AuthorPov
Mobil merah itu melaju, membelah jalanan kota Jakarta yang dipenuhi oleh kendaraan. Ayah Fia duduk di depan, tepat disamping kursi sopir, sedangkan Fia dan bundanya duduk di belakang.
Fia menatap pemandangan diluar jendela mobil, earphone kesayangannya memutar sebuah musik permainan piano yang dapat menghanyutkan Fia ke alam khayalannya.
Sampai suara sang ayah berhasil memecah khayalannya yang entah apa isinya. "Pak Raven, kita singgah dulu ya. Seperti biasa," pak Raven sebagai sopir mengangguk patuh.
"Baik pak."
Fia menghela napas kasar, ia sangat tahu arti dari kata seperti biasa ayahnya itu. Dan sepertinya Fia tidak terlalu menyukai kata itu. Tapi biarlah, karena sepertinya sekarang Fia sedang kangen juga.
Tidak memedulikan kedua orangtuanya yang berbincang entah mengenai apa, Fia kembali fokus ke kegiatan awalnya.
🍃
Fia turun dari mobil merah kesayangan ayahnya, dia menatap bangunan sederhana didepannya. Tidak banyak yang berubah dari bangunan itu, beberapa bulan tak mengunjungi bangunan tersebut, membuat Fia tidak melupakan struktur bangunan minimalis itu.
Mereka melangkahkan kaki, masuk kedalam halaman bangunan yang biasa di sebut rumah. Ayah Fia berjalan menggunakan tongkatnya, karena kursi roda yang ia pakai saat di bandara adalah punya bandara itu sendiri.
Bunda Fia mengetuk pintu rumah itu, tidak butuh beberapa lama, akhirnya pintu itu terbuka. Menampakkan seorang lelaki muda yang masih berusia 20-an, lelaki itu tersenyum bahagia. Dia membuka lebar pintu, mengajak Ayah, bunda dan Fia masuk kedalam rumah itu.
Bunda menelusuri rumah itu, lantas ia bertanya saat tak melihat salah satu penghuni rumah ini "bang, kakak mana?"
"Ada di kamar mandi bun," lelaki itu menjawab tenang. Bunda Fia mengangguk lantas ia duduk di sofa rumah itu.
Lelaki dengan nama Safa Redoxi itu adalah kakak tertua Fia, bisa dibilang mereka ini saudara kandung.
Ayah Fia sudah tidak ada di ruang keluarga dan ruang tamu yang tersambung itu, karena ayah Fia pergi ke kamar dan beristirahat.
Fia menatap layar plasma yang menampilkan kartun yang lumayan ia sukai, tiba-tiba dari arah dapur seorang perempuan cantik datang. Ia tersenyum senang saat melihat bunda Fia.
"Bunda!" ia berujar senang, lalu berjalan mendekati bunda Fia, lalu duduk disampingnya. Dia terus saja menanyakan banyak hal.
Perempuan itu bernama Devisa Seftya, dia adalah perempuan yang beberapa hari lalu menelfon Fia, katanya ia berniat menanyakan kabar sang adik. Dia juga tidak lain adalah kakak kedua Fia, yang artinya Fia memiliki dua saudara.
Kedua kakaknya ini, tidak tinggal bersama mereka karena urusan perkuliahan. Karena universitas yang mereka masuki letaknya lumayan jauh dari rumah, jadilah mereka membeli rumah minimalis yang tentunya berdekatan dengan kampusnya.
Devi menelusuri ruang keluarga itu, ia mengeryit bingung "ayah mana bun?"
"Ayah lagi istirahat di kamarmu," yang menjawab pertanyaan Devi adalah Safa. Devi mengangguk, tidak peduli siapa yang menjawab karena ia hanya penasaran.
Devi menatap Fia, "jadi kemarin-kemarin lo sendirian di rumah?" Fia menganggukkan kepalanya, terlalu malas membuka mulut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer (Tamat)
Teen Fiction[TAMAT] Bagaimana rasanya ketika orang di masa lalumu datang dan menampakkan diri di hadapanmu dengan alasan yang membuatmu merasa memiliki harapan kembali. ----- Dia masa laluku. Dia orang yang membuatku merasakan yang namanya jatuh cinta dan jatuh...