Dua belas

456 59 0
                                    

Sakura merapikan tempat tidur, membersihkan kamar mandi, berdecak jengkel melihat tumpukan handuk yang digeletakkan begitu saja, lalu mengosongkan keranjang cucian, memisahkan pakaiannya dengan pakaian Mr Sasuke Uchiha QC.
Sakura tidak menerima cucian. Atau penyewa. Betapa pun menariknya. Dan Sasuke Uchiha memang menarik. Hampir setampan Sasori. Yang berarti berita buruk.

Sakura melihat tumpukan pakaian kotor dan memungut sebuah kemeja pria.
Dijahit di Hokage Street, hitam, dan kaku karena susu dan telur yang sudah
kering. Sakura bisa menduga kemeja itu milik "teman QC"-nya, walaupun pria itu tidak memakainya terakhir kali Sakura melihatnya. Tapi Sasuke Uchiha sama sekali tidak memakai kemeja waktu Sakura mendapatinya di
kamar tidurnya -Kamar Sasuke Uchiha- Kamar mereka. Oh, masa bodoh.
Bagaimanapun juga, Sakura menyadari Sasuke tadi tidak memakai baju.

Sulit untuk mengabaikannya. Dada telanjang Sasuke sudah memenuhi pandangan matanya. Lebar, berotot, dan agak kecokelatan. Rupanya
selama di Timur Jauh pria itu tidak berada di ruang sidang sepanjang waktu. Sejujurnya dada yang sama sekali tak tertutup itu membuat Sakura terpesona.

Aneh. Tadinya Sakura mengira Sasuke kabur dan rumah sakit, tapi seandainya Sasuke memang diantar pulang oleh kepala polisi setempat yang terus minta maaf karena kesalahan mereka, seharusnya pria itu kan berpakaian lengkap. Jadi kenapa kemejanya ada di bawah handuk yang
tadi Sakura pakai, di bawah baju-baju Sakura yang lain? Kerutan di dahinya semakin dalam. Ada sesuatu yang terlewatkan olehnya, sesuatu yang penting.

Sakura menguap. Tidur delapan jam tanpa terganggu. Itu yang terlewatkan olehnya.
Pikirannya teralihkan oleh dering bel alarm keamanan. Mr Uchiha sepertinya sudah kembali.

Boruto terbangun dan menambah keributan. Sakur mengangkatnya. Sambil
menggendong Boruto di pinggulnya, ia menuruni tangga. Setidaknya dengan begini ia bisa mengurangi waktu latihannya di gym minggu ini.
Naik-turun tangga... tak ada waktu untuk makan...

Sakura membuka pintu depan, tapi hanya selebar tujuh sampai sepuluh
senti. Sepanjang rantai pintu.
Ia mengintip melalui celah itu, bersiap-siap bersikap sopan kalau-kalau pria itu berhenti menganggap dirinya berada di rumah sendiri. Sekalipun ini memang rumahnya.

Tak ada orang di luar. Sakura tidak menyangka Sasuke menyerah semudah itu. Hal itu malah membuatnya gugup. Tapi ia menutup pintu lalu mencari-cari kertas catatan kecil tempat Ino menuliskan kode untuk mematikan alarmnya.

Kertasnya hilang. Bagus.
Sakura memejamkan mata dan berusaha berkonsentrasi, mencoba membayangkan nomor-nomor itu. Lalu suara berisik itu berhenti sama mendadaknya seperti mulainya dan, dengan terperanjat, Sakura membuka matanya lagi. Sasuke Uchiha berdiri sampingnya dan, saat pria itu berbalik dari panel kontrol, hal itu terjadi lagi. Sakura jadi lupa bernapas lagi.

Lupa bernapas pertanda buruk. Kurangnya aliran udara ke otak membuat
Sakura sulit berpikir, dan saat ia tidak berpikir, penilaiannya pasti tidak bisa diandalkan.
Sakura perlu marah, menunjukkan bahwa Sasuke sudah masuk tanpa-

"Tipuan yang bagus, Ms Haruno," kata Sasuke sebelum Sakura sempat bersikap seperti tuan rumah yang marah besar. "Tapi tidak ada gunanya memasang rantai di pintu depan kalau kau tidak mengunci pintu belakang."

Sasuke tidak menunggu reaksi Sakura. Tak lama kemudian, menyadari dirinya sudah mengangga seperti ikan mas, Sakura mengikuti Sasuke menuruni tangga pendek menuju dapur. Bagaimanapun juga ia bertekad meluapkan kemarahannya pada pria itu. Sasuke berdiri di bak cuci piring, memenuhi mangkuk besar dengan air dan keran.

"Kau masuk lewat garasi itu," tuding Sakura.

"Bukan garasi itu. Garasiku. Dan aku ingin kau memindahkan barang-barang rongsokanmu."

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang