-07-

112 11 3
                                    

AuthorPov

Sehabis makan malam, Fia membantu sang bunda membersihkan dapur. Setelahnya mereka duduk di sofa ruang keluarga sambil menonton, Fia yang mengingat tugas sekolah yang akan di kumpul besok, memutuskan untuk mengambil bukunya. Fia berniat mengerjakannya di ruang keluarga, agar ia tidak pusing jika hanya berdiam diri di kamar sambil berpikir.

Tiba-tiba suara ketukan pintu depan terdengar, Fia dan sang bunda berpandangan bingung. Pasalnya ini sudah lumayan larut untuk bertamu. Dengan segera bunda Fia berdiri dan beranjak membuka pintu untuk sang tamu.

Fia yang memang mempunyai tingkat kekepoan yang tinggi memutuskan untuk mengikuti sang bunda, ia berdiri di pintu penghubung antar ruang tamu dan ruang keluarga. Begitu pintu dibuka, Fia langsung berlari ke arah pintu.

“Ayahhh!”

Fia memeluk ayahnya erat, itu hal yang wajar karena jika dibandingkan dengan sang bunda, Fia cenderung lebih manja ke ayahnya.

“Anak ayah belum tidur?” Fia menggeleng di dalam dekapan ayahnya.

Sang bunda yang melihat hal itu hanya tersenyum. “Fia sudah dulu ya, ayah capek tuh habis dari perjalanan jauh” dengan sedikit rasa tidak rela Fia melepas pelukannya.

“Assalamualaikum” salam ayah Fia lalu masuk kedalam dan mengecup pucuk kepala sang istri.

“Waalaikumsalam” jawab kedua perempuan itu.

“Fia kamu masuk tidur ya? Sudah larut loh ini” Fia mengangguk mendengar perintah sang bunda, ia mengambil bukunya yang berserakan di meja kecil ruang keluarga.

Setelah Fia naik dan masuk ke kamarnya, kedua orangtuanya duduk berhadapan di sofa ruang keluarga.

“Badan ayah kok panas gini?” bunda Fia memegang dahi suaminya, tadi saat suaminya mengecup pucuk kepalanya ia bisa merasakan tubuh sang suami yang panas.

“Mungkin cuman demam biasa Bun” bunda Fia menghela napas lalu mengangguk.

🍃

Pagi itu Fia bangun lebih pagi dari biasanya, ia memutuskan untuk tidak telat bangun lagi. Sesudah berpakaian, ia berdiri di hadapan cermin, memandangi dirinya takut-takut ada hal yang kurang sesuai.

Melihat bayangan dirinya di cermin membuatnya bergumam, “perfect!” saat ia telah merapikan penampilannya.

Dengan langkah ringan, ia berjalan menuruni tangga. Sedangkan di meja makan, kedua orang tua Fia sedang berbincang.

“Ayah yakin mau ke kantor?” ayah Fia yang sedang menyantap sarapan menghentikan kegiatannya, ia melihat ke arah sang istri yang bertanya dengan raut wajah cemas.

Tak kunjung ada jawaban bunda Fia melanjutkan, “ayah kalau masih sakit gak usah ke kantor ya? Lagipula pasti kaki ayah sakit, kita periksa ke dokter dulu, takutnya ada yang serius.”

Fia yang memang telah sampai di pintu penghubung antara ruang makan dan ruang keluarga, mengernyitkan keningnya. Ada apa? Dua kata itu yang terus berputar di pikirannya, meminta untuk disuarakan.

Baru saja ayah Fia hendak menjawab, ia tidak sengaja melihat putrinya berdiri tidak jauh dari mereka. Tidak ingin membuat khawatir ia tersenyum menenangkan seraya berkata, “sini Fia, kamu sarapan dulu, habis itu berangkat ke sekolah nanti ayah yang anter.”

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang