Sembilan

519 63 1
                                    

Sasuke terpana. Apa yang telah dilakukannya? Wanita itu benar-benar ketakutan dan siapa yang bisa menyalahkannya? "Dia tadi menangis," ulang-nya lembut.

"Tolong berikan dia padaku," pinta Sakura sambil mengulurkan kedua lengannya ke arah bayinya yang berharga.

"Nah. Ikut Mommy, ya." Sasuke meletakkan si bayi di lengan Sakura, tapi lengan yang terulur sangat gemetaran sampai-sampai Sasuke takut wanita itu akan menjatuhkan bayinya. Ia terus memeluk Sakura dan bayinya. "Kau sudah memegangnya?"

Wanita itu menengadah, menatapnya dengan mata terbelalak. "Mungkin popoknya perlu diganti," usul Sasuke.

"Biasanya sih begitu," ujar Sakura. Lalu, menahan tawa histeris yang sudah hampir meledak, ia bertanya. "Kau melarikan diri?"

"Apa?" Jubah yang dipakai Sakura terasa lembut di dada Sasuke. Rambut wanita itu, yang mulai keluar dari ikatan yang dipakainya untuk menahan rambutnya selagi mandi tadi, beraroma manis dan segar, membuat Sasuke ingin tetap di sana sejenak. Lalu ia menyadari apa yang diucapkan Sakura, bahwa wanita itu pasti punya sudut pandang yang sangat berbeda tentang situasi ini. "Oh, tidak... Eh, apa kau sudah memegangnya dengan mantap?"

***

"Ya," sahut Sakura. Tapi pencuri itu menutupi jalan menuju pintu. "Barang-barangnya ada di lantai bawah."

"Benarkah? Kenapa?"

"Karena aku belum punya waktu..." Sakura berhenti. Ia tidak akan minta maaf pada pencuri itu atas caranya yang serampangan dalam merawat bayi. "Itu bukan urusanmu."

Kata-kata itu membuat Sasuke tersenyum, sesuatu yang baru.

"Boleh aku lewat?"

"Oh, ya."

Pria itu menepi Sakura baru sadar bahwa pria itu tidak memakai baju. Dia mungkin pencuri dan Sakura mungkin sudah bersumpah tidak akan berurusan dengan pria lagi. tapi itu tidak mencegahnya mengenali spesimen prima saat ia melihatnya. Meskipun tanpa kacamatanya. Sakura tidak perlu kacamata untuk mengagumi bulu hitam yang tersebar di dada pria itu, otot-otot yang menunjukkan kesukaannya berolahraga, serta bahu yang mampu menanggung semua masalah di dunia ini...

Tidak pakai baju? Pikiran Sakura serta-merta kembali ke alam nyata. Atau sepatu. Dia pasti kabur dari rumah sakit. Setidaknya, dilihat dan perban di dahinya, dia menunggu untuk diobati dulu. Lalu setelah itu dia kabur. Polisi mungkin sedang mencari pria itu.

Polisi... ia harus menelepon polisi... Tapi sementara itu ia harus bersikap tenang ia tidak mau melakukan sesuatu yang bisa membuat pria itu kaget.

"Mereka, eh, tidak menahanmu di rumah sakit?"

***

"Mereka berencana begitu. Aku keluar sendiri."

Wajah Sakura Haruno sangat ekspresif, pikir Sasuke.

Ia bisa melihat rentetan pikiran Sakura saat wanita itu mencoba mencerna apa yang telah terjadi. Ia juga bisa melihat saat wanita itu memutuskan memaksa diri untuk bersikap seolah-olah sudah terbiasa mendapati seorang pria asing, pria asing yang tidak memakai baju di kamarnya.

Kamarku, ralat Sasuke.

Mungkin wanita itu memang sudah terbiasa. Bayi itu pasti punya ayah, walaupun Sasuke tidak melihat kehadiran Mr Haruno di situ. Mungkin memang tidak ada Mr Haruno. Atau mungkin Mr Haruno sudah ditendang pergi. Atau dipukul sampai mati dengan tongkat cricket...

"Apa itu bijaksana?"

Dalam situasi ini, mungkin tidak. Tapi wanita ini cantik. Bayi itu melengkapi kecantikannya, persis seperti Karin yang dulu kelihatan lebih cantik ketika menggendong bayi mereka. "Aku tidak terlalu suka rumah sakit," tukas Sasuke kasar, lalu melangkah mundur untuk memberi jalan pada Sakura.

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang