Lima belas

464 58 2
                                    

Sesaat tidak ada yang terjadi. Dalam keremangan cahaya, dengan bingung Sakura memisahkan bayangan yang dilihatnya dengan apa yang ia pikir dilihatnya. Keningnya berkerut.

"Sasori?" gumam Sakura setengah mengantuk.

Sasori? Rasa cemburu yang tak terduga menusuk Sasuke.

"Siapa Sasori?" tanyanya, kata-kata itu terlontar sebelum ia sempat mencegahnya.

"Apa?"
Sakura mengerjap, masih setengah mengantuk.

"Apakah dia ayah Boruto?"

Sakura merasa kacau. Tidur siang mengaburkan pikirannya, membuatnya tak siap untuk apa pun...
Lalu kesadaran menghantamnya seperti baru saja mencium minyak angin, menjernihkan otaknya, dan membuatnya sadar di mana ia berada dan dengan siapa ia sudah berbagi tempat tidur. Dan Sakura pun mengerang.

"Oh, tidak Aku tidak percaya. Aku ketiduran."

"Kau membutuhkannya."

Dan bukan hanya di sebelah Sasuke; tampaknya ia malah menghambur ke dalam pelukan pria itu. Ini mulai jadi kebiasaan. Pertama di lantai dapur, kemudian gara-gara anjing itu...
Apa yang bisa dikatakannya?
Apa anggapan Sasuke?

"Kita harus berhenti bertemu seperti ini," ujar Sakura.

Ia perlu bergerak. Benar-benar bergerak. Ia memerintahkan otaknya, tapi mungkin otaknya masih tidur karena tak ada yang terjadi.

"Aku harus bangun," ujarnya, hanya untuk membuktikan bahwa ia bersungguh-sungguh.

"Jangan khawatir, Boruto masih tidur."

Jangan khawatir...

"Jangan khawatir!" ulang Sakura.

Lalu terdiam. Secara logis, ia tahu Sasuke benar. Tak ada yang perlu dikhawatirkannya. Mereka berdua berpakaian lengkap. Tidak ada yang terjadi. Mereka hanya bergelung seperti yang biasa dilakukan orang...

Logika, pikir Sakura, sulit menang melawan pelukan menyeluruh dari pria seperti Sasuke Uchiha. Tubuh tinggi, wajah tampan pria dewasa, ditambah kerutan-kerutan wajah yang hanya diperoleh dari pengalaman hidup dan
tingkat kematangan.

Dari dekat, dengan sinar matahari samar yang masuk dan ruang depan, Sakura bisa melihat pelipis Sasuke sudah ditumbuhi beberapa helai uban. Ia mengagumi hidung tirus seperti paruh burung elang itu, struktur tulang yang pasti disukai kamera. Ketampanan yang semakin matang seiring bertambahnya usia. Sakura yakin Sasuke pria yang dikagumi di tengah pengadilan kriminal. Mungkin itu sebabnya istri Sasuke mengakhiri pernikahan mereka dan cepat-cepat pergi-sayang dia tidak membawa anjingnya bersamanya.

"Siapa Sasori?" ulang Sasuke.

"Apa?"

Sakura tidak ingin membahas Pria itu.

"Bukan siapa-siapa. Pria yang pernah tinggal bersamaku untuk beberapa waktu... Aku harus bangun," ujarnya.

Sasuke memegang paha Sakura dan tangan pria itu bergerak perlahan, memperkuat pegangannya.

"Sungguh," ujar Sakura lagi, maksud hati ingin terdengar tegas, tapi sama sekali tidak meyakinkan.

"Seharusnya kau mengambil setiap kesempatan yang kau punya untuk tidur, Sakura. Saat kau memiliki bayi, pekerjaan harus dikesampingkan dulu."

"Mudah saja kau bilang begitu. Aku harus menghidupi diriku sendiri."

"Aku mengerti."

Sasori sepertinya pria pecundang yang tidak turut
membiayai perawatan anaknya. Ataupun Sakura. Fakta yang membuat Sasuke senang, walaupun itu berat untuk Sakura.

Bayi PinjamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang