Dua puluh

478 61 0
                                    

Selama sepuluh tahun perasaan Sasuke telah mati dan sekarang wanita ini,
selain mengambil alih rumahnya, juga mengambil alih hatinya. Sakura membangkitkan kembali hatinya yang telah mati, membuatnya bisa
merasakan lagi, membuatnya nyeri. Sasuke tidak menghendaki hal ini. Ia ingin ditinggalkan sendiri bersama kenangan-kenangannya. Hanya kenangan-kenangan itulah yang dimilikinya dan ia sangat takut kalau ia tidak berkonsentrasi maka kenangan itu akan menyelinap pergi darinya. Tapi memeluk Sakura, merasakan kulit wanita itu di tangannya, merasakan intisari Sasuke memenuhi bibirnya, terasa seperti rasa nyeri, kerinduan tak tertahankan yang telah begitu lama dipendam. Sakura menawarinya ciuman kehidupan...

"Sakura... jangan, please..."

Sasuke menjauhkan diri, berdiri sebelum Sakura bisa menyentuhnya.

"Lagi pula apa sih yang kaulakukan dalam lemari sapu?" sergah Sasuke tiba-tiba, berusaha menciptakan jarak antara dirinya dan Sakura serta dari perasaan-perasaannya. Terlalu banyak emosi yang berkecamuk dalam dirinya untuk bisa ditepis akal sehat.

"Memangnya kaupikir apa yang kulakukan di dalam sana?" tuntut Sakura, yang berjuang sendiri untuk berdiri dengan Boruto dalam pelukannya karena Sasuke tidak berani menyentuhnya.

Sakura merasa tersinggung dan terluka oleh perubahan sikap Sasuke yang mendadak.

"Aku bersembunyi dari anjing pemburu..."

"Shiro bukan-"

Sasuke berhenti. Berdebat tentang temperamen anjing tidak akan menyelesaikan masalah. Ia menyisir rambutnya dengan jemarinya.

"Apa tidak terpikir olehmu untuk pergi saja ke ruang depan dan menutup pintu dapur?"

"Aku tidak sempat memikirkan tindakan terbaik untuk kulakukan," jawab Sakura angkuh, mencoba berpura-pura tak ada yang terjadi. Tiba-tiba ia
bersin, yang merusak efek penampilannya.

Sasuke ingin tertawa. Ia berusaha mengendalikan dirinya, meskipun mungkin sedikit terlambat, tapi setidaknya ia akhirnya berusaha.

"Lemari sapu takkan menjadi pilihan pertamaku, percayalah. Aku hanya membuka pintu pertama yang bisa kucapai dan melompat masuk."

Sakura bersin lagi, lalu merogoh-rogoh sakunya untuk mencari tisu. Tak ada sehelai pun.
Sasuke mengeluarkan saputangan, menawarkan padanya tanpa komentar.

Sakura meraihnya tepat saat ia bersin untuk ketiga kalinya. Kemudian, dengan mata berair, Sakura berkata. "Selain itu, anjingmu bisa membuka pintu."

"Jangan bicara omong kosong."

"Omong kosong, heh? Well, memang kaupikir bagaimana dia bisa masuk?"

"Mungkin kuncinya longgar..."

Sasuke berjalan untuk memeriksanya, dengan senang menjaga jarak di antara mereka, memberi ruang untuk bernapas, tapi dengan segera ingin mendekat lagi. Sasuke mencengkeram pegangan pintu dan mengguncangnya. Tetap kencang. Ia mengangkat bahu.

"Mungkin pintunya tidak tertutup dengan benar, tapi itu bukan masalah. Tak satu pun hal ini akan terjadi seandainya kucingmu tidak ada di sini."

"Kurama bukan kucingku!"

"Kalau begitu, seandainya kau tidak ada di sini!"

"Salah dua-duanya. Tak satu pun dari hal ini akan terjadi seandainya kau tidak ada di sini! Seandainya kau menghormati surat perjanjian sewa yang
kutandatangani dengan niat baik!"

"Mengenai surat perjanjian sewa itu-"

Sasuke mulai bicara, tapi Sakura tidak mendengarkan.

"Aku baru selesai menelepon dan sedang mengangkat Boruto waktu kudengar p-p-pintunya terbuka."

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang