Dua puluh satu

448 53 1
                                    

"TIDAK akan berhasil?"
Sasuke hampir tidak bisa memercayai pendengarannya.
"Apa maksudmu tidak akan berhasil?"

"Aku mungkin bisa berbagi denganmu, Sasuke, tapi aku tidak bisa tinggal bersama anjingmu."

"Mungkin? Mungkin bisa berbagi denganku? Dasar tidak tahu diuntung-"

Sasuke terdiam. Sakura tidak punya alasan untuk merasa beruntung, dia tidak tahu bahwa surat perjanjian sewa itu palsu. Shiro-lah masalahnya, bukan Sasuke. Ia menurunkan kotaknya dan meraih telepon dapur. Salurannya mati dan ia menyumpah-nyumpah.

"Mana ponselmu?"

Sakura mengeluarkan telepon dari tasnya yang ada di meja dapur dan menyerahkannya pada Sasuke tanpa sepatah kata pun. Ia mengawasi Pria itu menekan nomor telepon.

"Tsunade?"

"Halo, Sasuke. Bagaimana hubunganmu dengan penyewamu yang cantik itu?"

"Kau mau versi pendeknya atau mau menunggu bukunya terbit?"

Tsunade tertawa.

"Kedengarannya menarik. Seandainya saja aku punya waktu untuk versi yang belum aku disensor, tapi saat ini aku sedang sibuk sekali."

"Oh, well, bukan apa-apa kok. Aku hanya ingin bertanya apa aku bisa
membawa shiro kembali-"

"Oh, Sasuke! Maaf."

Sasuke mendengarkan sementara Tsunade menjelaskan kenapa ia tidak bisa menampung shiro. Sasuke mengucapkan selamat pada bibinya sebelum mengembalikan telepon itu ke Sakura.

"Dia tidak bisa menampungnya?"

"Tidak."

"Aku pernah dengar bahwa penjaga anjing yang bisa diandalkan lebih sulit dicari daripada pengasuh bayi yang bagus."

"Mungkin, tapi ini bukan soal siapa yang bisa diandalkan. Tsunade orang yang sangat bisa diandalkan. Waktunya tidak tepat. Dia baru saja kembali dari Jalan Anbu, dan Perdana Menteri memintanya untuk memimpin Komisi Kerajaan yang baru dibentuk untuk menangani masalah kriminalitas remaja."

"Oh."

Kemudian.

"Dia hakim Pengadilan Tinggi, ya?"

Sasuke mengangguk.

"Tidakkah dia sedikit, well, terlalu tinggi untuk menjaga anjing?"

"Dia kan bibiku."

"Benar. Dan kurasa jika anjingmu nakal, menitipkannya pada hakim untuk menjalani pelatihan dan memperbaiki diri sangatlah masuk akal."

"Lucu sekali."

"Aku senang kau berpikir begitu."

Sakura hanya berharap Sasuke tersenyum lagi dan meyakinkannya bahwa pria itu benar-benar menganggap hal itu lucu.

"Apa yang akan dilakukan bibimu seandainya kau belum pulang?"

"Mencari jalan lain. Kalau aku memaksa, aku yakin dia pasti bersedia menerima Grady, tapi itu tidak adil baginya."

Sasuke menyapukan jemarinya ke rambut.

"Jangan khawatir, aku akan memikirkan sesuatu. Omong-omong, itu belanjaanmu," ujarnya sambil menunjuk kantong-kantong yang isinya tumpah di lantai dapur.

"Terima kasih," kata Sakura, alisnya sedikit terangkat melihat kekacauan itu.

"Kurasa. Berapa banyak utangku?"

"Aku akan melupakannya kalau kau mau pindah," tawar Sasuke.

Satu usaha terakhir yang lemah untuk mempertahankan kewarasannya.

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang