet amat!"

Fia menatap keduanya, lebih memilih membiarkan mereka sampai capek sendiri. Dia menopang dagunya, menatap lapangan luas yang memang terlihat dari kelasnya yang sekarang.

Awan hitam menutupi langit biru, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Dan benar saja, beberapa menit kemudian rintik-rintik hujan mulai berjatuhan.

Perlahan-lahan rintik itu berubah menjadi bulir air yang turun begitu deras. Fia menghela napas. Dia menyukai hujan, hanya saja dia sedang ingin melihat semesta yang cerah, bukan semesta yang gelap dan sedih seperti ini.

"Fia!"

Fia berbalik, dia menatap Ily bingung.

"Lo kenapa ngelamun sih? Kesambet baru tahu rasa lo."

"Apansih Ly, gaje deh lo. Mana ada siang-siang gini kesambet."

"Ihh beneran gue, kesambet kan bukan cuman bisa saat malam aja."

"Lo tahu dari mana? Kata siapa?"

"Ya gue tahu-tahu aja sih. Ya kata gue lah... Emang kata siapa lagi?"

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang