-11-

94 6 0
                                    

AuthorPov

Sudah satu minggu lebih kedua orangtua Fia pergi meninggalkan Fia sendiri di rumah, beberapa hari yang lalu bunda Fia menelfon dan menanyakan kabar Fia.

Kini Fia sedang duduk di bangkunya, memerhatikan penjelasan guru di depan. Sesekali ia mencatat jika ada hal yang penting. Seperti beberapa hari yang lalu, bunda Fia masih di gantikan oleh guru lain.

Satu jam lebih sudah Fia berkutat dengan buku-buku, kini waktunya para pelajar mengistirahatkan diri dari berbagai macam pelajaran yang membuat otak pusing.

Fia membereskan bukunya yang berhamburan di atas meja, tepukan di pundaknya membuat kegiatannya terhenti beberapa saat.

Fia menoleh, lantas mengernyit bingung, mengerti dengan raut wajah Fia, Ila segera berujar "ke kantin yuk."

Fia mengangguk, dengan segera memasukkan buku-bukunya ke dalam laci mejanya. Setelahnya ia berdiri dan berjalan bersama ketiga temannya yang tidak lain adalah Ifya.

🍃

Handphone Fia bergetar di atas meja kantin, masih dengan menyeruput jusnya ia segera mengambil benda pipih itu dan melihat pesan yang masuk.

Bunda💕

Bunda sama ayah kayaknya bakalan pulang besok, kalau mau ikut menjemput bilang sama pak Raven aja ya.

Senyuman Fia mengembang, dengan segera ia membalas pesan tersebut lalu kembali menaruh benda pipih itu dan kembali fokus menyeruput jusnya.

Fyi, pak Raven itu adalah sopir yang biasanya kerja saat akan menjemput ayah Fia di bandara setelah keluar kota, ayah Fia memang sering keluar kota dikarenakan tuntutan pekerjaannya.

"Kenapa lo senyam-senyum gitu sih? Kesambet ya?" Fia mendelik tidak suka, ia menatap tajam Ily. Sedangkan yang di tatap cuman cengengesan tidak jelas.

Ira memukul kepala Ily, "makanya kalau bicara dijaga" katanya ketus, Ila menggelengkan kepalanya merasa ajaib dengan tingkah kedua temannya.

Ily memegang kepalanya yang sakit, "ish kejam banget sih lo mbak" Ira mendelik tidak suka ke arah Ily, "lo kira gue mbak lo? Jangan panggil-panggil mbak! Gue masih muda tauk."

Ily mengerucutkan mulutnya, "kan emang umur lo lebih tua dari kita semua, jadi wajar lah gue manggil lo mbak" katanya terkekeh kecil.

Ira menggeram marah, detik berikutnya pertengkaran tidak bisa terelakkan lagi. Fia dan Ila hanya menghela napas kasar, dalam hati mereka sama-sama berseru dasar kucing dan anjing, kalau ketemu gak pernah akur.

Ila menoleh ke Arah Fia, "lo tadi kenapa senyam-senyum gitu sih?" Fia menghembuskan napas kasar.

Ia bergumam "kepo banget sih mereka ini."

Ila yang sayup-sayup mendengar Fia mengeluarkan suara mengernyit bingung, "lo bilang apa tadi? Gue gak denger" Fia tersenyum lalu menggelengkan kepalanya "gak ngomong apa-apa kok."

"Tadi lo tanya apa?" Ila memutar bola matanya malas, "kenapa tadi lo senyam-senyum pas abis liat hp?" tanyanya sarkas.

Fia menyengir, "tadi abis dapat pesan dari husbu" Ila menjitak kepala Fia, "mana ada woy!" Fia mengaduh sambil memperlihatkan kedua jarinya membentuk tanda 'peace'.

Secret Admirer (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang