Prolog

2.7K 156 1
                                    

Note :
Cerita ini diadaptasi dari novel 'Baby on Loan' Karya Liz Fielding. Saya mengganti setiap karakternya dari Masashi Kishimoto. Tidak ada maksud apapun, hanya karena saya suka cerita ini dan berangan karakternya Sasuke dan Sakura.
Terima kasih.

****

"Apartemen itu mengerikan. Seperti kuburan. Dibayar pun aku tidak bakal mau tinggal di sana."

"Tempatnya tenang. Sakura perlu ketenangan untuk bekerja."

"Tidak ada anak kecil, binatang peliharaan, atau musik yang suaranya cukup keras sampai menembus dinding. Itu tidak normal."

"Sakura tidak suka kucing, takut anjing, dan tidak punya anak."
Naruto tidak menambahkan "wanita yang beruntung" karena, walaupun itulah yang dirasakannya saat ini, ia yakin kurang tidur telah mengacaukan pikirannya.

"Dia tidak akan pernah punya anak kalau dia tidak beranjak dari hadapan komputernya dan bersenang-senang."

"Memangnya itu wajib?"

"Seriuslah sedikit. Sakura pikir dia membuat keputusan yang tepat, tapi kita tidak bisa membiarkan satu pria brengsek membuatnya seperti ini. Dan bekerja di rumah juga tidak menolong. Setidaknya kalau kau bekerja di luar, mau tak mau kau harus bicara dengan orang-orang, berinteraksi dengan mereka, berhadap-hadapan..."

Mereka bertukar pandang tanpa daya. "Kau bisa saja meninggal di Konoha Towers yang tenang itu dan tidak ada yang tahu."

Bayi mereka yang sudah terdiam selama tiga puluh detik untuk mengumpulkan tenaga, melanjutkan lagi tangisan protesnya akibat pertumbuhan gigi di bawah gusi kecilnya yang lembut.

"Yang pasti hal itu tidak mungkin terjadi di sini."

Hinata mengabaikan suaminya, sambil menggumamkan suara-suara membujuk yang menenangkan pada putra mereka. Percuma. Si bayi
sedang menderita dan berniat membuat dunia ikut menderita bersamanya.

"Apa kaulihat bagaimana cara wanita di lobi itu menatap Boruto yang malang waktu kita hendak berangkat?" lanjut Hinata, seolah-olah tidak pernah disela. "Seakan-akan Boruto mengidap penyakit menular." Ia berhenti untuk menyeka air liur dari mulut anaknya. Lalu melanjutkan,
"Kurasa Sakura sudah melupakan Sasori. Ia terlalu tenang menghadapi masalah itu, terlalu terkendali.... Ia perlu meluapkannya, menjadi benar-benar marah-"

"Dan jatuh cinta lagi?"

"Tepat! Dan lebih cepat lebih baik. Mengurung diri seperti itu tidak normal-"

"Ini yang tidak normal."

Menyadari mereka sama sekali tidak mungkin bisa tidur, Naruto berguling turun dari tempat tidur, lalu mengambil alih putranya yang masih bayi dari istrinya, dan mendekapnya di bawah dagunya. Ia terus mondar-mandir nyaris tanpa henti dengan langkah panjang-panjang yang mulai meninggalkan bekas di karpet.

"Giginya sedang tumbuh. Tidak akan lama," Hinata menghibur suaminya sambil menjatuhkan diri ke atas tempat tidur.

"Itulah yang kaukatakan minggu lalu."

"Kita hanya membutuhkan tidur yang nyenyak."

"Tidur yang nyenyak? Apa artinya? Aku punya ingatan samar-samar bahwa-"

"Berhentilah mengeluh dan berpikirlah sementara kau berjalan. Kita harus melakukan sesuatu untuk menolong adik perempuanmu itu. Sebentar lagi dia bakal menandatangani kontrak untuk tinggal lima tahun di tempat yang mengerikan itu-"

"Tempat itu tidak mengerikan. Itu apartemen yang sangat bagus. Aman."

"Dia terlalu muda untuk menginginkan "aman". Tempat itu tidak baik baginya, Naruto."

Naruto melihat bayangannya sendiri sewaktu melewati cermin. Wajahnya suram, sekeliling matanya tampak gelap. "Ini tidak baik bagiku. Aku perlu tidur. Bukan hanya semalam. Tapi seminggu." Ia berbalik menghadap istrinya; Hinata tidak kelihatan lebih baik.
"Begitu juga kau."

"Ya, aku juga. Kita membutuhkannya." Kemudian Hinata tersenyum, setengah
mengantuk. "Nah, begitu saja. Masalah sudah terpecahkan."

---

Edit. Sedikit pengumuman, skrg aku sudah buat akun youtube channel, siapa tahu mau mampir, boleh2 :D

Nama channelnya sama seperti akun ini, My Skylight dengan gambar profil  sama jg :D
Happy-happy watching :>

---

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang