AuthorPov
Hari ini kelas Fia sedang menerima pelajaran prakarya dari salah satu guru di sekolah ini. "Baiklah anak-anak, karena materi bab kemarin sudah selesai. Sekarang kita lanjutkan ke bab selanjutnya."
Para murid yang mendengarkan membalikkan lembar buku paketnya, sedangkan yang tidak mendengar asik sendiri dengan dunianya. Fia menghela napas pelan melihat judul besar bab yang akan di bahas, ia sangat yakin sebentar lagi gurunya akan membagi kelompok dan memberikan praktek.
Dan benar saja, hal itu terjadi. Kali ini mereka di suruh membuat rujak buah. Semua teman sekelasnya menghela napas frustasi, ya jelaslah, soalnya pelajaran yang diberikan itu kurang bermanfaat. Coba jelaskan apa pelajaran dari membuat rujak?
🍃
Jam istirahat tiba, para penghuni kelas yang kelaparan segera keluar dan pergi mengisi perut mereka di kantin. "Fi! Kantin yok!" Fia mengangguk, menyetujui ajakan Ily.
Ia pun berdiri, lalu berjalan keluar kelas menuju kantin diikuti ketiga anak ayamnya. "Btw Fi, nyokap lo umroh ya?"
"Lo tahu darimana?" Fia menoleh ke Ily yang mengetahui soal bundanya. "Ya biasalah, gue denger bu Jum ngegosip" Fia manggut-manggut, dalam hati berseru, pantas saja.
Fyi, Ily itu sebenarnya tinggal di luar jakarta, entah apa nama daerahnya Fia pun lupa. Dia tinggal disini bersama keluarga saudara dari ibunya yang mengajar di sekolah ini. Dan bu Jum atau Jumi adalah saudara ibunya, sekaligus guru bahasa indonesia di sekolah ini.
"Jadi bener nyokap lo umroh?" Fia mengangguk membenarkan pertanyaan Ira, membuat ketiganya ber-oh-ria.
Setibanya di kantin yang penuh dengan para siswa yang kelaparan, mereka dibuat ternganga, pasalnya kantin ini sangat penuh. Membuat mereka sesak napas melihatnya.
"Penuh banget!" keluh Ira yang disetujui ketiga temannya.
Fia menelusuri kantin yang padat itu, "gimana nih?" tanyanya. Ila meluruskan tangannya, menunjuk sebuah meja kosong yang baru saja di tinggalkan penghuninya, "disana!"
Dengan segera mereka berjalan menuju meja kosong itu. Setibanya, mereka bernapas lega, "fiuh, hari ini kantin padat banget ya" Ila berujar sambil menelusuri kantin.
Fia menatap ketiganya, "jadi siapa yang pesan?" seketika mereka saling bertatapan dengan pandangan horor.
Ira menatap Ily, "Ly lo aja deh" sedangkan yang di tegur menatap tajam Ira, "enak aja lo nyuruh-nyuruh" katanya tidak santai.
Fia menatap keduanya yang sudah mulai bertengkar, "daripada kalian berantem terus, lebih baik kalian aja yang pergi pesan. Daripada kita mati kelaparan disini" Ira dan Ily saling berpandangan, detik berikutnya mereka mengangguk dengan tampang begonya.
"Iya juga ya, yuklah kita pesen" Ira mengangguk, mereka pun beranjak pergi memesan makanan.
Sedangkan Fia terkekeh geli, bisa-bisanya mereka mau saja di bodohi olehnya. Ila menggelengkan kepalanya, "dasar teman lucknut" gumamnya.
🍃
Kini mereka sedang menikmati makanan pesanan tadi, sesekali bercanda jika ada saja hal yang bisa mereka buatkan bahan candaan.
Ila menyeruput minumannya, "btw, kalian tahu buat rujak?" ia bertanya saat ingat dengan tugas praktek yang diberi gurunya, lalu melanjutkan acara makannya.
Ketiganya yang masih asik makan seketika menghentikan acaranya, mereka menatap Ila sekilas, serentak menjawab dengan sebuah gelengan kepala, lalu kembali menikmati makanannya.
Ily mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya yang memerah menahan rasa pedas, "lagian, pelajaran kok disuruh buat rujak, aneh-aneh aja deh" katanya sambil sesekali menghirup udara, menghilangkan rasa pedas yang memenuhi mulutnya.
Ira mengangguk, ia menyeruput minumannya saat makanannya telah habis. "Gua juga gak habis pikir, apa untungnya coba belajar prakarya? Yang ada mah bikin capek aja, mana uang habis lagi, gara-gara hampir setiap pertemuan kita praktek mulu" keluhnya.
Fia meluruskan pandangannya, menatap Ira dan Ily jengah. "Udahlah, buat apa juga ngeluh, gak ada guna juga" Ila mengangguk membenarkan.
Beberapa menit kemudian, mereka pun memutuskan untuk kembali ke kelas, karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
🍃
"Tanteee!"
Fia berteriak nyaring, selepas masuk rumah. Ratih, tante Fia yang sedang di dapur mengernyit bingung, "di dapur Fia."
Sedetik kemudian Fia muncul dengan napas yang sedikit terengah, seragam sekolahnya masih melekat setia di badannya. Bahkan ranselnya masih setia di bahunya.
Ratih mengernyit bingung, "kamu kenapa Fia? Kayak habis dikejar hantu aja" Fia menggaruk tengkuknya. "Tante, Fia mau tanya" Ratih mengangguk tanpa melihat ke arah Fia, dia sibuk dengan perkejaannya memotong sayuran.
"Tante tahu gak cara buat rujak? Emm.. lebih tepatnya sih bumbu rujaknya" Ratih menoleh ke arah Fia, membiarkan pekerjaan terbengkalai.
Dia memegang dahunya, berpose layaknya seorang jenius sedang berpikir. Fia memutar bola mata malas, ada-ada saja tantenya ini, apa susahnya coba tinggal jawab? Kan gak perlu pakai gaya-gaya lagi. Pikirnya.
Ratih mengangguk, "tahu kok, kenapa emang?" mata Fia berbinar, dalam hati ia bersorak gembira, "ada praktek tan."
Ratih melanjutkan pekerjaannya kembali, "praktek? Pelajaran apa yang ada praktek buat rujak?" bingungnya.
"Pelajaran prakarya tan" Ratih ber-oh-ria, "jadi bisa kan tante buatin bumbu rujaknya?"
"Bisa kok, emang prakteknya kapan?" Fia mengingat-ingat jadwal pelajarannya, "minggu depan tan, bisakan?" Ratih mengangguk menyetujui.
Fia berseru senang, ia mencium pipi Ratih lalu berjalan hendak menuju kamarnya. Tetapi langkahnya terhenti saat di ruang keluarga, di sofa sana ayahnya duduk sambil menatap layar plasma.
Fia mendekat, "ayah, kapan ada disini? Tadi pas Fia pulang kayaknya ayah belum duduk disini?" ayah Fia menoleh, menatap putri kesayangannya yang berdiri di dekatnya dengan masih menggunakan seragam sekolah lengkap dengan ranselnya.
Ayah Fia menepuk sofa di pinggirnya, Fia yang mengerti segera duduk disamping ayahnya, "baru aja tadi ayah disini" Fia mengangguk dengan mulut membulat.
Saat siaran berita yang ditayangkan layar plasma itu digantikan oleh iklan, Fia berujar "yah, Fia mau ganti baju dulu ya?" ayah Fia menoleh menatap putrinya.
Dia mengangguk, "nanti kesini lagi ya, temani ayah nonton" Fia mengangkat kedua jempolnya.
Setelahnya, dia pun mulai berjalan menapaki anak tangga untuk menuju kamarnya.
🍃
Seragam putih biru Fia kini sudah digantikan dengan baju kaos putih polos serta celana selutut berwarna cream. Fia mengambil ponsel yang ia letakkan di atas meja belajarnya. Duduk disana lalu mengotak-atik ponselnya, hendak menghubungi temannya untuk memberi tahu jika masalah praktek sudah beres.
Tidak lama kemudian dia selesai dengan benda pipih itu, dengan segera ia turun kebawah untuk menemani ayahnya menonton tv.
Dengan ayahnya yang masih setia duduk di sofa sambil menonton, Fia segera duduk disamping ayahnya. Memeluk tubuh ayahnya dari samping. Dia menatap kaki ayahnya yang terbalut kain putih yang menurut Fia sangat menyebalkan.
-----
Lagi gak mau bacot. Votment ya!
#salamLazy

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer (Tamat)
Fiksi Remaja[TAMAT] Bagaimana rasanya ketika orang di masa lalumu datang dan menampakkan diri di hadapanmu dengan alasan yang membuatmu merasa memiliki harapan kembali. ----- Dia masa laluku. Dia orang yang membuatku merasakan yang namanya jatuh cinta dan jatuh...