-18-

59 3 0
                                    

AuthorPov

Paginya, seluruh keluarga Fia kembali berkumpul. Memenuhi ruangan dominan putih itu. Hanya saja, Anin sedang ada urusan, jadilah dia tidak datang. Hal itu membuat Fia duduk sendirian di taman, menikmati udara pagi.

Tepukan pelan di kepalanya, membuat lamunan Fia buyar. Dia menoleh, menatap si pelaku yang kini duduk di sampingnya.

"Loh abang?"

Safa hanya diam, menatap kedepan. Fia sudah terbiasa didiamkan, tapi entah kenapa kali ini di merasa ingin terus bertanya, walau tahu kemungkinan pertanyaannya di jawab sangat minim.

"Abang ngapain disini?"

Keheningan menyelimuti, sampai akhirnya Safa menatap adiknya.

"Mau nyari lo."

Fia mengernyit, "buat apa bang? Disuruh bunda ya?"

"Sarapan."

Safa mengabaikan pertanyaan Fia yang kedua, setelah menjawab satu pertanyaan adiknya, dia segera berdiri. Berjalan meninggalkan Fia di sana.

Fia menghela napasnya, lalu perlahan berdiri, mengikuti arah langkah kakaknya.

🍃

Sore harinya, Fia menghabiskan waktu dengan duduk di depan ruang inap ayahnya. Disana ada sebuah bangku panjang. Fia duduk di temani ponsel dan earphone putihnya.

Ia hanya duduk diam, melihat-lihat bagaimana kesibukan yang terjadi sore ini, ditemani alunan musik di kedua telinganya. Di dalam ruangan, ayahnya sedang di periksa oleh dokter. Tidak lupa perawat yang juga sedang menggantikan perban di kaki ayahnya.

Setelah dokter keluar, tante Fia, Ratih. Juga ikut keluar, wajahnya terlihat lesu. Fia menatap tantenya bingung.

"Tante kenapa?"

Ratih tersentak, dia menoleh kaget ke Fia. Setelahnya berusaha tersenyum, "nggak kenapa-napa kok Fia."

Fia mengernyit, walau tak ayal dia mengangguk tak mau terlalu ikut campur. Keheningan menyelimuti, sampai akhirnya, tiba-tiba saja keheningan itu terpecah.

Keributan dari ruang inap ayah Fia, membuat keduanya sontak berdiri. Langsung memasuki ruang inap itu. Keadaan di dalam bisa dibilang kacau. Keluarga Fia yang berkumpul mengeluarkan air mata, sedangkan sang perawat menepuk-nepuk pipi ayah Fia yang entah kenapa kehilangan kesadaran.

Fia menatap sekitarnya bingung, kepalanya serasa dihantam batu besar. Membuat otaknya tak bisa mencerna semua kejadian yang terjadi. Sampai mata Fia berhenti saat menatap sosok ayahnya yang terdiam, seperti orang yang kehilangan jiwanya.

Fia menatap kosong, air matanya menetes. Dalam diam dia menangis. Sampai sebuah tangan menariknya keluar. Mendudukkan dirinya di bangku yang dia tempati tadi. Safa orang yang menarik Fia keluar, memeluk adiknya.

Fia mendongak, menatap abangnya, tatapannya masih kosong. Dengan nada lirih dia bertanya, "ayah kenapa bang?"

Safa menghela napas dia meletakkan dagunya di kepala sang adik, "ayah gak apa-apa Fia."

Fia mengeratkan pelukannya, kepalanya mengangguk kecil. Tak ada rasa lega, hanya saja dirinya berharap perkataan abangnya adalah sebuah kebenaran. Karena jika terjadi sesuatu pada ayahnya, entah apa yang terjadi pada Fia.

🍃

"Kamu pulang aja ya sayang. Gak apa-apa kan?"

Fia menatap bundanya, penampilan perempuan paruh baya itu bisa dikatakan tidak baik. Matanya memerah, tanda baru saja menangis.

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang