-23-

89 5 2
                                    

AuthorPov

Fia menyalim tangan bundanya, "Fia berangkat ya bun."

Bunda Fia mengangguk, "hati-hati ya."

"Siap bun."

"Oh iya, Fia!" Fia berbalik, dia menatap bundanya bingung "kenapa bun?"

"Sebentar langsung pulang ya, jangan singgah-singgah."

"Loh mau kemana emangnya?"

"Udah, kamu nurut aja sih, jangan suka nanya-nanya."

Fia menekuk wajahnya, dia lalu mengangguk "yaudah deh."

Lalu berjalan meninggalkan rumahnya, menuju sekolah.

🍃

Fia duduk di bangkunya dengan tangan yang menopang dagu, pandangannya terarah keluar jendela. Sampai akhirnya kursi di sampingnya berdecit.

Fia menoleh, disana Rafa duduk dengan earphone putih menempel di salah satu telinganya. Rafa yang merasa di tatap berbalik, dia tersenyum "pagi Fia."

Jantung Fia berbedar kencang, dia berusaha keras menahan rona yang mungkin sudah muncul di pipinya, "ehm, pagi juga."

Jawabnya, lalu setelahnya tak ada lagi percakapan. Bahkan sampai jam istirahat tiba.

"Fi! Kantin yok!" Fia menatap Dea sebentar lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Yura, Dina! Kalian gak ke kantin?"

Kedua orang itu mengangguk, "tapi kita mau ke kantin belakang" jawab Yura.

"Yaudah deh, duluan ya," kata Dea dan Fia bersamaan.

Kedua sahabatnya itu hanya mengangguk sebagai tanggapan. Dea dan Fia pun berjalan menyusuri koridor, "btw, Fi. Gimana dengan ntuh cowo?" tanya Dea.

Fia menatap lurus kedepan, "em.. Gimana ya, semalam dia ke rumah gue" jawabnya dengan suara sepelan mungkin.

Mata Dea terbelalak, dia memegang kedua bahu sahabatnya, "kenapa lo gak ceritaa?!" tanyanya gemas.

Fia mengarahkan jarinya di depan bibirnya, "sstt... Ini juga baru mau cerita ih! Jangan teriak dulu."

Dea mendengus, "kenapa gak kabarin tadi malam?"

"Gue ketiduran, sumpah!"

"Huft, yaudah. Pokoknya lo harus ceritain semuanya ke gue!" Fia mengangguk sebagai jawaban.

🍃

"..ya jadi gitu" ucap Fia setelah menceritakan kejadian semalam.

Sekarang keduanya sedang berada di rumah Fia, pulang sekolah, Dea memutuskan untuk singgah ke rumah sahabatnya itu.

"Sumpah Fi, gak nyangka gue. Tapi ya Fi, menurut gue si Rafa itu ada rasa deh sama lo."

Fia merebahkan tubuhnya, ia bergumam pelan "hmm gue harap sih gitu."

"Tapi De, gue kok bingung ya?"

"Bingung apaan lagi? Udah jelas kok itu, dia su--"

Fia menatap Dea tajam, "ish udah ah, jangan ngomongin soal itu dulu, gue gak mau berharap nih."

Dea berdecih, "yaudah, jadi lo bingung kenapa lagi?"

"Rafa... Entah kenapa kadang sikapnya aneh deh. Dia sering banget ngegumam terus bilang 'maaf' gitu."

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang