-10-

136 9 0
                                    

AuthorPov

Bel pulang telah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi entah kenapa Fia merasa ia tidak ingin pulang. Toh kalaupun dia pulang, yang menantinya di rumah pun tidak ada.

Tapi jika ia tetap berada sekolah, ia juga akan sendirian. Dengan malas Fia merapihkan alat tulisnya, memasukkannya ke dalam tas. Ila yang notabenenya teman pulang Fia memutar bola matanya, jengah melihat temannya yang semakin hari tingkahnya semakin aneh.

Ia mendengus pelan, "lo kenapa sih? Rapiin buku aja lama banget! Bisa-bisa gue lumutan tau gak?" Fia menghentikan kegiatannya, menatap Ila dengan sorot malas.

Ia tidak menjawab, hanya memandang Ila sebentar lalu kembali melanjutkan kegiatannya. Sekali lagi Ila mendengus tapi kali ini lebih kasar.

Fia berdiri "yuk!" ajaknya sambil menyampirkan tasnya di salah satu sisi bahunya.

Setelah anggukan Ila, mereka berdua pun segera berjalan keluar kelas, tidak lupa mengunci pintu kelas yang nantinya akan di titipkan di pos satpam.

Koridor sekolah sudah mulai lenggang, tidak seperti saat beberapa detik setelah bel pulang berbunyi. Hanya ada beberapa murid yang mungkin sedang ingin berlama-lama di sekolah atau mungkin menyelesaikan urusannya seperti piket.

Dalam perjalanan pulang, keheningan menyelimuti kedua sahabat itu. Tidak ada percakapan seperti biasanya, mereka sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

Sampai akhirnya keheningan itu terpecah, "La!" Ila yang merasa namanya disebut menoleh menatap Fia dengan sebelah alis terangkat.

Fia yang mengerti segera melanjutkan perkataannya, "lo mau nggak nginep di rumah gue?" Ila menyorot Fia dengan tatapan bingung.

Ia memiringkan kepalanya sekilas "kenapa?", Fia berdecak kesal "ya nemenin gue lah!" jawabnya tidak santai.

Ila memutar bola mata malas "iya gue tahu, tapi kenapa? Emangnya bonyok lo kemana?" Ila tersadar akan ucapannya, ia memutar ulang kejadian beberapa hari lalu.

Beberapa hari yang lalu saat pelajaran Ipa, yang gurunya tidak lain adalah ibu Fia, saat itu tidak datang, kata guru pengganti yang masuk hari itu, ibu Fia sedang ada keperluan.

Ia kembali menatap Fia "oh iya, beberapa hari yang lalu juga nyokap lo gak datang ngajar di kelas, nyokap lo kemana emangnya?"

Fia menghela napas gusar, ia bimbang. Antara ingin bercerita dan juga ingin menyimpannya sendiri. "Ada urusan keluarga aja sih" dan keputusannya adalah menyimpannya sendiri, tidak apalah nanti mereka akan tau sendiri seiring berjalannya waktu.

Ila manggut-manggut tanda mengerti dengan jawaban Fia, "jadi gimana lo jadi nginep?" Fia bertanya kembali.

Ila terdiam beberapa saat, ia menatap Fia sendu, "sorry, kalau malam ini gue gak bisa. Sorry ya" Fia tersenyum maklum, "gak apa-apa."

"Lain kali deh, janji!" Fia tersenyum lalu mengangguk.

🍃

Fia yang telah mengganti seragam sekolahnya dengan baju rumahan, kini duduk santai di sofa ruang keluarga. Ia menyalakan tv tapi matanya fokus ke arah benda persegi panjang pipih yang kecil itu.

Fia mengalihkan pandangannya, setelah mendengar ketukan pintu depan rumahnya terdengar. Dengan masih menenteng hpnya, ia segera beranjak membukakan pintu untuk sang tamu.

Pintu terbuka, menampilkan perempuan cantik yang lebih tua tiga tahun saja. Fia tersenyum, ia menggeser tubuhnya agar perempuan itu bisa masuk.

Setelahnya Fia menutup pintu lalu berjalan ke arah ruang tv bersama perempuan itu, "ngapain kesini?" tanya Fia sesaat setelah duduk di sofa.

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang