AuthorPov
Satu minggu telah berlalu tanpa perubahan, keseharian Fia pun masih tetap berjalan tanpa adanya sang bunda. Hari ini adalah hari dimana mereka mempresentasekan hasil praktek mereka. Kemarin Fia bersama Ratih telah menyelesaikan bumbu rujaknya.
Kini kelas Fia dibagi berdasarkan kelompok yang sudah ditentukan, "gak ada yang kelupaan kan?" semua anggota kelompok Fia menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Fia.
Fia mengangguk puas "bagus!"
Dia mengedarkan pandangannya, melihat kelompok lain yang juga sedang bersiap. Tanpa sadar senyumnya mengembang. Masa-masa seperti ini tidak akan dia lupakan. Guru memanggil satu persatu kelompok untuk maju mempresentasekan hasilnya.
Mereka menyimak dengan baik, walaupun sebenarnya hasil presentase setiap kelompok hampir tidak ada bedanya.
🍃
Bel pergantian pelajaran berbunyi, kelas Fia telah selesai melakukan presentase. Karena kelas mereka sedang free, jadilah mereka saling mencicipi rujak yang dibuat setiap kelompok. Tiba-tiba sebagian murid kelas 7.a berkumpul di kelas mereka. Ribut ingin ikut mencicipi rujak.
Mereka memang tidak tahu malu, datang di kelas orang lain hanya untuk menghambur. Tapi hal itu tentunya membuat Fia senang, Iya senang karena si gebetan juga ada. Ya walaupun ia tidak berkomunikasi tapi setidaknya Fia bisa melihat wajah dan senyumannya.
Asik dengan lamunannya, Fia tidak sadar bahwa objek lamunannya sudah ada di depan kelompok mereka. Rafa melirik rujak yang ada di atas meja, "gue boleh minta?" semua anggota kelompok menatap Fia yang memang ketua kelompok mereka.
Siswi yang entah siapa namanya itu melihat Fia yang masih diam, dengan sedikit ragu dia menepuk bahu Fia, "Fia!"
Fia menoleh menatap siswi itu bingung, siswi itu menunjuk Rafa dengan dagunya. Perlahan Fia meluruskan padangannya, sampai akhirnya matanya menemukan siluet sang gebetan. Seketika Fia menjadi gugup, tangannya dingin.
Tidak mendapat respon, Rafa berinisiatif untuk bertanya ulang "rujaknya... boleh gue minta?" Fia menganggukkan kepalanya dengan sedikit ragu.
Rafa tersenyum senang membuat pipi Fia merona tapi ia menyembunyikanya sebisa mungkin. Saat Rafa mengambil rujak di atas meja, Fia diam-diam mengatur degup jantungnya yang mulai menggila. Rafa beranjak pergi menemui temannya sambil membawa rujak dari kelompok Fia setelah sebelumnya berterima kasih.
Teman sekelas bahkan anggota kelompok Fia kini sibuk berkeliaran di dalam kelas hanya sekedar untuk mencicipi rujak kelompok lain. Sedangkan Fia, sibuk memantau gebetan, ingin tahu dengan reaksi Rafa saat mencoba rujaknya. Rafa mulai mengambil sendok hendak menyuapi ke dalam mulutnya, tetapi tepukan di bahu Fia membuatnya tidak bisa melihat reaksi sang gebetan.
Dia menoleh dengan wajah murka, tapi saat ingin menyumpah serapah orang yang mengganggunya, ia berhenti saat melihat siapa si pelaku. Wajahnya kaku, bingung ingin berekspresi seperti apa.
"Kita mau saling coba rujak nih, mau cari tahu siapa yang paling enak rujaknya, lo juga ikut yuk!" Ira, orang yang menepuk bahunya, menarik tangan Fia menuju meja dimana kedua temannya yang lain berkumpul.
Baru saja Fia ingin membuka mulutnya, hendak melayangkan pertanyaan. Suara seseorang membatalkan niatnya. "Enak banget, astaga!" seluruh siswa yang berada di kelas mengalihkan perhatiannya ke satu orang.
Rafa! Lelaki itu berteriak tanpa tahu malu, ya memang begitulah dia.
Teman disampingnya menepuk bahu Rafa, "suara lo kekencangan bro, lagian lo alay banget. Kayak habis rasa makanan restoran bintang lima aja" Rafa cengengesan, ia mengangkat tanganya sehingga jari yang membentuk 'peace' itu terlihat.
"Tapi gue gak bohong, sumpah! Bumbu rujaknya enak banget tahu" temannya menaikkan sebelah alisnya, "mana? Coba gue rasa juga" Rafa memberikan piring berisi rujak ke temannya.
Semua orang menatap penasaran, kepo dengan pendapat teman Rafa. Teman Rafa yang sudah menyuapkan rujak itu manggut-manggut, "enak juga ternyata" Rafa tersenyum bangga, lantas ia mengambil paksa piring yang masih menampung lumayan banyak rujak itu dari tangan temannya, "gue bilang juga apa."
Sontak siswa yang kepo dengan rasa rujak Fia, langsung menyerbu meja kelompok Fia. Hal itu membuat Fia sibuk dengan mereka, dia tidak mau kelasnya jadi kacau karena ulah para siswa kepo itu, termasuk ketiga teman Fia yang juga ikut-ikutan kepo.
🍃
"Wahh bener-bener lo Fia, beruntung banget bisa di deketin Rafa! Seharusnya gue masuk di kelompok lo" Ily merenggut kesal, Fia tersenyum kikuk.
Ila menggelengkan kepalanya, "kan kelompok dibagi sama bu guru, gimana caranya lo mau kelompok sama Fia kalau bu guru aja gak izinin?"
Ily masih tetap dengan pendiriannya, "iyasih, tapi gampang! Tinggal bujuk aja bu guru" Ila memutar bola matanya malas, "kayak bisa aja" ucapnya pelan, malas melanjutkan perdebatan.
Ira yang sedari tadi diam, kini membuka suara "btw, yang bikin bumbu rujak lo siapa Fi? Enak banget loh."
Fia yang sedang bertopang dagu, menatap Ira "hmm tante gue sih yang bikin" Ira menganggukkan kepalanya.
Saat ini mereka sedang duduk mengelilingi satu meja, sedang menunggu waktu istirahat tiba.
Fia merebahkan kepalanya di atas meja, dia masih mengingat jelas ucapan Rafa saat mengatakan rujak kelompoknya enak. Hal itu membuat Fia senyum-senyum sendiri.
🍃
Waktunya pulang.
Para siswa yang sudah tidak sabar untuk bebas dari gedung sekolah, segera membereskan barangnya lalu berjalan meninggalkan kelas beserta gedung sekolah yang mereka anggap membosankan.
Fia bertopang dagu, merasa agak malas jalan kaki untuk pulang ke rumah. Tapi karena celotehan Ila, dengan terpaksa Fia segera membereskan barangnya.
"Fiaaaa, lama banget sih! Udah jam berapa loh ini, gue laper tau!" Fia menatap Ila kesal, "sabar elah" Ila mendecih.
"Kalau bukan sobat gue, udah gue cincang lo Fi" kata Ila kejam.
"Iya-iya, serah lah."
Fia berdiri dari bangkunya, lalu berjalan meninggalkan Ila yang melongo menatapnya. "Anak itu! Udah ditungguin juga!" geramnya, dengan segera ia mengejar Fia.
🍃
Dua minggu berlalu begitu saja, bunda Fia baru saja pulang dari perjalanan ibadahnya. Kakak laki-laki Fia pun juga pulang ke rumah, sedangkan kakak perempuannya tidak pulang dikarenakan ia sedang menjalani KKN di luar kota.
Ratih, tante Fia pun sudah pulang ke rumahnya kembali. Keadaan rumah Fia sedikit lebih ramai, karena kedatangan sanak saudara ayahnya yang berkunjung, sekedar menjenguk keadaan ayahnya.
Bahkan mereka juga datang untuk membujuk ayah Fia untuk dirawat inap di rumah sakit saja, pasalnya kaki ayah Fia tidak menunjukkan perkembangan. Bahkan ayah Fia sekarang semakin susah untuk sekedar berjalan. Napsu makan ayahnya pun kian turun semakin harinya.
Menyerah dengan semua celotehan saudaranya, ayah Fia memilih mengalah. Besok paginya mereka akan berangkat menuju rumah sakit besar yang lumayan dekat dengan rumah Fia. Tetapi alangkah sialnya, kondisi ayah Fia esok paginya memburuk. Ayah Fia demam tinggi.
-----
KKN adalah singkatan dari kuliah kerja nyata, biasanya mahasiswa di tugaskan di berbagai kota untuk mengabdikan diri ke masyarakat berdasarkan lintas fakultas.
Sekian penjelasannya, kalau ada salah maaf ya, author kan belum pernah ngerasain.
#salamLazy

KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer (Tamat)
Fiksi Remaja[TAMAT] Bagaimana rasanya ketika orang di masa lalumu datang dan menampakkan diri di hadapanmu dengan alasan yang membuatmu merasa memiliki harapan kembali. ----- Dia masa laluku. Dia orang yang membuatku merasakan yang namanya jatuh cinta dan jatuh...